Pasangan

1K 203 11
                                    

Rachel menjatuhkan sendoknya begitu saja, membuat bubur yang sebelumnya akan ia santap mengotori pakaian rumah sakitnya. Hal itu terjadi karena saat ini Rachel tengah melihat berita mengenai kehamilannya yang tersiar di chanel televisi terbesar di Manhattan. Rasanya Rachel ingin mengubur diri saat ini juga. Bibir Rachel mengerucut, hampir menangis karena berpikir bahwa karirnya sudah benar-benar hancur akibat skandal kehamilannya.

William yang baru saja ke luar dari kamar mandi, menatap televisi sembari menghela napas. Ia pun beranjak menujur Rachel. Dengan teliti, ia pun membersihkan bubur yang mengotori pakaian Rachel. Setelah itu mengecup pelipis kekasihnya itu dengan lembut. "Aku sudah berusaha untuk menyembunyikan fakta ini sebaik mungkin. Namun ternyata masih saja bocor," ucap William sama sekali tidak terlihat menyesal.

Pria itu bahkan tersenyum cerah, membuat Rachel tanpa hati segera memukul keningnya dengan sendok makan. Tentu saja William terkejut. Semakin terkejut saat melihat Rachel yang sudah menangis. Tentu saja William tahu apa yang tengah dikhawatirkan oleh Rachel. Dengan lembut, William pun memeluk Rachel. "Stt, tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja. Aku sendiri yang akan memastikannya," ucap William.

"Bohong! Semua orang pasti akan mencelaku dan anak ini. Semua pasti akan memberikan kata-kata buruk pada kami," ucap Rachel di sela tangisnya.

William mengusap punggung rapuh Rachel dengan lembut. Ia tahu, Rachel sudah terbiasa mendapatkan celaan sebagai seorang aktris. Namun, ia pasti cemas karena kini janin dalam kandungannya bisa saja menjadi bulan-bulanan. Namun, William sudah menyiapkan semua hal untuk mengantisipasinya.

"Aku berjanji, itu tidak akan terjadi. Tapi, kau harus mengikuti apa yang aku rencanakan. Setidaknya, kau harus menuruti apa yang aku perintahkan, agar anak kita tidak menjadi bulan-bulanan orang-orang," ucap William.

Rachel mendorong dada William dan mendongak sebelum bertanya, "Sekarang apa yang kau rencanakan."

William mengulurkan kedua tangannya. Ia pun menyeka air mata Rachel dengan penuh kelembutan. Terlihat begitu berhati-hati dalam memperlakukan kekasih hatinya yang sekuat batu, sekaligus serapuh kaca. "Mari menikah, Rachel," jawab William tegas membuat Rachel membulatkan matanya.

***

Wajah cantik Rachel terlihat begitu gugup di balik kain veil yang ia kenakan. Benar, saat ini Rachel dan William tengah menunggu pemberkatan sederhana di sebuah katedral. Demi melindungi Rachel dan janinnya dari ujaran kebencian, William hanya memiliki satu cara. Yaitu pernikahan.

Tentu saja sebelumnya Rachel menolak keras ide William tersebut. Namun, Rachel sama sekali tidak bisa berkutik, saat tiba-tiba Sam datang dan mengatakan jika pendaftaran pernikahan William dan Rachel sudah berhasil. Bahkan, tanggal dalam pendaftaran pernikahan tersebut disesuaikan agar sesuai dengan usia kehamilan Rachel. Semuanya tentu saja untuk memastikan jika tidak ada yang meragukan pernikahan mereka.

"Kita hanya perlu berkata pada mereka semua, bahwa kita sudah mendaftarkan pernikahan kita sejak lama. Namun, kita sepakat untuk menyembunyikan kabar pernikahan kita. Mengingat aku yang memang tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian. Semuanya sempurna untuk melindungimu dan calon anak kita. Selanjutnya, kita hanya perlu secara diam-diam melakukan pemberkatan pernikahan. Setidaknya kita harus mendapatkan pemberkatan pernikahan untuk mengesahkan hubungan kita di hadapan Tuhan."

