[9] Kasus Keempat

252 89 13
                                    

Nik sebenarnya bisa berhemat lebih banyak jika masih tinggal di rumah orangtuanya, tetapi karena terus direcoki masalah pernikahan, juga sosok lumpuh adiknya yang menjadi momok menyeramkan di pojok rumah, ia tidak tahan. Ia memilih menyewa kamar indekos di bilangan yang sama dengan kantornya, berharap mendapat ruang pribadi yang lega untuk melepas penat setelah bekerja seharian. Tidak memiliki apa-apa tidak masalah.

Sesungguhnya, benar-benar tidak ada apa-apa di kamar indekos itu, selain sofa panjang yang merangkap tempat tidur, meja lipat, lemari pakaian, kulkas, dan mesin cuci otomatis. Ketika ditanya Wiranata beberapa waktu lalu, ia hanya menjawab dirinya kini mengikuti gaya hidup minimalis ala Jepang.

Setelah mandi, ia membuka minuman kaleng yang dibelinya sebelum pulang dan duduk di sofa untuk menyalin catatan mengenai penyelidikannya saat ini.

Pendingin ruangannya hanya mengembuskan udara hangat, mungkin karena freonnya habis dan ia belum punya waktu untuk memanggil tukang service. Kamarnya pengap karena tidak ada udara yang bersirkulasi, tetapi ia tidak berani membuka jendela karena tidak tahan dengan serbuan nyamuknya.

Ia menghidupkan kipas angin di dinding dalam mode paling kencang, tetapi tidak mampu mengusir udara gerah di kamar indekosnya. Angin dari kipas itu hanya membuatnya kesulitan karena menerbangkan kertas-kertas ke sepenjuru ruangan.

Akhirnya ia memutuskan untuk bertelanjang dada saja. Saat menyesap minuman kalengnya, ia jengkel sendiri karena minuman itu pun tidak sedingin harapannya. Suhu udara yang tinggi membuatnya sulit berkonsentrasi.

Nik membuat ringkasan dari berkas-berkas kasus, kemudian menambahkan catatan pribadi untuk menunjukkan dari mana ia harus memulai atau melanjutkan esok hari. Ia ingin bekerja seefisien mungkin, dan kalau bisa, secepat mungkin. Kasus pembunuhan tunggal saja biasanya menghabiskan tenaga karena penyidikannya berlarut-larut, bahkan berputar-putar. Ada begitu banyak elemen yang harus diteliti dan dicari. Ada begitu banyak kemungkinan bahwa mereka melewatkan petunjuk penting, atau petunjuk penting itu telah hilang atau rusak. Lalu bayangkan kini kerumitan itu dikali tiga.

Menjelang pukul sebelas malam,  Nik merampungkan catatannya seperti ini:

KASUS #1

Korban: Sri Sumarni (ibu rumah tangga, 36)

Tanggal kejadian: 15 Desember

Waktu kejadian: pukul 3 dini hari

Alamat: kota Tangerang

Modus: disetrum dengan taser (dugaan) lalu dibakar

Lokasi kejadian: ruang tamu rumah kontrakan korban

Saksi/tersangka: 

Sutikno (suami korban, driver ojol, 40)
Alibi: tidur pada jam kejadian
Perkiraan motif: masalah finansial
Keterangan: korban bertengkar dengan pemilik warung tiga hari sebelumnya karena masalah utang belanja

Halimatussadiah (anak korban, siswi SMA, 17)
Alibi: tidur pada jam kejadian
Perkiraan motif: ???
Keterangan: korban dan suami korban sering bertengkar masalah uang akhir-akhir ini

Sarinah (pemilik warung, 46)
Alibi: ada di rumah pada jam kejadian
Perkiraan motif: utang korban/emosi
Keterangan: tidak benar dia bertengkar dengan korban tiga hari sebelumnya, suami korban terus-terusan memeras uang korban untuk membeli rokok

KASUS #2

Korban: Queensy Indah Puspita (siswi SMA, 16)

Tanggal kejadian: 31 Desember

Waktu kejadian: ± beberapa saat setelah lewat tengah malam

Alamat: Bekasi

Modus: disetrum dengan taser (dugaan) lalu dibakar

Enemies and PreysWhere stories live. Discover now