BAB 5

7.5K 355 5
                                    

Hari ini group B1, group caddy yang menaungi Zia mendapatkan jadwal turun ke lapangan di urutan ke 9 dari 10 group yang bekerja. Dua group mendapatkan jatah libur. Karena group B1 mendapat urutan di akhir, jadi group B1 masih bersantai di ruangan caddy. Ada yang meluangkan waktunya untuk tidur, berbincang dengan caddy lain, atau hanya sekedar rebahan menunggu giliran standby. Zia dan Ria sedang merebahkan tubuh mereka di tempat istirahat khusus caddy. Banyak caddy yang berpikir lebih baik tidak turun ke lapangan daripada harus turun ke lapangan di siang hari. Karena jika turun ke lapangan di siang hari maka caddy akan pulang saat sore hari bahkan bisa malam hari. Zia yang hari ini ada jadwal kuliah jam 7 malam juga berharap tidak turun ke lapangan karena mengejar waktu jadwal kuliah.

“Zia keruang caddy master sekarang. Zia keruang caddy master sekarang” terdengar suara dari speaker ruangan caddy yang tersambung ke ruangan caddy master

Zia yang sedang merebahkan tubuhnya terbangun dan segera menuju ke ruang caddy master. Zia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 8 pagi. Zia berjalan melewati teras gedung tempat caddy standby menunggu pemain yang sudah terlihat sepi. Zia kemudian memasuki ruangan caddy master yang terlihat ada bu Desi dan Bu Gina yang juga seorang caddy master sedang duduk menanti kedatangan Zia.

“ada apa bu?” tanya Zia sesaat memasuki ruangan caddy master

“ada pemain dari Jepang dan dia gak bisa bahasa Indonesia, nanti kamu bawa ya” ucap bu Gina

“caddy lain yang bisa bahasa asing ada kan bu?” ucap Zia yang berusaha memberikan kesempatan itu pada caddy lain

“semua caddy yang bisa bahasa asing udah turun ke lapangan, tinggal kamu aja” ucap bu Gina

“udah bawa aja sih, bag udah mulai sepi loh kalau gak diambil kamu malah gak bakal turun ke lapangan nanti” saut bu Desi

“oke deh bu nanti saya bawa. Tee off jam berapa bu?” tanya Zia

“jam 10 tee off kamu sekarang siap-siap aja” ucap bu Gina

“baik bu” ucap Zia yang kemudian berjalan keluar ruangan caddy master menuju ke ruangan caddy

Zia mencari-cari keberadaan Nia leader group B1 untuk memberitahukan bahwa Zia akan turun ke lapangan. Sudah kewajiban bagi setiap caddy yang akan turun ke lapangan tanpa standby bersama anggota groupnya untuk melaporkan pada leader group. Karena jika tidak melapor, leader group akan mencoret nama caddy tersebut dan menganggap caddy tersebut tidak masuk kerja.

“ka, Zia sekarang turun ke lapangan ya” ucap Zia pada Nia yang sedang berada di dalam kantin

“bawa siapa Zi?” tanya Nia

“orang Jepang gak bisa bahasa Indonesia ka” jawab Zia

“oh disuruh caddy master ya?” tanya Nia

“iya ka” jawab Zia

“oke deh nanti kaka tulis di catatan. Yaudah sana siap-siap” ucap Nia

Zia kemudian menuju lokernya untuk mengambil peralatan makeup dan peralatan yang dibutuhkan caddy saat turun ke lapangan. Zia membawa semua peralatannya ke dalam ruangan caddy dan duduk disamping Ria. Zia membuka tas makeup nya dan mulai merias wajahnya. Ria yang tadi sedang tertidur kemudian terbangun mendengar gerakan Zia.