Itu yang dikatakan oleh William pada Rachel. Perkataan yang mendesak Rachel berdiri di altar bersama dengan pria itu. Ceramah dan doa yang dipanjatkan oleh pendeta sama sekali tidak bisa Rachel tangkap. Ia benar-benar kehilangan fokus karena fakta bahwa saat ini dirinya benar-benar harus menikah dengan William. Pria yang bahkan ia kenal tidak lebih dari lima bulan yang lalu.

"Sekarang kalian resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kebahagiaan untuk kalian berdua."

Saat itulah Rachel tersadar. William tersenyum lebar dan menjawab, "Terima kasih, Pendeta. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu ini."

Setelah mengatakan hal itu, William tidak menunda untuk membuka veil yang menutupi wajah Rachel. Kini wajah cantik Rachel terungkap dengan bebas. Meskipun dengan persiapan yang sangat singkat dan mendadak, tetapi Rachel benar-benar berubah menjadi sosok pengantin yang sempurna. Degan gaun putih yang menunjukkan tubuh ramping, dan veil yang menambah keanggunannya, Rachel menjelma sebagai pengantin tercantik bagi William.

William menangkup wajah istrinya dengan lembut. Sebelum menciumnya, William berkata, "Akhirnya, kau benar-benar menjadi miliku seutuhnya, Rachel."

Semuanya terasa begitu cepat bagi Rachel. Saking terasa cepatnya, Rachel merasa jika semua ini tidak masuk akal dan tidak nyata. Namun, pemikiran Rachel terhempas begitu saja saat dirinya dan William berdiri di tengah aula pesta. Tengah berdansa dengan penuh romantisme, di acara pesta resepsi yang diadakan untuk mengumumkan pernikahan mereka. Sesuai dengan apa yang William katakan sebelumnya, pengumuman tersebut mengatakan bahwa mereka sudah lama mendaftarkan pernikahan mereka.

Jadi, meskipun hamil, Rachel sama sekali tidak terlibat skandal yang merusak karirnya. Ia dan janinnya juga tidak mendapatkan hujatan satu pun. Gosip buruk yang sebelumnya berembus mengenai Rachel sudah berganti dengan ucapan selamat yang datang dari sepenjuru negeri. Semua orang mendoakan kebahagiaan pasangan yang dianggap sangat serasi tersebut.

Pesta resepsi yang diadakan oleh William dan Rachel diselenggarakan secara eksklusif bagi orang-orang yang terpilih. Mereka disediakan akomodasi di hotel mewah yang memang dimiliki oleh William. Orang-orang penting sama sekali tidak membuang kesempatan untuk menghadiri pesta yang terbilang diadakan mendadak tersebut. Walaupun begitu, hadiah yang datang sama sekali tidak bisa diremehkan. Semua kado tersebut menunjukan identitas penerima kado tersebut.

Rachel menghela napas dan memilih untuk menyandarkan keningnya pada bahu William. Ia lelah. William yang menyadari hal itu segera menghentikan dansa mereka, dan tanpa basa-basi menggendong istrinya itu. Secara alami, Rachel memeluk leher suaminya dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher William. Tentu saja interaksi pasangan itu membuat tamu undangan berdecak iri. Keduanya terlihat sangat romantis.

"Maafkan aku, sepertinya aku harus membawa istriku. Kehamilannya membuat dirinya cepat merasa lelah. Meskipun kutinggal, jangan merasa sungkan untuk menikmati pesta ini. Selamat menikmati malam ini," ucap William lalu beranjak menuju jalan yang sudah disediakan oleh Sam. Ia tentu saja akan membawa Rachel beristirahat di kamar hotel yang sudah disediakan khusus.

Semua tamu undangan menatap kepergian William dan Rachel dengan penuh kebahagiaan. Ah, tidak semua. Ada sepasang mata yang terlihat begitu sedih. Itu tak lain adalah David. Ia menenggak anggur mahal yang disajikan secara cuma-cuma sebelum beranjak pergi. Rasanya David menyesali kedatangannya ke tempat tersebut, walaupun pada awalnya ia memang berniat untuk mencari relasi baru.

Karena keputusannya itu membuat David, semakinmerasa sakit. David sadar, jika pada dasarnya ia belum bisa sepenuhnyamelepaskan Rachel. Ia masih mencintainya. Cinta yang dibungkus oleh penyesalan,yang menyisakan rasa tersiksa. Ini adalah bayaran yang perlu David terimakarena sudah mengkhianati Rachel di masa lalu.

No More PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang