BAB 21

4.6K 210 8
                                    

Keesokan harinya, Zia berangkat kerja seperti biasanya. Zia juga tetap ramah melemparkan senyum kepada semua orang yang ia temui. Zia berjalan dari parkiran motor ke gedung caddy dan melewati banyak caddy yang sedang standby di teras gedung, mereka semua menatap Zia. Zia berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan itu, Zia berjalan masuk ke dalam ruang istirahat caddy, lebih banyak caddy yang sedang merias wajahnya dan bersiap standby, mereka semua menatap Zia. Terdengar suara Sisi dari kejauhan yang sedang membicarakannya seakan Sisi menunggu kedatangan Zia agar Zia mendengarnya.

“ternyata dia lebih genit daripada gw. Keliatannya aja kaya orang bener nyatanya malah lebih parah dari gw” ucap Sisi dengan suara lantang

Zia tak menghiraukannya dan berjalan menghampiri Ria yang sedang duduk di tempat istirahat mereka. Sisi masih membicarakan Zia namun Zia tak mendengarnya karena banyak suara caddy lain yang sedang berbicara. Namun Zia bersyukur semua teman satu angkatannya berada di pihak Zia dan mereka tahu bahwa Sisi sebenarnya hanya iri dengan Zia.

“lo diem aja denger si Sisi ngomongin lo gitu? Dia tuh sengaja ngomong kenceng biar lo denger kan?!” ucap Ria kesal

“diemin aja. Kalau kita nanggepin dia, yang ada dia makin besar kepala dan merasa menang. Nanti juga capek sendiri” jawab Zia

“tapi kan caddy lain jadi nilai lo jelek Zi” ucap Ria

“iya Zi, caddy senior juga jadi mikir yang gak-gak tentang lo” saut Wulan

“gak apa-apa. Nanti mereka akan tau sendiri kebenarannya . yang jelas kalian kan gak mikir jelek tentang gw. Udah kita fokus sama diri sendiri aja” ucap Zia

“ya gak mungkin lah gw mikir lo yang gak-gak. Gw tau sendiri gimana cerita lo sama pak Randy” ucap Ria

“iya makanya itu. Mereka kan begitu sama gw karena mereka gak tau ceritanya. Jadi biarin aja mereka berpikir sesuai dengan apa yang mereka pikirin” ucap Zia

“huh! Dasar itu si Sisi caddy genit. Mulutnya banyak cingcong, pengen gw sumpel mulutnya nih pakai kaos kaki gw yang kotor!” kesal Ria

“ssst.. udah ayo siap-siap turun lapangan. Pemain banyak yang datang. Sebentar lagi group kita pasti disuruh standby” ucap Zia

Zia dan Ria mengganti pakaiannya dengan seragam caddy dan mulai merias wajahnya. Tak lama Nia leader mereka menghampiri mereka dan menyuruh mereka untuk standby di teras gedung. Mereka merapihkan barang bawaan mereka dan berjalan menuju teras gedung. Terlihat pemain yang mulai sepi dan caddy yang sedang standby hanya group B1 dan beberapa sisa caddy dari group A3 yang belum mendapatkan pemain. Namun tak lama kemudian satu persatu para caddy mendapatkan jatah pemain dan mulai pergi menuju club house.

“Zi, lo beneran pacaran sama pak Randy?” tanya pak Didi yang menghampiri Zia yang sedang duduk dengan Ria

“iya pak” jawab Zia

“hebat euy!” ucap pak Didi

“biasa aja pak” jawab Zia

“yah semoga langgeng Zi. Jangan dengerin omongan orang” ucap pak Didi

“iya pak makasih” jawab Zia

Setelah tak ada lagi mobil yang berhenti dan menurunkan tas golfnya selama dua jam. Tepat jam 8 pagi ada sebuah mobil berhenti di depan teras dan menurunkan sebuah tas golf berwarna putih. Kali ini adalah jatah Ria mendapatkan tas golf. Nia leader mereka memanggil nama Ria, Ria menghampiri tas itu dan merapihkannya seperti biasa. Terlihat wajah kecewa Ria saat melihat nama pada tas golf itu.

“kenapa?” tanya Zia saat Ria mengambil tas jinjingnya di samping Zia

“pemain cewe korea” jawab Ria dengan kecewa

Caddy, I Love You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang