Gus Rasyid menahan rasa kasihannya, dia membiarkan istrinya terus penasaran dan berprasangka buruk kepadanya. Hingga dia memarkirkan mobil, dia masih belum menjelaskan apa alasannya membawa Bella kemari.

Gus Rasyid turun dari mobil, lalu dia berjalan mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk Bella.

“Ayo turun,” kata Gus Rasyid, tapi Bella masih diam, duduk dengan gelisah.

“Kita ngapain ke sini?” tanya Bella.

“Mandi.”

“Hah?” Refleks satu tangan Bella terangkat dan menutupi dadanya. “Mandi?” tanyanya meyakinkan.

Gus Rasyid mengangguk.

“Tapi aku enggak bawa baju ganti Gus. Lagian di rumah airnya masih ada, kan? Kenapa harus mandi sejauh ini?"

Gus Rasyid malah nyengir lagi. “Tenang, aku udah bawa baju untuk kamu,” jawabnya dengan menunjuk sebuah tas yang berada di jok belakang. "Sekali-kali kita mandi keluar."

Rupanya, sudah sematang itu Gus Rasyid menjalankan rencananya. Hingga urusan baju ganti sudah dia persiapkan.

“Kita pulang aja yuk, Gus,” rayu Bella, karena dirinya merasa asing dengan tempat keramaian di mana dirinya berada.

Sudah lama dia tidak menginjakkan kaki lagi di tempat-tempat wisata, semenjak dirinya mondok. Bukan karena orang tuanya yang melarang, tapi dirinya yang malas jika berada di tengah-tengah keramaian.

Gus Rasyid menggandeng tangan istrinya, hingga sampai di depan ruang ganti baju. Tidak ia biarkan sedikit pun tangan istrinya lepas dari genggamannya, khawatir jika akan kehilangan Bella.

“Gus, aku bisa sendiri,” ucap Bella saat Gus Rasyid sudah mau melangkah mengikutinya.

“Eh! Iya, aku lupa,” jawab Gus Rasyid sebelum pergi ke ruang ganti baju khusus pria.

Kini mereka berdua sudah berada di lantai tertinggi, tempat wahana Slide Water. Tangan Bella semakin erat melingkar di lengan Gus Rasyid, ketika melihat ke bawah, di mana terlihat posisi dirinya lebih tinggi berkali-kali lipat dengan bangunan-bangunan di sekitar pemandian.

“Kalau kamu takut, kamu yang duduk di belakang. Aku yang di depan,” kata Gus Rasyid saat mereka menunggu giliran.

“Kita turun aja yuk Gus.”

“Enggak bisa sayang, kita turunnya ya harus lewat itu,” kata Gus Rasyid sambil menunjuk lubang besar tempat seluncuran.

Bella hanya bisa pasrah, tahu begitu dirinya menolak paksaan Gus Rasyid tadi, jika wahana ini terlihat lebih seram dari rumah hantu. Tapi dirinya juga belum pernah ke sana lagi. Terakhir ke sana mungkin sembilan tahun yang lalu.

Dengan ragu Bella duduk di belakang Gus Rasyid. Dia memejamkan mata melihat lubang seluncuran yang terjun ke bawah, terlihat sangat curam  di matanya. Awalnya dia hanya memegangi pundak Gus Rasyid, tapi saat merasa tubuhnya terjun, dia langsung mengeratkan pegangannya. Bahkan tanpa dia sadari, dia sudah memeluk erat leher Gus Rasyid.

Gus Rasyid hanya tersenyum, tidak merasa risih sekali pun, meski Bella sudah berteriak sekencang-kencangnya di dekat telinganya. Saat Bella membuka mata melihat seluncurannya yang meliuk-liuk, semakin erat pula dia memeluk Gus Rasyid. Dan ...

Blum...

Tubuh keduanya jatuh ke dalam air, dengan posisi Bella yang berubah, tidak hanya memeluk tapi sekarang dia sudah gendong di punggung Gus Rasyid.

“Tenang, kamu berada di tempat yang aman,” kata Gus Rasyid sambil mengusap lengan Bella yang melingkar di lehernya.

Seketika Bella membuka mata dan terkejut dengan pemandangan yang di buatnya. Sontak dia melepaskan tangan dan juga kakinya yang melilit tubuh Gus Rasyid dari tadi. Karena terkejut dia sampai lupa caranya berenang, namun dengan sigap Gus Rasyid meraih tubuhnya kembali sebelum tenggelam.

Dengan terpaksa Bella harus melingkarkan tangannya kembali ke leher Gus Rasyid agar tidak tenggelam. Kemudian Gus Rasyid tanpa banyak bicara membawanya ke pinggiran kolam.

 

Bersambung ....

Salam Rindu dari Gus RasyidWhere stories live. Discover now