BAB 6

7.2K 352 2
                                    

Zia yang sedang tidak ada jadwal kuliah datang kerumah kontrakan Ria yang berada hanya beberapa meter dari rumah kontrakannya. Zia dan Ria sedang berbincang-bincang mengenai banyak hal. Walaupun Zia dan Ria sama-sama baru mengenal selama kurang lebih dua tahun, namun Zia dan Ria sudah menjadi sahabat yang sangat dekat. Zia yang sedang tertawa mendengar lelucon Ria kemudian dikejutkan dengan getaran ponselnya. Zia mengambil ponsel miliknya yang dia letakkan diatas meja ruang tamu. Terlihat nama pak Randy muncul di ponselnya. Zia kemudian mengangkat panggilan teleponnya.

“Halo Zi” sapa pak Randy saat Zia mengangkat teleponnya

“iya halo pak” jawab Zia

“besok saya main ya Zi. Seperti biasa main bareng Adam, Dika dan Ben” ucap pak Randy

“baik pak. Tee off jam berapa pak?” tanya Zia

“kita tee off jam setengah 8 tapi saya datang jam 6 mau driving dulu” ucap pak Randy

“oke pak siap besok saya tunggu” ucap Zia

“oke makasih Zi” ucap pak Randy yang kemudian menutup teleponnya

Ria yang mengetahui panggilan telepon itu berasal dari pak Randy menatap Zia dengan penasaran menunggu cerita Zia. Ria ingin tau apa yang dibicarakan pak Randy tadi. Namun Zia yang tidak peka terhadap rasa penasaran Ria hanya diam dan memainkan ponselnya.

“Zi, apa kata pak Randy?” tanya Ria yang frustasi pada Zia sahabatnya yang tidak peka

“besok main jam setengah 8. Pak Dika belum hubungin lo?” tanya Zia

“belum” jawab Ria setelah Ria mengecek ponselnya

“nanti juga dihubungin ko” ucap Zia yang masih sibuk memainkan ponselnya

Jam menunjukkan pukul 9 malam, Zia kemudian pamit pada Ria dan pulang menuju rumah kontrakannya. Zia berjalan menuju rumahnya dan menyiapkan seragam caddy yang akan dipakai besok. Zia juga menyiapkan sepatu golf miliknya yang baru kering setelah dia cuci. Setelah selesai,  Zia pun bergegas tidur untuk memulihkan energinya.

Tepat jam 5.15 pagi, Zia tiba di ruangan caddy. Zia segera melapor kepada leadernya bahwa Zia akan menunggu pemain. Zia lalu bertemu dengan Ria di tempat istirahat caddy yang biasa Zia dan Ria gunakan. Ria yang sudah datang lebih awal sedang sibuk merias wajahnya. Ria tersenyum saat melihat kedatangan Zia. Zia menuju loker miliknya dan mengambil tas jinjing kecil yang selalu dia gunakan untuk membawa bekal saat turun ke lapangan. Zia juga mengambil tas make up miliknya dan kemudian duduk di hadapan Ria dan mulai merias wajahnya.

“pak Randy datang jam berapa Zi?” tanya Ria yang masih merias wajahnya

“jam 6 Ri. Pak dika?” tanya Zia balik

“jam 7 sih bilangnya. Pak Randy pagi banget datangnya kan tee off jam setengah 8?” tanya Ria

“mau driving dulu” jawab Zia

“oohh” saut Ria

Zia dan Ria pun menyelesaikan kegiatannya yang sedang sibuk merias wajahnya. Zia dan Ria juga merapihkan seluruh keperluan untuk dilapangan nanti seperti sandbag. Tas kecil berisi pasir yang wajib dibawa para caddy saat turun ke lapangan. Pasir itu digunakan untuk menutup tanah yang tercongkel saat pemain melakukan pukulan.

Tepat jam 6 pagi pak Randy datang dan menurunkan tas golf miliknya di depan gedung caddy. Zia yang dipanggil oleh caddy master melalui speaker kemudian bergegas menuju teras gedung dan merapihkan tas golf milik pak Randy.

“Zi, langsung driving katanya” ucap pak Didi seorang porter

“oke pak” jawab Zia

Setelah Zia selesai mengecek tas golf milik pak Randy, Zia pun menaikkan tas golf itu keatas golf cart dan langsung menuju driving range tempat khusus driving. Zia tiba lebih dulu di driving range dan belum melihat keberadaan pak Randy. Zia kemudian mengambil ponsel miliknya dari dalam tas dan mengirimkan pesan singkat pada pak Randy bahwa Zia sudah berada di driving range. Belum ada satu menit, pak Randy datang dari arah belakang Zia.

