Pelajaran

1.3K 260 15
                                    

"Rachel, bisa tunggu di sini sebentar? Jadwal pengambilan gambar masih empat puluh menit lagi, jadi tetaplah di dalam mobil ya," ucap Sisil.

Rachel yang mengerti akan kecemasan Sisil pun mengangguk. "Aku akan tetap di mobil. Tidak perlu cemas," ucap Rachel.

Sisil pun berterima kasih dan segera beranjak pergi untuk mengurus keperluannya secepat mungkin dan kembali pada Rachel. Sementara Rachel sendiri mimilih untuk membaca naskahnya. Rachel sebenarnya sudah menghafal naskah dan dialognya. Namun, untuk memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi, Rachel memutuskan untuk kembali membaca naskahnya.

Rachel terlihat penuh konsentrasi, tetapi konsentrasinya pecah begitu saja ketika jendela mobinya diketuk. Orang di luar mobil tidak bisa melihat Rachel, tetapi Rachel bisa melihat siapa yang mengetuk tersebut. Itu tak lain adalah David. Jujur saja Rachel enggan untuk bertemu secara pribadi dengan David. Selain karena hubungan mereka berakhir dengan tidak baik, Rachel juga enggan memiliki skandal apa pun.

Mengingat kini semua orang mengetahui hubungannya dengan William, tentu saja menghabiskan waktu berdua dengan pria lain akan sangat berisiko baginya. Rachel memilih untuk mengabaikan David. Namun, David berkata, "Rachel, aku tau kau ada di dalam. Tolong luangkan waktu sebentar. Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu."

Mendengar hal itu, Rachel pun menghela napas. Ia tahu jika David tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan. Rachel memilih menurunkan jendela mobil dan bertanya, "Apa yang ingin kau bicarakan? Aku tidak bisa membiarkanmu masuk ke dalam mobil, karena managerku tidak ada di tempat."

David sepertinya tidak keberatan dengan itu. Ia berkata, "Tidak apa-apa. Tapi tolong dengarkan perkataanku dengan baik-baik."

Rachel mengernyitkan keningnya. Entah mengapa dirinya merasa jika apa yang dikatakan oleh David, tidak akan terasa menyenangkan baginya. Karena itu, Rachel segera berkata, "Segera katakan apa yang kau ingin katakan. Aku tidak memiliki banyak waktu."

"Tolong putuskan hubunganmu dengan William, Rachel," ucap David sukses membuat Rachel meragukan pendengarannya.

Rachel menghela napas dan berkata, "Aku rasa, tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi."

Rachel berniat untuk menutup kaca jendelanya, tetapi David menahannya sembari berkata, "Aku serius Rachel. Kau harus menjauhinya. Dia monster, Rachel! Aku sadar, aku juga bajingan karena membuatmu terluka. Tapi aku rasa kau bisa menemukan pria yang lebih baik dari William. Tetap berada di sisinya bukanlah pilihan yang baik. Dia berbahaya."

"Dia berbahaya atau tidak, itu bukan urusanmu. Kau tidak berhak mengatur hidupku, David. Seharusnya kau malu setelah apa yang kau lakukan padaku," ucap Rachel sukses membuat David terdiam.

David sadar, jika dirinya memang sudah melakukan kesalahan yang sangat besar. Ia sudah mengkhianati Rachel, karena godaan Julia yang tidak ia tolak. David tidak bisa berpegang teguh pada perasaannya pada Rachel. Pada akhirnya, kesalahan itu membuat David menyesal. Karena sampai saat ini pun, David masih memiliki perasaan yang dalam untuk Rachel.

Lalu Rachel pun berkata, "Seberbahaya apa pun Max, dia tidak mungkin melukai dan mengkhianatiku. Dia berbeda denganmu, David. Dia tidak mungkin meninggalkanku hanya karena tergoda orang wanita lain. Jangan pernah menyamakan Max dengan dirimu. Karena dia jelas lebih baik darimu."

Untungnya Sisil kembali tepat waktu. Ia pun bisa segera membawa Rachel pergi, dan David tidak memiliki kesempatan untuk membicarakan apa pun lagi. David sendiri tidak terlihat bisa mengatakan apa pun lagi. Ia terlalu malu dengan apa yang sudah ia lakukan pada Rachel di masa lalu.








***







Rachel berusaha untuk berkonsentasi dengan jadwalnya. Setelah pertemuannya dengan David, dan perkataan David yang sejujurnya agak mengganggu, membuat Rachel kesulitan untuk berkonsentrasi dengan harinya. Jujur saja, Rachel masih memikirkan apa yang dikatakan oleh David.

