[18] Tujuan

196 83 16
                                    

“Berdasarkan pengakuan Lono, dia berpikir istrinya tidak ada di ruang kerja, jadi dia tidak merasa perlu terburu-buru membuka pintu ruangan itu. Dia tahu api bisa menyebar ke bagian lain rumah jika dia membuka pintunya, jadi dia memilih menelepon Pak RT karena tidak tahu nomor kantor dinas pemadam,” tutur Jemmy pada rapat di ruang Unit 3 malam itu.

“Tapi dia bilang istrinya selalu bekerja di ruangan itu sampai tengah malam,” bantah Nik.

Jemmy meringis. “Saya kan cuma bagian nanya, Bang. Itu pertanyaan titipan Abang, kan?”

“Ya sudah, lanjutkan.”

“Kemudian dia juga mengaku mendengar bunyi seperti benda berat jatuh sebelum kejadian, tapi tidak yakin suara itu berasal dari mana. Dia pikir itu cuma anak-anaknya yang sedang main perang-perangan di kamar.”

“Jam berapa tepatnya?”

“Jam sebelas kurang. Dia tidak menyebut pastinya jam berapa.”

“Anak-anak belum tidur jam segitu?”

“Dia bilang itu terjadi setiap malam. Biasanya istrinya yang akan memarahi anak-anak yang belum tidur itu.”

“Bagaimana hubungan mereka dengan Danu?” tanya Nik lagi. Ia sudah membuka kembali catatannya dan menemukan nama Danu di daftar tersangka kasus kedua. Ia ingin tahu apakah Danu yang disebut Lono adalah orang yang sama.

“Ya, saya juga tanya itu tadi. Katanya Danu adalah mantan mahasiswa bimbingan korban. Bisa dibilang dia adalah mahasiswa yang susah tamat sehingga membekas di ingatan keluarga Lono. Beberapa hari setelah Queensy terbunuh, Danu datang ke rumah Lono untuk meminta saran tentang cara memberi keterangan kepada polisi. Lono merasa kurang nyaman karena menurutnya Danu itu mencurigakan.”

“Jadi benar itu adalah Danu yang diperiksa untuk kasus sebelumnya?”

“Benar, Bang.”

“Mencurigakannya bagaimana?”

“Dia seorang fotografer, tapi jika dilihat portofolionya... foto-fotonya selalu berupa foto tampak belakang orang di jalanan.”

Jemmy meminta bantuan Angger untuk menampilkan laman akun Flickr milik Danu. Para anggota Unit 3 tercengang melihat jejeran foto hasil jepretannya. Semuanya adalah potret satu orang atau lebih yang kesannya diambil secara diam-diam dari belakang.

“I-ini seperti perbuatan penguntit, ya?” komentar Angger.

Maria melempar gumpalan kertas kecil ke meja Nik. Setelah mendapatkan perhatian polisi satu itu, Maria berkata tanpa suara, “Fetish.”

Nik mengernyit, mencoba mencerna ucapan Maria itu, kemudian manggut-manggut setelah mengingat percakapan aneh mereka di ruang autopsi bersama Elena.

Pintu ruang Unit 3 diketuk, lalu terbuka sebelum ada yang mempersilakan.

Wiranata muncul. “Maaf, saya terlambat.”

Push up, Pak,” ancam Maria main-main.

“Nggak usah, Pak. Kasih aja dia Momogi cokelat,” bantah Nik.

Maria mendelik ke arahnya.

*

Akibat kedatangan peserta rapat baru, Jemmy terpaksa mengulangi presentasi laporannya.

“Begitu, ya,” gumam Wiranata setelah itu “Apa mungkin ada foto korban di antara foto-foto Danu itu?”

“Lagi diselidiki, Pak,” jawab Jemmy.

“Apa juntrungannya Lono bisa menemukan akun Flickr Danu?”

“Menurutnya, Danu pernah nge-share foto Hestia dan tautan lengkap ke akun Flickr-nya di Facebook,” jawab Jemmy. “Tapi itu sudah beberapa tahun lalu.”

Enemies and PreysWhere stories live. Discover now