“pagi Zi” ucap pak Randy yang berdiri di dekat golf cart yang Zia duduki

“pagi pak. Saya kira bapak sudah sampai disini duluan jadi saya gak ke club house. Bapak jadi jalan deh. Maaf ya pak” ucap Zia

“saya memang mau jalan ko Zi. Kalau saya mau driving dulu kamu gak usah jemput saya di club house, kamu langsung aja kesini” ucap pak Randy membuat Zia merasa lega

“oke pak siap” jawab Zia

Zia menurunkan tas golf milik pak Randy dan meletakannya di dekat titik pukul. Pak Randy memberikan tas kecil miliknya kepada Zia. Pak Randy memakai sarung tangan golf dan mengambil stick golf dari tas golf miliknya. Pak Randy menyuruh Zia duduk di dekatnya. Zia hanya duduk dan melihat pak Randy melakukan beberapa pukulan. Setelah lima belas menit practice, pak Randy kemudian duduk di kursi yang berada disebelah Zia. Zia berdiri dan membersihkan semua stick golf yang baru saja dipakai oleh pak Randy. Saat pak Randy melihat Zia selesai membersihkan stick golf miliknya, pak Randy kembali menyuruh Zia duduk disebelahnya.

“kita ngobrol dulu Zi sambil nunggu teman-teman saya datang” ucap pak Randy sambil melepaskan sarung tangan golf yang ia kenakan

“iya pak boleh” ucap Zia yang kemudian kembali duduk di kursinya

“enak gak Zi kerja jadi caddy?” tanya pak Randy yang bingung mencari topik pembicaraan

“enak gak enak pak sama aja kaya kerjaan lainnya pasti ada enak dan gak enaknya” jawab Zia

“enak dan gak enaknya apa tuh?” tanya pak Randy

“enaknya bisa pegang dapat uang hampir setiap hari, ketemu sama pemain berbeda setiap harinya jadi bisa ketemu macam-macam karakter manusia, kerjaan yang gak berada dibawah tekanan. Gitu sih kayanya” jawab Zia yang juga bingung menyebutkan hal baik dalam pekerjaannya

“gak enaknya apa?” tanya pak Randy

“ banyak yang menganggap saingan, dinilai negatif, sulit mempertahankan prinsip dilingkungan kerja, dan yang paling gak enak kalau ketemu pemain genit. Itu menurut saya ya pak” jawab Zia

“loh yang saya tau justru banyak caddy lebih suka sama pemain genit deh ketimbang galak” ucap pak Randy

“kebanyakan sih pak. Tapi kalau saya justru kebalikannya” ucap Zia

“kenapa?” tanya pak Randy penasaran

“kalau ketemu pemain yang galak saya masih sanggup ramah sama pemain itu. Kalau ketemu pemain genit, saya bersikap ramah justru pemain itu semakin genit dan justru jadi kurang ajar pak” jelas Zia

“pernah pengalaman ketemu pemain genit Zi?” tanya pak Randy

“pernah pak. Selama dua tahun saya jadi caddy saya udah ketemu banyak pemain dengan karakter berbeda. Galak, genit, pendiam, yang baik banget juga pernah” jawab Zia

“tapi sebenarnya ada gak sih caddy yang seperti banyak orang bilang?” tanya pak Randy

“yang mana nih pak?” tanya balik Zia
“emang banyak omongan jelek tentang caddy Zi?” tanya pak Randy bingung

“ada beberapa yang sering kedengeran sih pak” jawab Zia

“apa aja tuh?” tanya pak Randy

“jadi simpanan orang, jadi caddy plus-plus, pakai susuk biar pemain luluh dan kasih uang yang banyak” jawab Zia

“waw serem juga yah. Saya cuma sering denger yang jadi caddy plus-plus aja sih. Tapi beneran ada yang kaya gitu Zi?” tanya pak Randy

“sebenarnya setiap pekerjaan kan pasti ada pak yang begitu. Cuma yang ketara banget ya caddy. Orang awam juga salah menilai seragam caddy. Banyak orang taunya kalau seragam caddy itu terbuka dan sexy padahal justru seragam caddy itu tertutup banget ya walaupun ketat dan lekuk tubuhnya terlihat” jawab Zia

“berarti ada ya Zi?” tanya pak Randy

“ada pak” jawab Zia

“kamu termasuk caddy yang seperti orang pikir gak?” tanya pak Randy

“kalau saya dengan percaya diri bilang saya gak termasuk dari salah satu yang mereka pikir, bapak bakal percaya?” tanya Zia yang membuat pak Randy hanya terdiam

