BAB 9

6.5K 304 3
                                    

Randy Aidan Bagaskoro adalah seorang direktur utama perusahan pembuat traktor yang cukup besar di Indonesia. Untuk ukuran seorang direktur,pak Randy masih tergolong sangat muda. Sebenarnya perusahan itu dibangun dan dikembangkan oleh kakek dari ibunya. Seharusnya yang saat ini menjabat sebagai direktur utama perusahaan itu adalah Aldi Bagaskoro yang tak lain adalah ayah kandung  pak Randy. Namun karena ayah dan ibu kandungnya bercerai maka kakeknya menunjuk pak Randy sebagai direktur sekaligus penerus kakeknya. Kakeknya hanya memiliki satu anak yaitu Melisa ibu kandung pak Randy. Dan Melisa hanya memiliki satu anak yaitu pak Randy. Mau tidak mau pak Randy menjadi satu-satunya penerus perusahaan.

Pak Randy sudah paham betul bagaimana keadaan keluarganya. Pak Randy sudah mengerti bahwa dia adalah satu-satunya penerus perusahaan yang dibangun oleh kakeknya. Walaupun kakek dan ibunya tak pernah memaksanya untuk belajar menjadi penerus kakeknya namun pak Randy merasa bertanggung jawab untuk menjadi penerus perusahaan kakeknya. Karena rasa tanggung jawab itulah yang membuat pak Randy belajar dengan kemauannya sendiri hingga benar-benar mampu menjadi direktur utama dan melanjutkan perjuangan kakeknya untuk terus mengembangkan perusahaannya.

Kakek dari pak Randy adalah orang yang sangat baik dan dermawan, karena itu pak Randy pun tak pernah sombong walaupun memiliki harta melimpah. Ibu kandung dari pak Randy juga seorang yang baik dan dermawan yang tidak pernah membedakan manusia dari harta. Ayah kandung dari pak Randy, Aldi Bagaskoro dan ibu kandungnya Melisa sudah bercerai saat pak Randy masih duduk dibangku SMP. Setelah bercerai, ayah dari pak Randy kemudian tinggal di luar negeri dan pak Randy tinggal bersama ibu kandungnya di Indonesia.

Pak Randy diangkat menjadi direktur utama perusahaan milik kakeknya tepat setelah dia menyelesaikan studi S2 nya di usia 24 tahun. Walaupun baru lima tahun dia menjadi direktur utama, tapi dia berhasil membuktikan pada kakeknya bahwa dia memang sangat mumpuni untuk meneruskan perusahaan milik kakeknya itu. Perusahan traktor itu berkembang jauh lebih baik semenjak pak Randy menjabat sebagai direktur utama.

Pak Randy dan pak Adam Zayana berteman sejak mereka sama-sama masih menjadi mahasiswa di salah satu universitas di kota London sekitar delapan tahun yang lalu. Pak Adam sebelum mengenal pak Randy adalah orang yang sombong namun seiring berjalannya waktu, pertemuan pak Adam dengan pak Randy membuat pak Adam berubah menjadi orang yang dermawan dan jauh dari kata sombong. Pak Adam dan pak Randy sangat mengenal satu sama lain. Pak Adam adalah direktur utama salah satu perusahaan asuransi besar di Indonesia yang sudah dirintis oleh ayahnya bertahun-tahun.

Pak Randy biasanya tidak pernah bermain golf diluar kota Jakarta. Namun suatu hari pak Adam mengajaknya bermain golf di Diamond Golf Course yang berada di Bogor. Pak Adam juga mengajak pak Ben, salah satu teman mereka. Pak Adam kemudian meminta pihak Diamond Golf Course untuk menyiapkan caddy spesial untuk kedua temannya. Saat itulah pak Randy bertemu dengan Zia. Pak Randy bukanlah tipe pria yang suka menggoda wanita dengan ketampanan dan kekayaannya. Pak Randy yang sudah bertahun-tahun bermain golf juga sudah sering kali bertemu caddy yang suka menggodanya. Dan itu membuat pak Randy muak dan merasa jijik.

Saat pertama kali melihat Zia, pak Randy berpikir bahwa Zia adalah salah satu caddy yang suka menggoda para pemain agar bisa mendapatkan uang darinya. Kecantikan Zia yang membuat pak Randy berpikir seperti itu, karena yang pak Randy temui selama ini caddy yang memiliki paras cantik adalah caddy penggoda. Pak Randy kemudian memutuskan untuk bersikap dingin pada Zia selama permainan. Namun dia heran, Zia sama sekali tidak menggodanya dan juga tidak menggoda pak Adam dan pak Ben temannya. Padahal biasanya jika dia bersikap dingin dengan caddy nya, maka caddy itu akan mencoba menggodanya dan jika tidak berhasil menggodanya maka caddy itu akan menggoda temannya. Selama sembilan hole bersikap dingin pada Zia, pak Randy akhirnya mengerti bahwa Zia bukanlah salah satu dari caddy yang suka menggoda. Dan dia pun kemudian berhenti bersikap dingin pada Zia. Karena kecantikan dan kepandaian Zia, pak Randy pun meminta Zia untuk menjadi caddy tetapnya.

