BAB 10

6.6K 310 5
                                    

Satu minggu sudah berlalu semenjak Zia menghadiri acara yang dibuat oleh pak Dika. Seperti minggu-minggu sebelumnya, hari Rabu adalah hari dimana pak Adam dan teman-temannya bermain golf. Zia dan Ria juga seperti biasa menunggu tas golf milik pak Randy dan pak Dika. Namun pagi ini Zia tidak melihat Sisi menunggu tas milik pak Adam. Biasanya Zia melihat Sisi sudah duduk standby di teras gedung caddy.

“Ri, gw duluan yah” ucap Zia yang baru selesai merapihkan tas golf milik pak Randy

“tee off nya jam 8 kan? Bareng dong Zi, tungguin gw” ucap Ria

“pak Randy selalu driving dulu Ri, jadi gw duluan ya” ucap Zia

“oh driving dulu. Yaudah sampai ketemu nanti ya” ucap Ria

Seperti biasa, Zia menaikkan tas golf milik pak Randy keatas golf cart dan Zia melajukan golf cart menuju driving range. Belum terlihat keberadaan pak Randy di driving range. Zia kemudian duduk menunggu kedatangan pak Randy di golf cart.

“pagi Zi” pak Randy datang dari arah belakang cart dan menepuk lembut bahu Zia

“pagi pak” jawab Zia yang kemudian berdiri untuk menurunkan tas golf milik pak Randy

“hari ini main sama siapa aja pak?” tanya Zia

“biasa. Adam, Ben dan Dika. Kenapa zi?” tanya pak Randy

“saya gak lihat Sisi standby saya kira pak Adam gak main” jawab Zia
“main kok hari ini” ucap pak Randy singkat

Pak Randy melakukan practice seperti biasa dan Zia duduk di kursi yang biasa ia duduki saat menunggu pak Randy driving. Namun pagi ini pak Randy melalukan practice hanya sepuluh menit, biasanya pak Randy melakukan practice selama 15-30 menit.

“saya mau ngobrol aja ah sama kamu Zi” ucap pak Randy sambil duduk di kursi yang berada di sebelah Zia

“boleh pak” jawab Zia

“kemarin pulang dari tempat Dika sampai rumah jam berapa Zi?” tanya pak Randy

“jam setengah 12 lewat pak” jawab Zia

“gimana kuliah kamu? Lancar?” tanya pak Randy

“lancar kok pak. Pusing sedikit ngerjain tugas itu udah hal wajar” jawab Zia sambil tersenyum

“malam ini ada kelas?” tanya pak Randy

“gak ada pak. Kuliah libur setiap Rabu dan Sabtu. Jadi malam ini memang gak ada kuliah” jawab Zia

“kamu kuliah malam biasanya sampai jam berapa?” tanya pak Randy

“paling malam sampai jam 10 malam pak” jawab Zia

“malem juga yah. Terus kan paginya kerja ke lapangan, ngerjain tugasnya kapan?” tanya pak Randy

“kalau saya libur kerja pak. Atau biasanya saya bawa tugas kesini jadi bisa sambil ngerjain tugas kalau saya belum turun ke lapangan” jawab Zia

“emang bisa fokus?” tanya pak Randy

“bisa walaupun susah sih pak hehe” jawab Zia

“semangat terus ya Zi belajarnya” ucap pak Randy

“pasti pak” ucap Zia

“kamu anak keberapa Zi?” tanya pak Randy

“saya anak ketiga dari empat bersaudara pak” jawab Zia

“rame dong yah dirumah ya” ucap pak Randy

“begitulah pak” jawab Zia dengan senyum canggungnya

Beberapa menit kemudian Zia dan Pak Randy kembali kebelakang club house. Pak Randy masuk kedalam club house . Ria yang sudah berada dibekakang club house menghampiri Zia dan duduk di sebelah Zia.

“Zi, pak Randy satu cart sama siapa?” tanya Ria

“gak tau Ri, dia gak ngomong, gw juga gak tanya” jawab Zia

“eh lo tau gak Zi?” tanya Ria heboh

“apa?” jawab Zia

“gw tadi liat bag pak Adam tapi bukan Sisi yang bawa” ucap Ria

“hah? Yang bener?” tanya Zia

“beneran Zi” jawab Ria

Zia dan Ria yang bingung hanya bisa saling menatap dan mengira-ngira alasan Sisi tak menjadi caddy pak Adam hari ini. Beberapa menit kemudian, pak Randy dan teman-temannya berjalan keluar dari dalam club house. Mereka lalu menghampiri cart yang sedang di duduki oleh Zia dan Ria.

