Indahnya Pagi

2.1K 275 17
                                    

Rachel membuka kedua matanya tepat di waktu dirinya biasanya terbangun. Sinar matahari pagi yang lembut, menyambut paginya. Namun, Rachel yang biasanya menyambut paginya dengan optimis dan penuh kebahagiaan, kini tersentak dan segera memeriksa kondisi tubuhnya. Rachel menghela napas, saat melihat tubuhnya tidak terlihat aneh. Ia bahkan mengenakan gaun tidur, bukannya bertelanjang.

"Mimpi yang mengerikan," gumam Rachel sebelum beranjak untuk bergerak turun dari ranjang.

Sayangnya, entah kenapa kedua kaki Rachel terasa begitu lemas. Hal tersebut membuatnya jatuh meluruh. Rachel pun merasa tubuhnya terasa begitu lelah. Padahal Rachel yakin jika dirinya memiliki waktu yang cukup dalam tidur. "Apa mungkin karena mimpi yag mengerikan tadi malam?" tanya Rachel pada dirinya sendiri.

Rachel menghela napas saat kembali mengingat mimpi tadi malam, di mana dirinya dicumbu dan menjerit-jerit di bawah tindihan William. Pria itu sukses membuat Rachel tenggelam dalam gairah yang begitu memabukan. Tentu saja hal itu terasa sangat mengerikan bagi Rachel. Bagaimana mungkin dirinya bisa menikmati hal memalukan itu dengan pria asing? Membayangkannya saja sudah membuat Rachel merinding bukan main.

Rachel beranjak untuk membersihkan diri. Untungnya hari ini Rachel tidak memiliki jadwal apa pun. Karena itulah, Rachel bisa beristirahat dan menjernihkan pikirannya. Mengingat tadi malam ia mendapatkan mimpi aneh yang sangat mesum dan mengerikan. Rachel yang sudah mengenakan kaos oversize tanpa mengenakan bra, dan hotpans manis.

Rachel mencepol rambutnya tinggi-tinggi dan melangkah ke luar dari kamarnya. Ia akan membuat sarapan dan menonton televisi. Rachel ingin melihat beberapa berita terbaru. Mengingat dirinya yang kini semakin populer, akan bertemu banyak orang baru. Setidaknya, Rachel harus memiliki bekal pengetahuan untuk melebarkan sayapnya.

Namun, begitu sampai di dapur, Rachel mematung. Ia melihat punggung kekar seorang pria berambut pirang keemasan yang tengah sibuk mencuci sesuatu di washtafel. Lalu pria itu berbalik saat menyadari kehadiran Rachel. Rachel tergagap bertanya, "Ka-kau?! Kenapa kau bisa berada di dapurku, dengan penampilan seperti itu pula?"

Pria berambut pirang itu tak lain adalah William. Si tampan itu menatap penampilannya yang memang tengah bertelanjang dada, dengan menggunakan sebuah celemek manis milik Rachel. Lalu William bersandar pada sisi dapur dan bertanya balik, "Apa kau melupakan apa yang kita lakukan tadi malam? Bukankah malam yang kita lewati terlalu menyenangkan untuk kau lupakan?"

Rachel merasakan kedua kakinya melemas saat itu juga. "Tidak mungkin," ucap Rachel merasa jika apa yang dikatakan oleh William hanyalah omong kosong.

Namun William pun berkata, "Aku tidak mengatakan omong kosong. Coba kau ingat, berapa kali aku membuatmu mencapai klimaks tadi malam. Kau bahkan mencakar punggung dan menggigit bahuku ketika mencapai klimaks."

William pun menunjukan luka-luka yang ia sebutkan. Dengan kondisinya yang hanya mengenakan celemek dan celana, hal tersebut membuat Rachel melihatnya dengan leluasa. Rachel meluruh begitu saja. Merasa dunianya hancur seketika. Ingatan yang berada di dalam kepalanya, bukanlah sebuah mimpi. Itu adalah kenyataan yang tidak bisa ia terima. Rachel terlihat kacau.

Namun, William yang melihat hal itu malah tesenyum manis dan bertanya, "Jadi, ingin sarapan apa untuk pagi ini?"







***







"Kau benar-benar bajingan!" teriak Rachel dan berniat untuk memukul William yang sukses membuatnya marah besar.

