Serangan Rachel

1.1K 203 7
                                    

William mengendalikan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju gedung agensi miliknya. Setelah berhasil meninggalkan Caroline begitu saja, William segera berusaha untuk menghubungi Sisil dan Rachel. Namun, keduanya sama sekali tidak bisa dihubungi. Terakhir, William mendapatkan pesan bahwa Rachel kembali ke gedung agensi setelah melakukan syuting iklan.

Saat ini William memang tengah merasa sangat cemas. Kecemasan yang sangat wajar ketika Caroline sudah kembali dan masuk ke dalam hidupnya. Hal itu terjadi, karena Caroline adalah orang yang sangat berbahaya. Ia memanglah wanita anggun yang penuh dengan pesona. Namun, Caroline memiliki hal gila dalam dirinya. Caroline terobsesi pada William.

Sejam enam tahun yang lalu, Caroline memiliki perasaan pada William. Keduanya menjalin hubungan yang sebenarnya didasari kebutuhan kerjasama perusahaan. Hubungan itu hanya bertahan selama tiga bulan, karena pada dasarnya William memang tidak memiliki perasaan apa pun pada Caroline. Hingga William pun menikah dengan wanita lain, dan membuat Caroline mengancam bahwa William pada akhirnya akan kembali ke dalam pelukannya.

Berulang kali, Caroline membuat William dan Lily bertengkar hebat. Caroline selalu memiliki cara untuk membuat Lily—Istri William, salah paham. Bahkan ada beberapa kesalahan yang tidak bisa William tuntaskan, hingga Lily meninggal dunia. Tentu saja, William tidak ingin sampai Caroline melakukan hal yang sama pada Rachel. William lebih dari yakin, kemunculan Caroline kali ini setelah mengetahui hubungan William dengan Rachel.

Sebenarnya, William bisa saja menyingkirkan Caroline dari hidupnya. Namun, William tidak bisa. Selain Caroline adalah seorang direktur utama dari sebuah perusahaan teknologi ternama yang jelas memiliki kekuasaan, Caroline juga seseorang yang sudah William kenal sejak dirinya kecil. Bahkan bisa dibilang, kedua keluarga sudah saling mengenal dan memiliki hubungan yang baik. Saat keduanya menjalin hubungan selama beberapa bulan, keluarga bahkan berharap jika hubungan mereka bisa melenggang menuju pernikahan.

William tidak bisa gegabah dalam menangani Caroline, karena perempuan itu memiliki benteng pertahanan yang sangat kuat. Bahkan bisa dibandingkan dengan dirinya sendiri. Tidak sedikit yang mengatakan, bahwa Caroline adalh versi perempuan dari William. Kuat, penuh dengan pesona, tetapi memiliki kekejaman yang tersembunyi.

Begitu tiba di gedung perusahaan agensinya, William segera turun. Untungnya, Sisil rupanya tengah berada di lantai satu. William segera menarik tangannya dan bertanya tidak sabar, "Di mana Rachel?"

"Rachel? Bukankah Rachel sudah kembali ke apartemen?" tanya balik Sisil.

Hal itu membuat William segera tergerak untuk menghubungi seseorang yang ia tugaskan menjaga apartemen. Namun, ternyata Rachel tidak terlihat kembali. Tentu saja hal tersebut membuat William memaki. Rachel menghilang, dan tidak bisa dihubungi. Dengan situasi seperti ini, tentu saja William merasa sangat panik.

Merasa tidak ada pilihan lain, William pun memutuskan untuk menyebar anak buahnya guna mencari keberadaan Rachel. Namun, belum sempat Wlliam menghubungi Sam, William sudah lebih dulu mendapatkan sebuah telepon. Dan ternyata peneleponnya tak lain adalah Rachel. Tanpa membuang waktu, William pun mengangkat telepon tersebut dengan perasaan campur aduk. William mengangkat telepon tersebut dengan tidak sabar. "Rachel kau di—"

"Liam, cepat datang," ucap Rachel memotong ucapan William begitu saja.

Tentu saja William yang tengah panik, semakin panik dibuatnya. "Sekarang kau di mana?!" tanya William hampir berteriak dan membuat semua orang tersentak karena terkejut.

