Monster

2K 306 9
                                    

Rachel berusaha untuk mengubah posisi berbaringnya, tetapi hal itu terasa begitu sulit. Seakan-akan ada sesuatu yang memang membatasi pergerakannya. Ia juga mencium aroma asing yang terasa begitu pekat. Aroma parfum yang rasanya tidak digunakan oleh Rachel atau orang-orang di sekitarnya. Mengingat aroma itu terasa begitu mahal dan maskulin.

Rachel yang sebenarnya masih merasa sangat mengantuk, berusaha untuk membuka matanya. Butuh upaya yang cukup kuat bagi Rachel untuk membuka matanya. Ia juga perlu beradaptasi dengan cahaya yang agak terang. Beberapa saat kemudian, barulah Rachel bisa melihat dengan jelas, dan hampir memekik saat itu juga.

Namun, Rachel segera membekap bibirnya sendiri, agar tidak menimbulkan suara sedikit pun. Untuk kesekian kalinya, Rachel mencoba untuk memastikan jika dirinya salah lihat. Dia tidak mungkin tengah berbaring dengan pria asing di sebuah kamar yang tidak ia kenali. Meskipun pria berambut pirang berkilau itu terlihat tampan, bahkan lebih tampan dari David, tetapi kini Rachel tidak berada dalam posisi untuk mengagumi ketampanan pria itu. Rachel harus segera bertindak.

Rachel menahan diri untuk tidak mengerang, karena begitu dirinya sedikit bergerak, ternyata hal tersebut membuat Rachel merasa pegal di sekujur tubuhnya. Bukan hanya pegal, Rachel pun merasakan sakit pada bagian intimnya. Saat memeriksa kondisi tubuhnya yang sudah polos di bawah balutan selimut, Rachel pun dengan lancar bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya. Aroma aneh yang sebelumnya belum pernah Rachel cium, juga melingkupi dirinya, membuat Rachel semakin yakin dengan apa yang sudah terjadi tadi malam.

Rachel memukul kepalanya karena sudah sangat ceroboh, hingga melakukan hal yang sebenarnya menambah masalah saja untuknya. "Sial," gumam Rachel dengan suara rendah.

Rachel yang sebenarnya tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelah dirinya minum-minum bersama para sahabatnya hingga berakhir di sana, memilih untuk bangkit. Ia segera memakai pakaiannya yang tercecer di lantai dengan wajah memerah. Rachel memang tidak mengingat apa yang terjadi tadi malam, tetapi Rachel tahu jika itu adalah hal yang sangat memalukan. Terlalu memalukan hingga Rachel bahkan tidak ingin bertemu tatap atau berbincang dengan pria asing yang sudah mengambil hal yang paling berharga untuk Rachel.

Sebelum meninggalkan kamar hotel mewah tersebut, Rachel pun menuliskan sebuah pesan untuk pria tampan yang masih terlelap dengan nyenyaknya. Rachel meletakkan surat tersebut di atas pakaian yang memang tergeletak di atas lantai. Karena Rachel berpikir, pria itu pasti akan melihat pesannya. Setelah itu, Rachel tidak membuang waktu untuk segera pergi, tanpa menoleh sedikit pun, menatap pria tampan yang masih terlelap di ranjangnya.

Untungnya, ternyata Rachel menginap di kamar hotel yang berada satu gedung dengan club malam yang sebelumnya ia kunjungi. Jadi, Rachel sama sekai tidak kesulitan untuk menemukan mobilnya dan segera pergi tanpa meninggalkan jejak apa pun. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Rachel. Ia sudah sebisa mungkin menyembunyikan wajahnya, tetapi pada kenyataannya, setiap kamera pengawas sudah mengabadikan dirinya dalam rekaman kamera pengawas tersebut.

Jika Rachel sudah pergi dengan upaya melarikan diri, maka pria tampan yang sebelumnya menghabiskan malam yang panas dengan Rachel, baru saja terbangun. Pria itu terlihat meraba sisi ranjang di sampingnya, dan membuka matanya lebar-lebar saat merasakan sisi ranjang yang mendingin. Pria itu mengedarkan pandangannya dan tidak melihat pakaian perempuan yang seingatnya berserakan di atas lantai. Tanpa mempedulikan dirinya yang tidak mengenakan pakaan sehelai pun, ia segera turun dari ranjang.

