BAB 7

6.6K 338 1
                                    

Tok..tok..tok…

“Zia” terdengar suara Ria dari balik pintu rumah kontrakan Zia

Zia membuka pintu rumah dan mempersilahkan Ria masuk kedalam rumahnya. Mereka  duduk diruang tamu. Zia sebenarnya tau apa maksud Ria datang kerumahnya. Zia tau bahwa Ria ingin membujuknya agar ikut karaoke bersama pak Dika. Namun Zia sendiri sebenarnya tak ingin datang karena itu akan membuatnya terlihat seperti caddy nakal yang menggoda pemain.

“Zi, ikut yah. Lo lagi gak ada kelas dan besok juga kebetulan kita libur” bujuk Ria

“gak bisa Ri. lo aja sama Sisi yang ikut” jawab Zia

“gw takut kalau sendirian Zi lo temenin gw ya, please” ucap Ria dengan nada memelas

“kan ada Sisi” jawab Zia

“Sisi bisa aja kegoda sama ucapan pak Dika dan bakal jadi genit. gw yakin kalau lo bisa tahan sama godaan para pemain. Gw juga takut digenitin pak Dika, kalau ada lo gw bisa ngumpet dibelakang lo. Ikut ya Zi please ikut. Jagain gw” Ria memohon dengan putus asa

Zia juga sebenarnya khawatir pada Ria tapi Zia juga tak ingin bertemu dengan pemain diluar lapangan golf. Zia paham apa maksud Ria, karena Zia juga mengenal Sisi. Sisi termasuk caddy berani yang bisa membalas kegenitan pemain. Vika, caddy pak Ben tadi siang pun termasuk caddy yang terkenal genit. Jika Ria dibiarkan sendiri bersama Sisi dan Vika maka Ria justru bisa menjadi korban kegenitan pak Dika karena Sisi dan Vika tak mungkin menolong Ria.

“yaudah gw ikut” jawab Zia setelah beberapa menit berpikir

“makasih ya Zi, lo baik banget deh. Nanti gw kabarin Sisi. Kita berangkat bareng soalnya” ucap Ria

“yaudah lo sekarang siap-siap ya, gw juga mau siap-siap” lanjut Ria dan dibalas anggukan kepala oleh Zia

Ria berjalan keluar rumah dan menuju kerumah Sisi untuk memberi kabar bahwa Zia akan ikut. Setelah Ria memberi kabar pada Sisi, Ria pun kembali kerumahnya dan bersiap-siap. Zia juga bergegas mandi membersihkan badannya. Zia memilih pakaian yang tidak terbuka dan lebih santai. Zia memakai celana jeans berwarna hitam, dan t-shirt polos berwarna orange dan blouse jas denim berwarna putih, Zia memakai sneakers berwarna senada dengan blouse jas yang ia kenakan dan memakai sadle bag berwarna dark brown. Zia memang tak ingin tampil girly karena Zia memang tak ada niat mencoba menarik perhatian siapapun. Zia setuju ikut karena khawatir pada Ria.

Setelah siap, Ria mengajak Zia untuk berkumpul dirumah Sisi sambil menunggu taxi yang sudah Sisi pesan. Ria juga tidak memakai pakaian berlebihan, dia hanya memakai dress selutut dengan garis leher bateau berwarna hitam dengan motif bunga yang cantik, sepatu chunky heels dengan tinggi 5cm dan flap bag berwarna kuning yang senada dengan motif bunga pada dress yang ia kenakan. Ria juga tidak merias wajahnya secara berlebihan sama seperti Zia yang hanya merias wajahnya dengan make up setipis dan senatural mungkin. Berbeda dengan Sisi dan Vika yang menggunakan dresa pendek sepaha dengan makeup tebal seperti make up saat bekerja. Sisi dan Vika juga memakai heels yang cukup tinggi hingga terlihat jauh lebih tinggi dari biasanya.

“kalian kaya mau nongkrong sama temen aja deh masa bajunya simple banget sih apalagi lo Zi” ucap Sisi kesal saat melihat Zia

“Zia terpaksa ikut karena gw yang minta. Jadi gak usah pada komen apa yang kita pake” saut Ria

“gw peduli sama kalian makanya gw komen. Ketemu sama orang kaya masa make up aja tipis banget gitu” ucap Sisi yang masih kesal

“sstt udah jangan ngomong terus. Taxi nya kapan dateng”  saut Vika

“bentar lagi” jawab Sisi

Jam sudah menunjukkan pukul 7.15 malam. Taxi yang sudah Sisi pesan pun tiba. Sisi duduk dibangku penumpang disamping supir. Dibangku penumpang bagian belakang ada Ria ditengah, Zia disebelah kiri, dan Vika disebelah kanan. Ria memberi tahukan alamat yang diberikan pak Dika melalui pesan singkat kepada supir taxi. Pak supir pun perlahan melajukan taxinya melewati jalanan yang ramai dengan bermacam kendaraan berlalu-lalang. Dalam perjalan, Sisi dan Vika asik ngobrol berdua tanpa menghiraukan Zia dan Ria. Zia menatap kearah Ria yang terlihat gugup. Zia menepuk tangan Ria memberikan tanda pada Ria agar tak usah gugup dan takut.

Enam puluh menit kemudian, taxi berhenti tepat di depan sebuah gedung bertingkat tiga yang terlihat cukup megah. Terlihat papan bersar bertuliskan DG Karaoke yang menempel pada lantai dua gedung itu. Sisi menyuruh Ria menelepon pak Dika untuk memberi kabar bahwa mereka sudah tiba ditempat yang pak Dika maksud. Ria menelepon pak Dika dan memberi kabar pada pak Dika akan kedatangan mereka. Ria menutup teleponnya setelah selesai berbicara dengan pak Dika.

“langsung ke lantai tiga ruangan nomor 5 aja katanya Si” ucap Ria setelah menaruh ponselnya kedalam tas. Sisi dan Vika saling bergandengan tangan dan berjalan masuk kedalam gedung dengan perasaan bahagia. Ya acara seperti ini memang seperti sebuah kesempatan terbaik bagi para caddy genit.

“gw takut Zi, banyak orang juga tuh liat” Ria menggenggam tangan Zia dengan gugup

“gak apa-apa ada gw. Apa lo mau pulang aja?” tanya Zia

“jangan. Gw udah janji sama pak Dika kalau gw pergi nanti pak Dika gak mau booking gw lagi gimana” jawab Ria dengan khawatir

“yaudah kalau gak mau pulang ayo masuk. Gak usah takut, ada gw. Gw kan ikut buat nemenin lo” ucap Zia yang membuat Ria merasa lebih baik

Zia dan Ria berjalan masuk kedalam gedung dan disambut oleh receptionist. Zia pun memberitahukan pada receptionist itu bahwa mereka menuju ke lantai 3 ruangan nomor 5. Receptionist yang tahu bahwa ruangan itu adalah ruangan yang sedang dipakai oleh bosnya kemudian mempersilahkan Zia dan Ria untuk menuju ke lantai 3.

Caddy, I Love You [Completed]Where stories live. Discover now