Rachel pun menyebutkan sebuah tempat, dan William tanpa basa-basi segera meninggalkan tempat tersebut. Tentu saja untuk menuju tempat di mana kekasihnya kini tengah berada. Entah karena terlalu panik, atau terlalu bodoh, William baru tersadar jika Rachel baik-baik saja, setelah berada di sebuah kamar hotel mewah dan berhadapan dengan Rachel yang hanya mengenakan pakaian tidur yang terlihat tipis menerawang.

"Astaga Rachel, kau membuatku cemas," ucap William sembari melangkah menuju ranjang. Berniat memeluk Rachel yang memang berlutut di tengah ranjang luas tersebut.

Namun, belum juga berhasil memeluk wanita yang ia puja itu, tubuh William limbung karena dorongan Rachel yang cukup kuat. Kini, Rachel dengan penuh gaya, telah menguasai tubuh kekar William. Rachel duduk di atas perut William yang terdiri dari otot perut yang terbentuk sempurna. Rachel lalu memainkan kancing kemeja kekasihnya itu dan bertanya, "Kenapa kau sepanik ini, hm?"

William menghela napas sebelum mengusap lembut paha Rachel yang terpampang dengan jelas, karena gaun tidurnya yang tersingkap. "Bagaimana aku bisa tidak merasa panik, jika kau sama sekali tidak bisa dihubungi? Kau juga tidak ada di apartemen? Kau tidak boleh melakukan hal seperti ini lagi, atau seisi Manhattan akan kubuat jungkir balik," ucap William setengah mengancam.

Mendengar hal itu, Rachel pun menunduk. Tepat di depan bibir William, Rachel bertanya, "Apakah kau takut kehilangan diriku?"

William mengerang karena sadar jika Rachel kini tengah menggodanya. "Ayolah, Rachel! Mana mungkin aku tidak takut? Hanya membayangkannya saja sudah membuatku hampir gila!" seru William.

"Maaf karena sudah membuatmu panik, Liam," ucap Rachel sembari menegakan punggungnya kembali.

William merasa dadanya penuh dengan kebahagiaan. Ia sangat senang ketika Rachel memanggilnya dengan nama pendek yang ia ciptakan itu. Sungguh, William merasa jika dirinya dan Rachel telah mengambil satu langkah lebih berani daripada sebelumnya. William yang tengah berpikir, tiba-tiba terkejut saat merasakan sentuhan lembut pada area sensitifnya yang segera bereaksi dengan cepatnya.

"Astaga Rachel!" seru William saat sadar apa yang tengah dilakukan oleh kekasihnya itu.

Rachel yang mendengar seruan itu terkikik geli. "Apa kau tidak menyukainya?" tanya Rachel sembari terus menggoda bukti gairah William dengan sentuhan-sentuhan yang manis.

William tentu saja mengerang panjang. Merasakan tubuhnya menggigil hebat karena menahan gairah yang menggelegak. Hanya Rachel yang bisa membuatnya menggila seperti ini. William berusaha untuk menghindar, tetapi Rachel tetap menggodanya dengan sangat lihai. William hampir dibuat tidak percaya, karena Rachel yang beberapa hari yang lalu masih polos dan seperti kucing yang malu-malu, kini bisa bertingkah seperti ini.

"Astaga Rachel, bagaimana mungkin aku tidak menyukainya? Aku hampir gila!" seru William merasakan gairah dan rasa bahagia yang membuncah mengisi hatinya.

Namun saat itu juga Rachel menghentikan semua godaannya dan bertanya, "Apakah kau juga senang saat Lily dan Caroline melakukan hal ini?"

Seketika William merasakan gairahnya padam saat itu juga. William memucat dan menatap Rachel yang kini duduk dengan tegap menghadapnya yang juga tengah memperbaiki posisis duduk. "Rachel kau—"

Rachel tersenyum tipis, hampir terlihat sinis."Ya, aku mengetahuinya. Karena itulah, jawab pertanyaanku yang selanjutnyadengan jujur. Saat kau bercinta dengan diriku, dan mendapatkan pelepasan yang hebat,siapa yang kau lihat? Aku, atau mendiang istrimu?"





.

.

.


Maapin lama ya sayang. Wattpad Mimi baru kebuka nihh

No More PainWo Geschichten leben. Entdecke jetzt