“tapi gimana cara kamu ngadepin mereka yang menilai kamu dengan sebelah mata?” tanya pak Randy

“saya berusaha cuek sih pak. Saya berpikir mungkin mereka yang memandang saya dengan sebelah mata itu pernah kenal dengan caddy nakal dan membuat dia menilai semua caddy sama nakalnya. Saya gak pernah berusaha untuk menjelaskan pada mereka bagaimana pekerjaan caddy. Itu hak mereka untuk menilai diri saya. Saya rasa gak usah susah payah untuk jelasin, kasih bukti kongkrit aja” jawab Zia

“tapi nama kamu jadi jelek dong. Mereka kan pasti nyebarin rumor yang gak baik ke keluarganya atau ke tetangganya atau ke temannya” ucap pak Randy

“gak masalah selama saya bukan caddy yang mereka maksud. Mereka yang kenal sama saya akan mengerti bahwa yang orang lain ucapkan tentang saya itu salah” jawab Zia

“kamu gak risih denger omongan orang?” tanya pak Randy

“awalnya risih pak tapi sekarang udah gak ada waktu buat mikirin omongan orang” jawab Zia

Pak Randy menganggukkan kepalanya mengerti ucapan Zia. Setelah beberapa menit pak Randy dan Zia diam tak berbicara, ponsel pak Randy berdering dan pak Randy mengangkat teleponnya. Itu adalah telepon dari pak Adam yang menanyakan keberadaan pak Randy. Setelah pak Randy menutup teleponnya, pak Randy mengajak Zia untuk kembali ke belakang club house. Pak Randy memberitahukan bahwa hari ini dia akan satu cart dengan pak Adam. Pak Randy berjalan masuk kedalam club house untuk bergabung bersama teman-temannya yang sedang berada di dalam restaurant untuk sarapan. Zia kemudian mencari keberadaan Sisi dan mengajak Sisi untuk meletakkan tas golf milik pak Adam di cart yang Zia bawa.

Tepat pukul 7.20 pagi, pak Randy bersama teman-temannya berjalan keluar dari dalam club house. Pak Adam dan pak Randy menaiki cart yang sama, pak Dika dan pak Ben juga menaiki cart yang sama. Mereka melajukan golf cart nya menuju palm course yang dimulai dengan par 5 pada hole pertamanya. Tidak ada antrian di depan flat mereka dan juga dibelakang mereka, jadi mereka bisa lebih santai dalam bermain golf.

“Zi, ketemu lagi kita” ucap pak Adam segera setelah turun dari cart

“ketemu lagi?” tanya pak Randy heran

“iya hari jumat kemarin gw main sendirian, ketemu Zia yang flatnya dibelakang gw” jawab pak Adam kepada pak Randy

“kalian pakai caddy yang sama terus emang gak bosen?” tanya pak Ben tiba-tiba kepada pak Adam dan pak Randy

“Sorry Ben, kita bukan tipe lelaki gampang bosen kaya lo. Gw udah nyaman main sama Sisi” jawab pak Adam yang merangkul Sisi

“jangan dengerin omongan si Ben” bisik pak Randy pada Zia

Setelah selesai bersiap, mereka mulai tee off dari tee box berwarna hitam. Dimulai dari pak Randy, Pak Dika, Pak Adam dan terakhir pak Ben. Seperti biasa jarak pukulan pak Randy selalu yang lebih jauh dari ketiga temannya dan bola golfnya selalu jatuh ditempat aman atau ditempat tanpa hambatan.

“Zi bawa iron 5 aja ya” ucap pak Randy saat turun dari cart

“oke pak” Zia kemudian mengambil stick iron bernomor lima dan jalan mengikuti pak Randy

Pak Adam yang jarak bolanya berada dibelakang bola milik pak Randy, memukul terlebih dahulu. Dan pak Randy yang terakhir memukul bolanya. Setelah pak Randy memukul bolanya, Zia kembali ke cart bersama Sisi dan melajukan cart nya sampai ke bola milik pak Adam dan pak Randy. Pak Adam dan pak Randy terlihat jalan bersama sambil berbincang-bincang.