“turun Zi?” tanya Ria yang masih mengantuk

“iya Ri” jawab Zia sambil merias wajahnya

“bawa siapa?” tanya Ria

“orang Jepang gak bisa bahasa Indo” jawab Zia

“turun jam segini masih keburu ko buat ngejar jadwal kuliah. Semangat ya Zi” ucap Ria

“iya pasti. Tidur lagi aja Ri, pemain nya pagi ini udah sepi tuh tadi aku lihat di teras” ucap Zia

“gak akan turun deh hari ini. Hari ini istirahat deh tidur aja” Ria kemudian menutup lagi matanya

“iya” jawab Zia

Beberapa menit kemudian Zia selesai merias wajahnya. Zia kemudian menuju kantin untuk membeli dua botol air minum untuk bekalnya di lapangan nanti. Zia juga membawa beberapa bungkus permen yang sudah Zia simpan dalam lokernya. Zia kemudian merapikan semua pakaiannya didepan cermin besar yang ada di dalam ruangan caddy. Celana panjang, baju panjang dengan manset panjang di dalamnya di rapikan oleh Zia agar nyaman saat turun ke lapangan nanti. Setelah selesai merapikan pakaiannya, Zia mengambil sepatu golf miliknya dan memakainya. Saat Zia baru memakai salah satu sepatunya, terdengar suara dari speaker memanggil namanya.

“Zia bag nya rapihkan. Zia bag nya rapihkan” suara bu Desi yang terdengar dari balik speaker

Zia bergegas memakai sepatunya dan berjalan menuju ke teras untuk merapihkan tas golf milik pemain yang bu Gina maksud tadi. Terlihat nama pemain itu Hiro, sudah jelas nama yang berasal dari Jepang. Seperti biasa Zia menghitung dan mengecek jumlah stick.

“Zi, ini teman satu flatnya ya. Dia main berdua” ucap pak Didi seorang porter yang baru saja menurunkan sebuah tas golf dari dalam mobil.

“orang Jepang juga pak?” tanya Zia

“iya, tapi yang ini masih bisa bahasa Indonesia walaupun sedikit” jawab pak Didi

Zia melihat tas golf itu dirapihkan oleh salah satu caddy yang lebih junior dari Zia. Terlihat caddy itu gugup dan sempat menolak kepada leadernya untuk memberi tas golf itu pada caddy lain yang lebih senior tapi leadernya menolak. Zia kemudian mengajak caddy itu menaiki tas golf itu keatas cart dan menuju club house.

“kaka namanya siapa” tanya caddy itu pada Zia

“Zia, kamu?” tanya Zia balik

“Ayu ka” jawab caddy itu dengan wajah gugup

“gak usah gugup gak usah takut. kalau pemain gak ada permintaan yang aneh-aneh waktu turunin bag tadi, kamu gak perlu khawatir” ucap Zia yang mencoba menenangkan Ayu yang sedang gugup

“bantuin aku ya ka kalau aku gak bisa nanti di lapangan” ucap Ayu

“kamu udah berapa lama jadi caddy?” tanya Zia penasaran

“baru enam bulan ka” jawab Ayu

“oh udah lama itu sih. Kamu pasti bisa ko” ucap Zia

Zia tiba di belakang club house dan melihat Sisi sedang duduk di cart. Sisi yang juga melihat kedatangan Zia kemudian menghampiri Zia.

“pak Randy main Zi?” tanya Sisi yang berdiri di samping cart Zia

“gak Si. Gw bawa orang Jepang” jawab Zia

“group lo belum ada yang turun lapangan, lo bawa bookingan?” tanya Zia

“pak Adam. Tapi gak tau main sama siapa aja” ucap Sisi

“gak lo tanya ke pak Adamnya?” ucap Zia

“udah nanya, tapi gak dijawab sama pak Adam” ucap Sisi

“pak Randy beneran gak main?” tanya Sisi yang masih bingung

“pak Randy sih gak ngehubungin gw. Tapi siapa tau dia mau main pakai caddy lain kan” ucap Zia

Tak lama kemudian terlihat pak Adam berjalan keluar dari dalam club house dan menghampiri Sisi yang masih berdiri disamping Zia.