Setelah sepenuhnya sadar dari keterkejutannya, Rachel memerintahkan William untuk berpakaian dengan pantas. Lalu keduanya pun memperbincangkan hal yang memang seharusnya mereka bicarakan. Hal yang paling penting adalah, mengapa William bisa dengan leluasa masuk ke dalam apartemennya. Ternyata hal yang mengejutkan terungkap. Pemilik gedung apartemen sebelumnya melakukan penipuan. Apartemen yang saat ini ditempati oleh Rachel, bukanlah milik Rachel.

Selama ini Rachel tertipu, dan sebenarnya pemilik seluruh apartemen tak lain adalah William. Karena perusahaan konstruksi William membeli tanah dan gedung apartemen ini. Sejak awal, William tahu jika Rachel memang memiliki unit apartemen tersebut. Karena ia adalah pemilik apartemen yang sesungguhnya, William dengan mudah bisa mengakses unit milik Rachel.

"Aku hanya ingin memastikan jika wanitaku tinggal dengan nyaman," ucap William dengan sigap menahan tangan Rachel dan menariknya untuk duduk di atas pangkuannya.

Rachel berontak dengan kasar. Namun William masih mempertahankan Rachel tetap berada di posisinya. Karena itulah, Rachel semakin marah dibuatnya. Rachel bahkan memukul hingga menjambak rambut pirang William dengan kemarahan. Namun, William sama sekali tidak lengah. Ia berkata, "Pada awalnya, aku memang hanya memeriksa keadaanmu. Tapi tadi malam, aku tidak bisa menahan diri lagi."

"Bajingan!" maki Rachel lagi dengan penuh kemarahan.

"Aku terima makianmu itu, Rachel. Tapi aku tidak menyesal. Karena aku berhasil membuatmu merasa sangat puas tadi malam. Aku berkali-kali membuatmu meraih klimaks yang sangat luar biasa," ucap William sembari menyunggingkan senyuman yang benar-benar membuat kemarahan Rachel meledak begitu saja.

"Aku tidak mau melihat wajahmu lagi. Ke luar dari sini! Dan aku akan mengurus kepindahanku dari apartemen ini," ucap Rachel sama sekali tidak ingin menatap William lagi dan berusaha untuk kembali melepaskan diri dari pria itu.

William bisa melihat betapa Rachel marah padanya. Namun, William sama sekali tidak merasa panik. Dengan lembut, William meraih wajah Rachel dan menariknya untuk menanamkan sebuah ciuman pada bibirnya. Tentu saja Rachel berontak menolak ciuman tersebut. Ia bahkan mendorong bahu William dengan kekuatan penuh. Hanya saja, tubuh mereka malah semakin menempel.

Ciuman lihai dari seseorang yang sangat berpengalaman, membuat Rachel yang semula memberikan penolakan keras, mulai terbuai. Ciuman itu terasa sangat ringan dan manis. Membuat kemarahan Rachel yang semula berkobar mulai mereda secara perlahan. William tentu saja merasa sangat senang karena godaannya berhasil membuat Rachel teralihkan.

Ia sudah menyentuh Rachel dalam dua kali kesempatan. Hal itu sudah lebih dari cukup membuat William mengerti bagaimana bisa mengendalikan diri Rachel. William mengetahui hal-hal yang bahkan tidak disadari oleh Rachel sendiri. Tentu saja hal itu sangat menguntungkan bagi William. Rachel yang melemah karena ciuman manis tersebut, seketika kembali mendapatkan kesadarannya, ketika ia melihat sesuatu yang berkilau dalam vas bunga bening miliknya.

Rachel akhirnya bisa memisahkan diri dari William. Ia mendekat pada vas bunga berisi bebatuan kecil, air dan bunga segar tersebut. Rachel menumpahkan isi vas begitu saja. William menghela napas saat menyadari jika usaha sebelumnya akan menjadi sia-sia. Rachel memungut benda kecil di antara bebatuan yang berserakan di atas lantai.

Lalu saat itulah marah besar ketika menyadari ada sebuah kamera kecil yang berada di antara bebatuan dalam vas bunga. William pun memejamkan matanya. Berusaha untuk menikmati pagi indah yang akan segera berlalu. "Dasar Brengsek! Ke luar dari rumahku!" maki Rachel.




.

.

.

Double update, karena takut diserang ehe.
Selamat membaca
Dan mohon maaf lahir dan batin yaw
Mon maap kalo kadang2 Mimi ngeselin dan kurang ajar. Maapin anak abegeh tujub belas tahun ini. Ehe.
Sayang kalian semua!

No More PainWhere stories live. Discover now