Tentang Masa Lalu

1.5K 215 13
                                    

"Sempurna," gumam William saat dirinya melihat sebuah kertas berisi istilah medis yang rumit. Kertas tersebut memanglah hasil pemeriksaan medis dari seseorang.

Meskipun dipenuhi oleh istilah medis yang rumit, William sama sekali tidak kesulitan untuk memahami isinya. Ia bisa menarik kesimpulan dengan mudah dari pemeriksaan medis tersebut. Dan jujur saja, hasilnya benar-benar sesuai dengan harapannya. Karena itulah, rona wajah William terlihat sangat bahagia. Membuar pria berambut pira itu terlihat semakin tampan saja.

Sam yang melihat raut senang sang tuan hanya terdiam. Walaupun sebenarnya ia sangat lega. Karena setelah sekian lama, akhirnya sang tuan kembali terlihat bahagia. Kehadiran Rachel dalam hidup William adalah keberuntungan bagi William. Rachel membawa warna yang dulu meninggalkan kehidupan William begitu saja, dan hanya menyisakan warna hitam putih yang membosankan.

William tersenyum saat melihat sebuah cincin manis di dalam sebuah kotak beledu. Itu adalah cincin yang ia persiapkan secara khusus. Bahkan ia sendiri yang mendesainnya, agar sesuai dengan Rachel. Benar, cincin tersebut ia persiapkan untuk Rachel. William berencana untuk melamar Rachel. Hal tersebut terjadi karena William yakin, ini adalah waktu yang tepat baginya untuk melangkah memasuki hubungan yang sesungguhnya bersama Rachel.

"Aku akan pergi. Kau, tetap di sini, ambil alih semua pekerjaanku," ucap William.

Sam yang memang sudah mengetahui rencana sang tuan, sama sekali tidak menolak. Ia malah mendukung keputusan yang diambilnya. "Baik, Tuan. Semoga berhasil," ucap Sam mendoakan keberhasilan sang tuan.

William hanya mengangguk sekilas sembari melangkah menuju area parkir khusus untuk mobilnya. Karena ini adalah hari yang sangat berharga William berencana untuk mengemudikan mobil sendiri. Sayangnya, sebelum berhasil membuka pintu mobilnya, William mendengar sebuah suara merdu yang memanggil nama tengahnya. "Manuel?"

William menegang. Ia pun berbalik dan melihat seorang wanita cantik dengan rambut cokelat tua yang melenggang padanya. "Caroline? Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya William dengan nada rendah.

William mengenal Caroline. Bukan hanya sakadar mengenal. Ia benar-benar mengenal Caroline. Dan pernilaian William bagi Caroline adalah, wanita cantik yang gila. Tanpa basa-basi, Carolin segera melingkarkan kedua tangannya pada leher William dan mencium bibir pria itu dengan lihat. Tanpa disadari oleh William, seseorang mengabadikan momen itu dengan sangat sigap dan profesional.

William yang sadar dari keterkejutannya, segera mendorong Caroline dengan kasar. "Kau! Menjijikan! Beraninya kau menciumku seperti itu?!" tanya William dengan nada tinggi.

"Bukankah hal itu mengingatkanmu dengan masa lalu, Manuel?" tanya Caroline dengan lembut.

"Bajingan, berhenti memanggilku dengan nama itu!" seru William sama sekali tidak menyembunyikan kemarahannya.

"Kenapa? Apa hal itu semakin mengingatkanmu pada masa lalu? Ah, atau lebih tepatnya," jeda Caroline sembari mendekat pada telinga William sebelum berbisik, "Mengingat wanita itu."







***






Pipi Rachel terlihat berseri-seri. Ia terlihat sudah lepas dari semua tekanan yang ia rasakan, dan mendapatkan sebuah kebahagiaan yang baru. Tentu saja hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh William. Pria itu sudah membuat Rachel merasakan degupan penuh damba yang bahkan tidak pernah Rachel rasakan ketika bersama dengan David. Entah sembrono atau memang benar adanya, Rachel menyebut perasaan ini sebagai perasaan cinta sejati.

Rachel pada awalnya tidak ingin sampai percaya pada orang lain lagi. Mengingat pengkhianatan yang sudah ia terima. Namun, William yang ia temui dengan ketidaksengajaan, datang dengan sebuah ketulusan. Ia meyakinkan Rachel dengan tindakan tanpa kebohongan, serta perkataan yang penuh akan tekad. Tanpa sadar, kini Rachel telah bergantung pada William.

Saat ini Rachel bahagia, sekaligus takut. Ia takut, jika suatu saat William juga akan berpaling dan meninggalkannya. Jika sampai itu terjadi, entah apa yang akan terjadi pada dirinya. Rachel rasanya akan hancur, dan kehilangan arah. Karena itulah, diam-diam Rachel berharap jika William bisa tetap berada di sisinya untuk waktu yang lama. Hingga Rachel kuat untuk berdiri sendiri.