“hay Sisi, ehh ada Zia juga” ucap pak Adam setelah tiba dihadapan Sisi

“loh temen mainnya mana pak?” tanya Sisi heran

“saya hari ini main sendiri. Teman saya lagi pada sibuk semua” jawab pak Adam

“pantesan aku dari tadi nunggu ko gak ada bag orang Indonesia selain punya bapak” ucap Sisi

“kamu lagi bawa siapa Zi?” tanya pak Adam pada Zia

“orang Jepang pak” jawab Zia

“mantap. Yaudah saya jalan duluan ya Zi” ucap pak Adam sambil berlajan menuju tas golf miliknya yang sudah diletakkan diatas cart



Beberapa menit kemudian dua pemain golf berjalan keluar dari dalam club house. Dua pemain itu menghampiri Zia dan Ayu. Kedua pemain itu tersenyum dan menaiki cart. Mereka melajukan golf cart menuju flower course. Zia melihat sebuah antrian pendek di teebox hole pertama flower course. Dan antrian di depan flatnya ternyata pak Adam yang sedang bermain sendirian. Zia dan Ayu kemudian turun dari cart dan bersiap memlerkenalkan dirinya kepada pemain yang akan dipandunya.

“Ohayou gozaimasu, watashi wa Zia desu. Kore wa pā yon desu, kyori wa sanbyaku yon-ju ni mētorudesu” ucap Zia dalam bahasa Jepang
(Selamat pagi, nama saya Zia. Ini adalah par 4 dengan jarak 342 m)

“Hai Ohayou Gozaimasu. Watashi wa Hiro Satou desu. Onegai shi-masu” jawab Hiro-san
(Iya selamat pagi. Nama saya Hiro Satou. Mohon bantuannya)

“Hai, onegai shi-masu” jawab Zia sambil membungkukkan badannya sebagai tanda menghormati lawan bicara.
(iya mohon bantuannya)

Zia bersyukur bahwa Hiro-san tidak banyak mengajaknya berbicara karena sebenarnya Zia juga masih pasif dalam berbahasa Jepang. Zia sendiri bukan sengaja belajar bahasa Jepang, Zia hanya mengerti beberapa kalimat yang biasanya diucapkan saat permainan golf. Seringnya Zia membawa pemain yang berasal dari Jepang dan Korea membuat Zia sedikit mengerti bahasa mereka. Hole demi hole sudah terlewat hingga sampai sudah di hole pertama palm course. Masih dengan antrian yang sama seperti pertama kali tee off, pak Adam yang bermain sendirian berada di depan flat Hiro-san.

“sumimasen, shitsumon shite mo i-I desu ka ?” Hiro-san turun dari golf cart dan menghampiri Zia
(Permisi, boleh saya tanya?)

“Hai, douzo” Zia juga turun dari cart dan berdiri dihadapan Hiro-san
(Iya, silahkan)

“Nihongo o benkyō shimashita ka?” tanya Hiro-san
(apakah anda belajar bahasa Jepang?)

“Iie, watashi wa gorufā kara dokugakudeshita” jawab Zia
(Tidak, saya belajar secara otodidak dari pemain golf)

“Ee~ sugoi!” mata Hiro-san terbelalak terkejut dengan jawaban Zia
(keren!)

“Iie..Iie” ucap Zia sambil menggerakkan kedua tangannya seperti gerakan tidak setuju
(tidak..tidak)

Hiro-san kemudian menghampiri temannya yang sedang berdiri di depan cart melihat keujung lapangan. Terdengar Hiro-san berbicara dengan temannya menggunakan bahasa Jepang. Terlihat mimik wajah terkejut dari wajah temannya dan kemudian melihat kearah Zia.