“pagi Ria” ucap pak Randy yang sampai lebih dulu di samping Zia

“iya pagi pak” jawab Ria

“halo Zia halo Ria” sapa pak Adam dengan gembira

“iya halo pak” jawab Zia dan Ria

Pak Randy sibuk memberikan persediaan bola golf pada Zia dan menyiapkan tee atau kayu kecil sebesar jari telunjuk. Tee digunakan saat pukulan pertama pada tiap lapangan. Sama seperti pak Dika yang juga sedang sibuk bersiap. Namun pak Adam dan Ben masih mencari keberadaan tas golf miliknya. Setelah beberapa detik mencari, pak Adam kembali menuju cart Zia. Kemudian meminta caddynya untuk menaruh tas golfnya diatas cart disamping tas golf milik pak Randy. Zia sebenarnya ingin sekali bertanya pada pak Adam kenapa tidak meminta Sisi untuk menjadi caddy nya hari ini. Namun Zia mengurungkan niatnya karena tak ingin caddy pak Adam hari ini tersinggung. Setelah siap, mereka menuju ke flower course untuk memulai permainan golf. Caddy pak Adam hari ini ternyata adalah Nira teman satu angkatan Zia. Nira adalah caddy yang juga cuek sama seperti Zia.

“Zi, kenapa pak Adam gak minta Sisi?” tanya Nira berbisik pada Zia

“gak tau gw juga Nir” jawab Zia

Permainan golf pun dimulai. Permainan pagi ini berjalan dengan baik seperti biasanya. Mereka bercanda dan tertawa bersama. Mereka pun sampai di hole 5 pada palm course, lapangan kedua yang mereka pilih. Mereka berhenti di shelter untuk beristirahat dan mengizinkan pemain-pemain golf dibelakang untuk melewati mereka.

“kalian mau minum apa. Ambil aja sini” ucap pak Adam yang berniat membelikan minuman pada semua caddy di shelter yang juga tersedia kantin kecil.

Para caddy mengambil minuman yang mereka inginkan, termasuk Zia yang mengambil minuman ringan freshtea green tea. Para caddy juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada pak Adam karena sudah membelikan mereka minuman ringan. Zia kemudian kembali menuju cart dan kembali duduk sambil menunggu pak Randy dan yang lain beristirahat. Nira kembali ke shelter untuk buang air kecil di toilet yang ada di belakang shelter. Pak Randy yang melihat Zia sedang duduk sendirian di cart kemudian mendekatinya dan duduk di samping Zia.

“udah mau mukul pak?” tanya Zia

“gak, belum. Saya mau ngobrol aja sama kamu” jawab pak Randy

“oh kirain udah mau mukul. Mau permen pak?” Zia menawarkan permen yang sedang ia pegang

“gak Zi makasih” jawab pak Randy

“ompong loh makain permen” ledek pak Randy yang melihat Zia memasukkan permen kedalam mulutnya. Zia kemudian tertawa mendengar ucapan pak Randy

“biarin deh pak ompong hahaha” jawab Zia sambil tertawa kecil

“btw si Adam tuh ternyata gak mau lagi sama Sisi, tadi saya tanya dia” ucap pak Randy tiba-tiba

“kenapa emang pak?” tanya Zia penasaran

“ilfeel sama Sisi katanya” jawab pak Randy yang membuat Zia bingung

“kayanya gara-gara pas karaoke kemarin deh” lanjut pak Randy

“oh gitu pak. Nanti kalau Sisi tanya ke saya, saya jawab apa nih pak?” tanya Zia

“ya jawab aja apa adanya” jawab pak Randy

“oke deh” ucap Zia

“tugas kuliah lagi banyak gak Zi?” tanya pak Randy

“lumayan pak. Tapi tinggal satu tugas kuliah yang belum di kerjain” jawab Zia

“mantap. Semangat terus Zi” ucap pak Randy

“pasti pak” ucap Zia

“kalau udah lulus kamu tetap kerja disini atau cari kerja lain Zi?” tanya pak Randy

“kalau bagian office disini ada lowongan saya mau coba lamar disini aja. Tapi kalau gak ada saya cari kerja di tempat lain pak” jawab Zia

“akuntan itu udah pasti di butuhkan di setiap perusahaan, jadi tenang aja Zi lowongan akuntan pasti banyak ko” ucap pak Randy

“iya pak yang penting usaha terus” ucap pak Randy

“ayo mulai lagi jangan pacaran terus” ledek pak Adam yang berdiri di samping pak Randy sambil memakai sarung tangan golf nya

Mendengar ledekan dari pak Adam, Zia dan pak Randy hanya tersenyum. Karena menurut mereka pak Adam memang orang yang humoris yang juga senang meledek siapapun. Flat pak Adam pun memulai kembali permainan golf nya yang tersisa lima hole lagi.