“Zia ternyata bisa bahasa Jepang loh Ran” ucap pak Adam kepada pak Randy yang sedang berjalan berdampingan menuju bolanya masing-masing

“tau dari mana lo dam?” tanya pak Randy

“kan gw bilang tadi sama lo jumat kemarin gw ketemu Zia. Nah waktu kelar main ketemu kan tuh dibelakang club house. Terus gw denger si Zia ngobrol sama pemain yang dia bawa pake bahasa Jepang. Canggih deh caddy lo Ran” ucap pak Adam

Pak Adam dan pak Randy sampai di bolanya masing-masing yang berada dekat dengan green hole. Zia membawa stick iron bertulislan PW (Pitching Wedge), stick yang biasa digunakan pemain untuk memasukkan bola dari jarak dekat green hole kedalam green hole. Bola pak Randy memasuki green hole dengan jarak yang cukup dekat dengan lubang. Pak Adam, pak Randy dan pak Dika menunggu pak Ben yang masih berusaha memasukkan bola golf nya kedalam green hole.

“kamu bisa bahasa Jepang Zi?” tanya pak Randy saat Zia menyerahkan stick putter padanya

“sedikit pak. Tau dari pak Adam yah?” tanya Zia sambil melirik pak Adam

“iya. Kamu kuliah jurusan bahasa Jepang?” tanya pak Randy

“gak pak, saya kuliah ambil jurusan Akuntansi” jawab Zia

“bisa bahasa Jepang ikut les?” tanya pak Randy

“gak juga pak” jawab Zia

“terus kamu lahir langsung bisa bahasa Jepang?” tanya pak Dika yang berdiri di dekat pak Randy

“Zia tuh bisa secara otodidak pak” saut Ria yang berada dibelakang pak Dika dan membuat Zia mengerutkan dahinya dan menatap Ria. Ria hanya tersenyum melihat Zia yang malu

“hah? Serius belajar otodidak bisa selancar itu?” saut pak Adam yang dari tadi mendengar pembicaraan Zia dan pak Randy

“Zia emang dikenal sebagai caddy pintar pak” saut Sisi yang membuat Zia semakin malu

“wahh gak salah dong lo Ran dapet caddy” ucap pak Adam

Mereka memukul bola golf nya masing-masing secara bergantian hingga bola memasuk kedalam hole/lubang. Permainan golf berjalan dengan lancar dan baik selama delapan hole. Saat berada di tee box hole pertama di wood course, pak Dika mendekati pak Randy dan pak Adam yang sedang berdiri disamping tee box.

“udah lama gak seneng-seneng nih. Ayolah ke tempat gw” ajak pak Dika yang berdiri disamping pak Randy

“gw gak mau ketempat lo. PL (pemandu lagu) ditempat lo pada berani, gw merinding ah. Ketempat lain aja” jawab pak Adam

“konsumen kan emang butuh PL yang berani, gimana sih lo dam” ucap pak Dika

“Ria sini deh” pak Dika memanggil Ria yang sedang mengobrol bersama Zia dan Sisi

“kenapa pak?” tanya Ria yang berdiri disamping pak Dika

“kamu suka nyanyi gak?” tanya pak Dika yang membuat pak Adam menoleh bingung kearah pah Dika

“nyanyi? Suka pak” jawab Ria heran dengan pertanyaan pak Dika yang tiba-tiba

“ayo karaokean ditempat saya. Ajak caddy nya Adam , Randy sama si Ben” ucap pak Dika yang membuat pak Randy dan pak Adam terkejut

“ayolah dam ajak caddy lo. Kita cuma dengerin mereka nyanyi aja kok, gw gak akan macem-macem” ucap pak Dika

“kamu mau Si?” tanya pak Adam pada Sisi

“iya gak apa-apa kalau cuma karaoke” jawab Sisi

“tuh kan caddy lo aja mau. Deal yah nanti malam ketempat gw” ucap pak Dika

Zia yang mendengar pembicaraan pak Dika hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Pak Randy juga tidak bertanya kepada Zia apakah Zia akan ikut atau tidak. Permainan golf kemudian berlanjut seperti biasanya. Hingga beberapa jam kemudian permainanpun selesai.

“Ria jangan lupa nanti malam datang sama Sisi dan ajak juga tuh caddynya si Randy dan si Ben” ucap Pak Dika pada Ria yang sedang merapihkan tas golf

“saya gak janji ya pak caddy nya pak Ben dan pak Randy bakal ikut atau gak” jawab Ria

“bujuk supaya mau ikut” ucap pak Dika

Para caddy kemudian menaruh tas golf kedepan club house dan memberikannya pada porter. Setelah itu para caddy langsung menuju keruangan caddy tanpa menyinggung yang diucapkan pak Dika tadi dilapangan. Setelah jam pulang kerja, Zia pun langsung pulang kerumahnya dan beristirahat.

Caddy, I Love You [Completed]Where stories live. Discover now