Pertama kali bertemu dengan Zia, pak Randy sudah mengagumi kecantikannya apalagi saat Zia tersenyum ramah padanya, Zia terlihat sangat manis. Siapa yang tak kagum melihat kecantikan Zia, bahkan pak Adam pun mengagumi kecantikan Zia. Suatu hari pak Dika salah satu temannya mengajak semua caddy untuk datang ketempatnya. Sebuah gedung karaoke miliknya yang berada di kota Jakarta. Sebenarnya pak Randy tak ingin bertemu dengan Zia di luar lapangan karena dia khawatir akan kecewa melihat perbedaan sikap Zia. Pak Randy sendiri tak bicara pada Zia untuk mengikuti caddy lain yang akan datang ketempat pak Dika.

Namun malam itu pak Randy terkejut melihat Zia yang juga datang bersama caddy lain. Saat itu pak Randy sudah berpikir akan mengganti caddy pribadinya jika ternyata Zia memiliki sikap yang berbeda dari sikapnya saat di lapangan. Namun pak Randy lagi-lagi dibuat terkejut oleh Zia yang ternyata tidak memiliki sikap berbeda dengan sikapnya di lapangan. Zia hanya duduk menikmati acara yang pak Dika buat. Bahkan pak Randy juga terpesona mendengar suara Zia saat pak Dika memintanya untuk bernyanyi. Pak Adam, pak Ben dan pak Dika pun bahkan terpesona dengan suara lembut Zia saat menyanyikan sebuah lagu.

Saat itu pak Randy langsung menyadari bahwa Zia adalah caddy yang berbeda dengan caddy lainnya. Pak Randy ingin sekali menjadikan Zia sebagai temannya. Sebagai seorang teman, pak Randy ingin mengenal lebih banyak tentang Zia. Pak Randy bertekad jika dalam proses pertemanannya dengan Zia, Zia berubah dan bukan lagi menjadi Zia yang dia kenal saat ini, maka dia akan berhenti menemui Zia.

Pak Randy sebenarnya memiliki banyak teman termasuk teman wanita. Namun semua wanita yang dia kenal selalu memanfaatkan hartanya. Dia ingin memiliki teman yang tulus seperti pak Adam. Pak Randy memang tidak pernah peduli dari kalangan apa orang itu, selama dia melihat orang itu sebagai orang yang tulus maka dia akan berusaha menjadikannya teman. Pak Randy yang hidup sendiri tanpa mempunyai seorang adik membuatnya ingin memiliki banyak teman.

Malam itu pak Randy mencoba mengajak Zia berbicara. Pak Randy mempelajari setiap kata yang keluar dari mulut Zia. Dia juga mempelajari gerak tubuh Zia saat berbicara dengannya. Zia bahkan tak pernah berusaha untuk duduk berdekatan dengannya. Pak Randy benar-benar kagum pada Zia, walaupun pekerjaannya sering dinilai jelek oleh orang lain, Zia justru berusaha membuktikan apa yang orang lain nilai itu salah. Selama berbicara dengan Zia, pak Randy tak pernah mendengar satu pun kata kasar yang keluar dari mulut Zia. Baru pertama kali dia bertemu wanita seperti Zia.

“Ran, ngopi dulu yuk” ajak pak Adam malam itu setelah taxi yang dinaiki para caddy melaju meninggalkan gedung karaoke

“ayo” jawab pak Randy

“kalian ikut kan?” tanya pak Adam yang menatap kearah Pak Ben dan pak Dika

“gw gak ikut deh mau istirahat, capek banget gw” jawab pak Dika

“gw juga capek banget mau langsung balik” jawab pak Ben

Pak Adam dan pak Randy kemudian berjalan menuju sebuah cafe yang berada tak jauh dari gedung karaoke milik pak Dika. Pak Adam memesan dua kopi panas untuknya dan pak Randy sahabatnya. Mereka berjalan menuju dua kursi yang saling berhadapan dan hanya terhalang satu meja yang berada di sudut cafe. Pak Adam dan pak Randy kemudian duduk saling berhadapan.

