BAB 29

4.6K 190 4
                                    

Hari-hari Zia dan pak Randy di sibukkan dengan pekerjaan dan persiapan pernikahan mereka. Pak Randy dan Zia yang turun sendiri memilih berbagai keperluan pernikahan. Dekorasi, wedding invitation, menu katering, wedding dress dan juga wedding suit. Mereka juga sibuk melakukan berbagai foto prewedding. Hari yang melelahkan tapi juga menyenangkan karena mereka bisa sering bertemu.
Hari rabu tepat satu bulan sebelum hari pernikahan mereka, Zia dan pak Randy baru saja selesai melakukan fitting wedding dress & suit yang akan mereka gunakan di hari pernikahan mereka. Pak Randy mengajak Zia untuk makan malam di sebuah restaurant steak mewah yang ada di tengah kota Jakarta. Pak Randy dan Zia sama-sama selalu berusaha menghindari pertengkaran yang bisa berakibat fatal. Mereka selalu mencerna kembali setiap perbedaan yang muncul diantara mereka.

“Zi, saya mau tanya sesuatu. Tapi kamu jangan marah ya” pak Randy menghentikan tangannya yang tadi sibuk memotong-motong steak dan memasukkannya kedalam mulutnya

“iya pak silahkan” Zia mengikuti pak Randy yang menghentikan makan malamnya sementara

“apa kamu gak mau resign? Saya bukannya malu karena kamu masih seorang caddy. Kamu sebentar lagi akan jadi istri saya. Saya rasa gaji saya akan lebih dari cukup untuk menghidupi kita berdua” ucap pak Randy dengan hati-hati

“saya sebenarnya juga mau ngomong sama bapak. Saya sudah ngajuin surat resign dari satu minggu lalu. Tapi saya boleh berhenti sampai awal bulan nanti. Masih satu minggu lagi saya harus bekerja jadi caddy” ucap Zia. Pak Randy tersenyum sangat lebar karena senang Zia sudah mengajukan resign

“tapi pak…” Zia menghentikan ucapannya karena ragu

“tapi kenapa Zi?” tanya pak Randy. Zia hanya terdiam ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya

“it’s okay Zi. Saya gak akan marah. Tapi kenapa?” ucap pak Randy

“kalau setelah nikah saya mau kerja boleh gak pak? Karena bapak kan nanti suami saya dan saya harus nurut dong sama suami saya” ucap Zia

“saya gak akan menghalangi keinginan kamu selama itu baik. Lagipula kamu sudah susah payah kuliah hingga dapat gelar sarjana untuk bekerja sebagai akuntan. Saya gak mau jadi penghalang karir kamu” ucap pak Randy

“beneran pak?” tanya Zia bahagia

“iya bener. Kalau kamu mau lanjutin studi S2 kamu, saya juga akan dukung dan siap biayain kamu. Selama kamu bahagia Zi. Tujuan saya sekarang cuma satu, bahagia bersama kamu” ucap pak Randy yang membuat pipi Zia terasa panas karena malu

“makasih banyak ya pak selalu dukung saya” ucap pak Randy

“sama-sama Zi. Sekarang kita lanjutin makannya ya” ucap pak Randy

Pak Randy dan Zia kembali menyantap makan malam mereka. Hingga waktu menunjukkan pukul 11 malam, mereka pun kembali kerumah masing-masing. Mereka juga membawa wedding invitation yang baru saja selesai di cetak.

Pagi ini Zia akan bekerja sebagai caddy pak Randy. Hari rabu memang sudah jadwal pak Randy bermain golf dan Zia masih menjadi caddynya. Tepat pukul 7 pagi mereka memulai permainan golf mereka.

“Zi, kamu mau nikah sama si Randy tapi kok masih kerja aja sih?” tanya pak Adam

“saya udah ajuin resign pak. Tapi masih harus kerja sampai minggu depan” jawab Zia

“oh.. saya kira kamu gak ada niat berhenti kerja jadi caddy” ucap pak Adam

“saya memang niat berhenti kerja jadi caddy kalau saya sudah lulus kuliah pak” ucap Zia

“berarti nanti kerja lagi dong?” tanya pak Adam

“iya pak” jawab Zia

“lo bolehin Zia kerja Ran?” tanya pak Adam pada pak Randy

Caddy, I Love You [Completed]Where stories live. Discover now