“ngomong apa ka tadi?” tanya Ayu penasaran
“dia nanya gw belajar bahasa Jepang atau gak terus gw jawab gak belajar cuma ngerti secara otodidak aja dari pemain golf” jawab Zia

“beneran gak belajar ka?” tanya Ayu yang juga terkejut mendengan ucapan Zia

“iya bener masa bohong. Makanya gw juga sebenernya gak banyak ngerti apa yang dia bilang. Karena emang dasarnya gw cuma ngerti beberapa percakapan yang sering gw denger dari pemain aja” jawab Zia

“ka Zia keren banget” Ayu mengacungkan kedua jempol tangannya

“gak ko Yu, biasa aja. Banyak caddy yang lebih hebat dari gw” ucap Zia

“Ayu gak pernah nemuin tuh caddy hebat kaya ka Zia” ucap Zia

“belum nemu bukan gak pernah” ucap Zia

“Ayu sekarang ngerti kenapa banyak senior di group Ayu gak suka sama ka Zia. Ayu pikir ka Zia itu caddy galak makanya banyak yang gak suka ternyata karena ka Zia itu caddy keren jadi banyak yang cemburu ya” ucap Ayu, Zia hanya tersenyum tak terkejut dengan ucapan Ayu yang berkata bahwa banyak senior yang tidak menyukainya

Setelah beberapa jam kemudian permainan golf pun selesai. Seperti biasanya Zia mengelap dan merapikan stick golf milik pemain dan mengecek ulang barang bawaan pemain. Cart milik Zia terparkir di sebelah cart milik Sisi. Zia dan Sisi masih sama-sama sibuk dengan kegiatannya merapikan semua isi cart.

“Zia-san, kyō wa tasukete kurete arigatō” ucap Hiro-san sambil memberi uang tips pada Zia
(Zia, terimakasih sudah membantu saya hari ini)

“iie, kochira koso arigatō” jawab Zia
(Tidak, saya yang seharusnya berterimakasih)

“Zia-san, Indoneshia ni ittara mata aemasu ka?” tanya Hiro-san
(Zia, bolehkah bertemu lagi saat saya ke Indonesia lagi?)

“Hai! Mochiron dekimasu” Zia membungkukkan setengah tubuhnya
(Iya, tentu saja boleh)

“Zia-san, anata no namae o oboete okimasu” ucap Hiro-san
(saya akan mengingat nama anda, Zia)

“Hai! Omoide shite kudasai” ucap Zia
(Baik, silahkan diingat)

“mata aimashō” ucap Hiro-san sambil melambaikan tangannya
(sampai jumpa lagi)

“Hai” jawab Zia sambil membungkukkan badannya
(baik)

Hiro-san berjalan masuk kedalam club house. Zia menutup tas golf milik Hiro-san. Sisi dan pak Adam terlihat masih sibuk merapikan tas dan cart milik mereka.

“kamu bisa bahasa Jepang Zi?” tanya pak Adam

“sedikit pak” jawab Zia

“wihhh keren” pak Adam mengacungkan jari jempolnya kearah Zia

“oke deh Si sampai ketemu lagi ya” ucap pak Adam pada Sisi dan Sisi menganggukkan kepalanya

“sampai ketemu lagi ya Zi” ucap pak Adam pada Zia dan kemudian pak Adam berjalan masuk kedalam club house

“Si, duluan ya” ucap Zia pada Sisi dan Sisi menganggukkan kepalanya

Zia melajukan golf cart nya menuju ke depan gedung utama. Memberikan tas golf kepada porter dan kemudian kembali ke gedung tempat para caddy berada. Ayu yang baru pertama kali turun ke lapangan bersama Zia tidak berhenti mengagumi kepintaran Zia. Zia hanya tersenyum dan sesekali mengucapkan terimakasih atas pujian yang Ayu ucapkan.

Zia yang baru saja selesai bekerja turun ke lapangan melihat sekeliling dan tak satu anggota group B1 terlihat. Jam menunjukkan pukul 3 sore. Sudah melewati jam pulang kerja. Zia kemudian merapihkan semua barang-barangnya, Zia mencuci mukanya dan mengganti pakaiannya. Setelah beres Zia kemudian pulang menuju ke rumah kontrakannya dan bersiap untuk berangkat kuliah.

Caddy, I Love You [Completed]Where stories live. Discover now