“Dika liar banget tadi, gila” ucap pak Adam sesaat setelah mereka duduk

“kaya gak kenal Dika aja lo. Dia kan emang gitu” jawab pak Randy

“lo masih lanjut jadiin Sisi caddy lo?” tanya pak Randy

“masih” jawab pak Adam singkat yang kemudian menyeruput kopi panas yang baru saja diantar oleh pelayan cafe

“tapi caddy lo tadi aja cuek sama lo dia malah asik sendiri sama si Dika” ucap pak Randy

“gw cuma butuh dia di lapangan. Kalau diluar lapangan dia maunya sama Dika, gw gak peduli” ucap pak Adam

“gw malah heran sama Ria dan Zia. Mereka bisa kuat gitu gak keikut Sisi” lanjut pak Adam yang membuat pak Randy menganggukkan kepalanya

“gw masih ingat suara Zia tadi dan gw juga jadi keingat waktu dia ngomong sama pemain pakai bahasa Jepang, fasih banget” kagum pak Adam

“gw beruntung dapet caddy kaya Zia. Cantik, pintar, gak genit gak mata duitan pula” ucap pak Randy

“ngomong-ngomong waktu lo keluar ruangan tadi gw ngobrol sama si Ria. Inget gak waktu Zia nyanyiin lagu terus si Ria tiba-tiba meluk si Zia waktu Zia selesai nyanyi?” tanya pak Adam

“iya inget” jawab pak Randy

“gw nanya ke Ria kenapa dia tiba-tiba meluk si Zia. Terus si Ria cerita ke gw tentang keluarganya si Zia loh ya walaupun cuma cerita sedikit sih. Zia tuh bener-bener hebat, gila gw mau jadi fans dia deh kayanya” ucap pak Adam yang membuat pak Randy penasaran

“ada apa emang dam?” tanya pak Randy

“jadi lagu yang terakhir dinyanyiin Zia, liriknya tuh ngena banget katanya ke diri Zia. Zia pengen banget katanya bikin ayahnya bangga walaupun ayahnya gak pernah dukung setiap keputusan dia” jawab pak Adam

“kenapa?” tanya pak Randy

“cuma itu yang Ria ceritain sih sama gw, Ria gak kasih tau alasannya kenapa” jawab pak Adam

“bisa aja kan keputusan yang Zia ambil emang gak bagus buat masa depannya dan itu yang bikin ayahnya gak dukung” ucap pak Randy

“iya juga sih” ucap pak Adam

“tapi gak tau kenapa, rasanya ge percaya banget sama Zia deh” lanjut pak Adam

“Zia emang gak kelihatan seperti cewek nakal yang suka neko-neko, gw juga rasanya percaya aja sama Zia” saut pak Randy

Pak Adam menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan pak Randy. Mereka kemudian meminum kopi mereka sambil sesekali berbincang mengenai kehidupan mereka masing-masing. Setelah kopi yang mereka minum telah habis, mereka pun pulang kembali kerumah mereka masing-masing.



Pak Randy membuka matanya di pagi hari yang cerah. Dia bangun dari tempat tidurnya dan bersiap-siap untuk sarapan lalu berangkat menuju kantor. Randy tinggal di sebuah rumah yang berada di komplek rumah-rumah elit yang megah. Randy tinggal satu atap bersama ibu dan kakeknya. Setelah pak Randy siap, dia pun turun menuju ruang makan dimana sudah ada kakek dan ibu nya yang menunggu pak Randy untuk sarapan bersama.

“Kamu udah punya pacar belum Ran?” tanya kakeknya tiba-tiba saat pak Randy baru saja tiba di ruang makan

“masih pagi pah” ucap Melisa ibu kandung pak Randy pada ayahnya yang juga kakek dari pak Randy

“ini hal mendesak yang bisa ditanya kapan saja” jawab Syarif kakek pak Randy

“belum kek” jawab pak Randy singkat

“kamu sudah 29 tahun Ran, mau sampai kapan kamu sendiri terus? Sudah waktunya kamu punya hubungan serius dengan wanita. Berhenti bertemu dengan teman-temanmu itu jika mereka yang menghambatmu untuk menemukan seorang wanita” ucap pak Syarif

“kakek kan tau gimana hubunganku yang terakhir itu. Aku harus lebih hati-hati untuk cari wanita yang akan aku jadikan istri” jawab pak Randy

“wanita itu kan kamu kenal dari salah satu temanmu. Makanya kamu gak usah bergaul dengan mereka. Mereka masih saja senang bermain wanita padahal sudah cukup umur untuk menikah” ucap pak Syarif kesal

“kamu jangan terlalu pilih-pilih juga jangan dingin dengan wanita. Gimana kamu bisa ketemu wanita yang cocok jika kamu saja selalu dingin saat bertemu dengan wanita” lanjut pak Syarif

“iya kek” jawab pak Randy pasrah

Pak Randy kemudian menuju kantornya setelah selesai menghabiskan sarapannya. Pak Randy sudah biasa mendengar kakeknya menanyakan hal yang sama setiap hari. Pak Randy juga sudah ingin menikah dan memberikan seorang cucu untuk ibunya. Tapi dirinya belum menemukan wanita yang bisa merebut hatinya.

Caddy, I Love You [Completed]Kde žijí příběhy. Začni objevovat