Bukan karena Rachel masih memiliki perasaan pada pria itu, tetapi karena apa yang dikatakan oleh David sangat membekas padanya. Karena perkataan David seolah-olah menunjukan jika ia mengenal Max dengan baik. Padahal selama menjadi kekasih David, Rachel tahu betul bahwa David tidak memiliki relasi dengan orang-orang seperti Max. Terlebih, Max adalah orang yang menutup diri dari orang-orang.

"Kepalaku pusing," keluh Rachel menarik perhatian Sisil yang tengah mengemudi.

"Apa kita perlu membatalkan jadwal selanjutnya?" tanya Sisil.

Rachel menggeleng. "Tidak perlu. Ini adalah rapat yang cukup penting. Kita tidak boleh mengulurnya," ucap Rachel.

Sisil pun mengangguk. Ia kembali fokus dengan kemudinya dan sampai dengan selamat di sebuah gedung penyedia jasa asuransi yang cukup besar. Rachel terlihat sangat gugup ketika dirinya harus turun dan bertemu dengan orang yang akan rapat dengannya. Jujur saja, selain pembicaraannya dengan David, pertemuan ini juga membuatnya sangat stress.

Untungnya Sisil yang menyadari hal itu segera berkata, "Jika terlalu berat, segera katakan padaku. ku akan segera mengatur ulang jadwalmu."

Sisil tentu saja tahu perusahaan apa yang akan bekerja sama dengan Rachel ini. Sisil rasa, jika ini adalah hal yang akan sulit bagi Rachel. Namun, ia tidak bisa berkata apa-apa karena Rachel yang memilih untuk menerima pekerjaan ini. Rachel berkata jika dirinya tidak bisa selamanya menghindari pertemuan ini.

Tak lama, keduanya pun turun dari mobil dan melangkah menuju ruangan yang ditentukan sebagai ruang rapat. Ternyata di sana sudah ada perwakilan perusahaan, dan di antaranya ada seseorang yang Rachel kenal dengan baik. Itu tak lain Ivan, sang ayah. Benar, perusahaan yang akan bekerjasama dengan Rachel tak lain adalah perusahaan ayahnya sendiri.

"Selamat datang. Mari segera kita bahas kerja sama kita," ucap salah satu direktur muda pada Rachel dan Sisil.

Rachel memilih untuk fokus dan mengesampingkan hubungan buruknya dengan sang ayah. Ia dan Sisil membaca kontrak dengan cermat. Tentu saja, keduanya tidak boleh melewatkan hal yang penting dan membuat masalah di masa depan nanti. Rachel pun menemukan sesuatu yang tidak sesuai. Ia pun segera berkata, "Aku ingin poin ke lima untuk sedikit diubah."

Namun, mendengar perkataan itu, Ivan pun berkata, "Apa karena sekarang kau berpikir sudah menjadi seorang aktris, kau bisa bersikap seperti ini? Jangan bertindak berlebihan. Kau hanya aktris yang tidak populer beberapa bulan yang lalu."

Mendengar hal itu, Rachel pun memerah. Meskipun orang-orang di sana tidak menunjukan bahwa mereka mengetahui bahwa Rachel adalah putri dari Ivan, tetapi Rachel tahu jika semua orang tahu. Mereka juga pasti tahu bahwa Rachel selama ini tidak dianggap oleh Ivan. Rachel menghabiskan bertahun-tahun sebagai aktris yang tidak dikenal.

Namun ternyata, Ivan belum merasa puas melukai hati putri bungsunya itu. Ivan pun berkata, "Berbeda dengan kakakmu, kau memanfaatkan hubunganmu dengan Tuan Oxley untuk mendongkrak karirmu. Apa kau bangga menjual tubuhmu demi mendapatkan kesuksesan?"

Saat itulah, Rachel benar-benar terluka. Ia sadar bahwa Ivan sama sekali tidak memiliki kasih sayang apa pun padanya. Rachel bangkit dari kursinya dan berkata, "Terima kasih atas penghinaannya, Tuan Carter. Aku rasa, aku tidak bisa bekerja sama dengan seseorang yang tidak tahu sopan santun seperti Anda."

Setelah mengatakan hal itu, Rachel segera pergi begitu saja dengan diikuti oleh Sisil. Rachel yang terlihat begitu sedih dan larut dalam emosinya, sama sekali tidak menyadari jika kini Sisil tengah mengirim pesan pada Max. Sisil melaporkan perlakuan mengerikan yang diterima oleh Rachel dari ayahnya sendiri. Itu pun Rachel terima di hadapan orang-orang.

William yang mendapatkan kabar tersebut tanpa banyak kata segera berkata pada Sam yang berada di dekatanya, "Sepertinya kita harus memberikan pelajaran pada tua bangka itu. Sam lemparkan umpan pada para jaksa. Sepertinya mereka akan senang dengan hadiah yang kita persiapkan ini."

No More PainWhere stories live. Discover now