Tanpa malu-malu, ia menunjukan tubuh yang terlihat begitu sempurna. Tidak ada lemak berlebih pada tubuh tinggi dan kekarnya itu. Ia terlihat seperti patung yang dipahat dengan sepenuh hati oleh seniman berjiwa seni tinggi. Pria itu dengan santainya melangkah menuju pakaiannya yang teronggok di atas lantai. Namun, bukannya mengambil pakaiannya, ia malah meraih secarik kertas yang tergeletak di sana. Melihat jika itu adalah pesan yang ditinggalkan oleh perempuan yang sebelumnya sudah menghabiskan malam dengannya, ia memilih untuk mengenakan celananya terlebih dahulu.

Setelah itu, ia pun duduk di kursi yang menghadap dinding kaca kamar hotel tersebut. Meskipun baru saja bangun tidur, tetapi wajahnya terlihat begitu segar. Ia mengernyitkan keningnya saat membaca surat yang ditinggalkan oleh Rachel.

Sama seperti diriku, tolong lupakan kesalahan satu malam yang sudah kita lakukan tadi malam. Jika kita berpapasan, atau kau melihatku di jalan, jangan pernah menyapaku. Karena hanya menghabiskan satu malam bersama di atas ranjang, bukan berarti membuat kita saling mengenal. Aku, dan kau hanyalah orang asing yang dipertemukan karena sebuah kesalahan. Mari, lupakan kesalahan yang sudah kita perbuat.

"Apa-apaan ini?" tanya pria itu dengan nada rendah.

Lalu tak lama, seorang pria berpakaian rapi memasuki ruangan tersebut setelah mengetuk pintu. Ia memberikan hormat terlebih dahulu sebelum bertanya, "Apa ada hal yang salah, Tuan?"

Pria tampan yang memiliki rambut pirang itu menatap bawahannya dan bertanya balik, "Apakah aku sekarang tengah dicampakan?"

"Ya?"

"Kau juga terlihat tidak percaya. Ini memang mustahil, bagaimana aku bisa dicampakan seperti ini, Sam?" tanya pria berambut pirang itu lagi menyebut nama bawahannya.

"Tuan, apa mungkin ini berkaitan dengan Nona yang menghabiskan malam dengan Anda?" tanya Sam.

Pria berambut pirang yang memiliki wajah rupawan bak dewa nunani itu pun memejamkan matanya. Ia menikmati sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan dan membelai wajahnya dengan lembut. "Aku tidak pernah merasa sesegar ini saat bangun tidur," ucap pria berambut pirang, tampak enggan menjawab pertanyaan bawahannya secara langsung.

Sam mengamati tuannya, dan melihat jika raut wajahnya memang tampak lebih baik daripada biasanya. Sepertinya, ia mendapatkan waktu istirahat yang cukup dan berkualitas. Padahal, jika dilihat dari kondisi kamar, Sam yakin jika tadi malam sang tuan tidak hanya tidur dengan perempuan itu. Ada kegiatan lebih daripada tidur bersama. Pria berambut pirang itu menghela napas dan berkata, "Cari informasi mengenai perempuan yang tidur denganku tadi malam. Dapatkan informasi sekecil apa pun tentangnya. Akan kuberi pelajaran padanya, karena sudah berani mencampakan diriku."

Mendengar perintah itu, Sam berdeham. Karena ia tahu, sang tuan tidak bermain-main dengan perkataannya. Pada akhirnya ia pun berkata, "Saya akan segera melaksanakannya, Tuan."

Setelah Sam undur diri, pria berambut pirang keemasan itu segera menatap ranjang di mana tadi malam ia bergelung dengan seorang perempuan yang terus memenuhi benaknya. Rambut cokelat madu, dengan netra biru yang tampak sayu membuat gairahnya kembali bergejolak. Pria berambut emas itu bangkit dan mendekat pada ranjang. Saat itulah ia melihat bercak merah yang menodai seprai putih ranjang tersebut.

"Bagaimana mungkin aku bisa melupakan malam tadi? Dan lagi pula, aku yakin, kau sendiri tidak mungkin bisa melupakan malam pertamamu, Manis," gumam pria berambut pirang keemasan itu, terlihat seperti tengah merencanakan sesuatu.

Pria itu bersiul lalu masuk ke dalam kamar mandi sembari bergumam, "Kau salah melakukan hal itu padaku, Manis. Karena aku bukan seorang pria biasa. Aku monster yang tidak pernah akan melepaskan sesuatu yang sudah aku tandai menjadi miliku. Sejauh apa pun kau lari, sekuat apa pun kau berusaha, pada akhirnya kau akan kembali ke atas ranjangku. Aku akan pastikan itu."







.


.

.


Selamat sahur~
Gimana kalau judul ini Mimi update dengan jadwal sebelum sahur? Setuju?
Setuju nggak? Setuju nggak?
Setujulah, masa enggak. Ihiw

Jangan lupa tinggalkan komentar kalian yaw

No More PainWo Geschichten leben. Entdecke jetzt