Kini, Rachel tengah menyantap makanan lezat di sebuah restoran yang memang menjadi langganannya sejak masih remaja. Entah mengapa Rachel ingin makan di tempat ini, padahal sudah lama Rachel tidak makan di sini, semenjak ia terjun di dunia perfilman. Saat Rachel menyesap minumannya, ia secara alami kembali menurunkan topi yang ia kenakan. Berusaha untuk tidak dikenali oleh siapa pun.

Namun ternyata seseorang mengenali Rachel. Seseorang itu tak lain adalah pria yang tiba-tiba duduk di seberang Rachel. Pria itu berkata, "Rachel, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu."

Rachel menghela napas. Ia menatap pria itu dan bertanya, "Memangnya apa lagi yang ingin kau bicarakan, David?"

Rachel tampak begitu enggan berhadapan dengan pria yang jelas-jelas telah mengkhianati dan menyakitinya di masa lalu. Sebenarnya, Rachel sudah tidak memiliki perasaan apa pun terhadap David. Atau lebih tepatnya, sejak awal pun Rachel tidak memiliki perasaan romantis terhadap pria ini. Rachel menerima cinta David, karena ia memang mendamba kasih sayang yang tidak ia dapatkan dari keluarganya. Walaupun, keputusannya menerima cinta David, berbuah kepahitan yang menyakitkan.

David mengeluarkan sebuah amplop putih dan menunjukkan beberapa foto wanita cantik yang memiliki rambut cokelat madu yang serupa dengan miliki Rachel. Tentu saja secara alami Rachel melihat foto tersebut. Saat itulah David bertanya, "Apa kau melihat banyak kemiripan antara dirimu dan gadis ini?"

Namun Rachel sama sekali tidak menjawabnya. Ia malah menatap David mempersilakan pria itu untuk melanjutkan perkataannya. "Gadis ini bernama Lily, dia adalah istri pertama dari William," ucap David sukses membuat Rachel terkejut bukan main.

"Apa?" tanya Rachel hampir meninggikan suaranya.

David menghela napas sebelum berkata, "Sepertinya, apa yang diperkirkakan Caroline memang benar. Kau sama sekali tidak mengetahui fakta bahwa William sudah pernah menikah sebelumnya. Ia menikah dengan Lily, tetapi Lily sudah meninggal lima tahun yang lalu."

Benar, David memang bekerja sama dengan Caroline. Awalnya, Caroline memberikan informasi yang sangat minim mengenai William. Ia hanya berkata jika Rachel harus berpisah dengan William jika ingin selamat. Namun, informasi tersebut tidak cukup bagi David. Hingga, Caroline pun menjelaskan semuanya di pertemuan kedua mereka. Dan berbekal informasi itulah, kini David menemui Rachel.

Rachel benar-benar terkejut. Namun, Rachel berusaha untuk mengendalikan perasaannya. Ia pun bertanya, "Lalu apa? Itu hanya masa lalu William. Dan untuk apa kau mencampuri urusan kami?"

"Seperti apa yang sudah kukatakan sebelumnya, Rachel. William adalah orang yang berbahaya. Ini waktunya untukmu melarikan diri darinya, jika tidak ingin berakhir seperti Lily," ucap David membuat Rachel mengernyitkan kening.

David pun melanjutkan, "Lily, mati karena bunuh diri. Dia frustasi karena William mengurungnya, selayaknya seekor burung dalam sangkar emas. William adalah monster, Rachel. Dia bukan pria yang tepat bagimu."

Rachel teringat sosok kejam dalam diri William. Namun, Rachel menolak tuduhan David bahwa William adalah monster yang akan melukainya. William tidak akan pernah melukainya. Rachel lebih dari yakin akan hal tersebut.

Rachel menatap David dengan tajam dan berkata, "Aku rasa cukup dengan omong kosongmu. Jangan mengungkit masa lalu kekasihku. Dan jangan pula mencampuri keputusan yang akan aku ambil mengenai hubunganku dengan William. Sekarang pergilah."

David terdiam, saat menyadari jika Rachel terlalu keras kepala hingga tidak akan tergerak karena masalah ini. David cukup mengenali sifat Rachel ini. Pada akhirnya, David pun mengeluarkan ponselnya dan menunjukan potret lain. Ia berkata, "Kalau kau tidak peduli dengan masa lalu, maka kau harus tau apa yang terjadi di masa kini."

Mata Rachel membulat saat melihat potret di manaWilliam tengah berciuman dengan seorang wanita cantik berambut cokelat. "Wah,lihat beraninya bajingan ini," gumam Rachel penuh dengan kemarahan.





.


.



.


Selamat membaca sayang-sayang~
Jangan lupa tinggalin jejak😘

Promo pdf murah lagi deh ya. Seratus ribu dpt empat judul, bebas mau pilih yang mana. Silakan hubungi WA Mimi, udah ada di bio. Kalau chat malam ini, Mimi balas besok siang yaw.

No More PainWhere stories live. Discover now