“Ran, lo tau gak kalau hari ini ternya Zia ulang tahun?” tanya pak Adam yang sedang berjalan disamping pak Randy setelah memukul bola golf dari tengah lapangan

“yang bener? Tau dari mana lo dam?” tanya pak Randy terkejut

“guw tadi ngobrol sama si Ria, dia yang bilang ke gw kalau Zia hari ini ulang tahun” jawab pak Adam

“Ria juga cerita bro Zia gak pernah dirayain ulang tahunnya sama orang tuanya. Bahkan gak ada yang ngucapin selamat buat Zia. Gw jadi pengen ngerayain ulang tahun dia deh. Gimana?” lanjut pak Adam

“ya boleh lah diatur sama lo” ucap pak Randy

“Ria, sini deh kamu” pak Adam memanggil Ria dan menyuruhnya mendekat

“kita bikin pesta ulang tahun buat Zia mau gak?” bisik pak Adam karena Zia sedang berada disebelah pak Randy untuk memberikan stick golf. Setelah pak Randy selesai memukul, Zia kembali ke cart nya.

“hah? Serius pak? Saya sih seneng banget. Tapi gimana dan dimana pak?” tanya Ria

“nanti kita omongin di belakang club house deh. Kamu jangan pergi dulu nanti Ri” jawab pak Adam

“oke pak siap” ucap Ria

Mereka kemudian kembali fokus bermain golf. Zia sebenarnya penasaran kenapa pak Adam selalu bicara dengan Ria yang bukan caddy nya. Zia juga khawatir Nira akan salah paham terhadap Ria. Beberapa jam kemudian, mereka akhirnya menyelesaikan permainan dan kembali ke club house. Mereka saling berpamitan seperti biasa lalu Zia dan Nira langsung menuju ke depan club house untuk menaruh tas golf milik pak Randy dan pak Adam. Ria meminta caddy pak Ben untuk menaruh tas golf milik pak Ben dan pak Adam kedepan club house karena Ria masih akan berada di belakang club house untuk bicara dengan pak Adam.

Beberapa menit kemudian pak Adam dan pak Randy datang menghampiri Ria yang sedang duduk di cart yang sedang kosong. Ria mempersilahkan pak Adam dan pak Randy untuk duduk tapi mereka menolaknya dan membiarkan Ria duduk seorang diri di dalam cart.

“bapak beneran mau bikin pesta ulang tahun buat Zia?” tanya Ria yang masih tidak percaya dengan ucapan pak Adam tadi saat di lapangan

“iya beneran saya gak bohong. Kenapa kamu gak percaya?” ucap pak Adam

“soalnya saya baru kali ini nemuin pemain golf yang care sama caddy sampai mau bikin pesta ulang tahun” jawab Ria

“Zia itu beda pokoknya. Jadi saya beneran nih mau bikin pesta ulang tahun buat dia, tapi kita-kita aja” ucap pak Adam

“gak ngajak si Dika sama Ben?” tanya pak Randy

“gak usah, gw tau mereka malam ini pada mau ketemu cewe mereka, jadi pasti gak akan ikut juga kalau diajak” jawab pak Adam

“eh btw kenapa orang tua si Zia gak pernah ngadain pesta ulang tahun buat dia. Ya kalaupun gak ngadain pesta ulang tahun kan minimal ucapin selamat ke anaknya sendiri gitu” tanya pak Adam penasaran

“ceritanya panjang pak. Intinya Zia tuh bener-bener kaya orang yang hidup sebatang kara padahal masih punya orang tua. Jadi gimana pak masalah pesta ulang tahun. Kalau saya ngomong ke Zia untuk ngerayain ulang tahunnya dia pasti gak akan mau” tanya Ria

“jangan dong, jangan bilang kalau kita mau bikin pesta ulang tahun. Tapi gimana ya caranya” ucap pak Adam yang mencari ide

“gini aja Ri. Kamu pura-pura minta ditraktir Zia aja. Terus kamu ajak dia ketempat yang nanti kita siapin. Kalau udah terlanjur ketemu sama saya dan Adam dia gak mungkin kan pergi gitu aja” saut Pak Randy

“tapi Zia pasti marah sama Ria” saut pak Adam

“gak apa-apa pak. Zia kalau marah cuma sebentar, yang penting pesta buat dia bisa sukses” jawab Ria

“yaudah kalau gitu ikutin kata Randy aja. Nanti saya kabarin ke kamu tempatnya ya Ri mana sini nomor kamu” ucap pak Adam sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kecilnya

Ria menyebutkan nomor ponselnya dan pak Adam mengetik nomor Ria pada ponselnya. Pak Adam dan pak Randy kemudian masuk kembali kedalam club house dan Ria kembali menuju gedung caddy. Zia yang melihat Ria yang baru saja tiba bertanya padanya mengapa dia baru sampai di ruangan caddy. Ria beralasan bahwa dia tadi sedang bicara dengan caddy lain dan Zia mempercayai ucapan Ria.

Caddy, I Love You [Completed]Where stories live. Discover now