3 6

255 22 3
                                    

"Eunghh... Sakit... Hufftt" Mata itu mengeriyip disaat cahaya memasuki retinanya.

Ia menoleh ke kanan dan kekiri, tempat ini asing baginya, ia tidak pernah kesini sendiri atau bersama orang ia tidak pernah kesini. Dan apa ini, ia di kurung di atas matahari tanpa ada atapnya. Dan hari ini hari yang sangat panas, dan ia baru sadar jika ia ada di tengah gurun pasir.

Bayangkan sekarang kalian dikurung di tengah gurun yang panas tanpa ada atap, lebih bagus kandang singa daripada kandang ini yang sedang ia tempati. Di kedua sisinya terdapat pria bersenjata yang tengah berdiri. Oke sekarang ia tahu jika sekarang ia diculik dan berakhir dengan kematian.

"Hai Nyonya Park" Seorang lelaki yang menutupi setengah wajahnya dengan kain itu memegang pipi Nara lewat sela jeruji besi tersebut.

"Apa yang kau mau?" Ucap Nara langsung, ia sudah tahu siapa pria didepannya ini. Pria sok tampan dengan cara berkenalan dengannya di club dan hampir menyentuh Hanna. Nara tidak akan melupakan kejadian pada malam itu.

"Aku mau, dirimu dan anakmu" Nara langsung menutup perut yang sudah membuncit itu dengan tangan yang terborgol. Baru sadar jika tangannya terborgol sekarang.

"Kenapa kau takut? Aku tidak akan melukaimu jika kau memberikan anakmu itu padaku dan kau menikah denganku"

"Jangan harap kata kata mu itu terwujud Minhyun!!!" Nara menatap mata Minhyun seakan menantangnya untuk perang.

"Ya ya ya, sekarang katakan padaku bagaimana rasanya dimusuhi oleh teman bukan sahabat sendiri, dan parahnya sahabatnya itu tidak percaya lagi padamu" Minhyun berdiri bersedekap dada menatap Nara dengan  senyuman.

Nara diam menatap pasir yang menjadi alas duduknya sekarang. Ia tak tahu harus apa dan kejadian beberapa tahun yang lalu terputar lagi di otaknya. Jika ia akan mati disini ia ikhlas ia akan pergi bersama anaknya dan meninggalkan Jimin sendiri, ia tak tega melihat Jimin sendiri Nara belum siap untuk itu.

Dorr..

Suara tembakan membuat Nara menatap Minhyun kaget, kemudian meraba tubuhnya memastikan bahwa ia masih hidup dan baik baik saja.

"Bagaimana? mau sekarang ku kirim kau menemui ayahku?" Nara tak menjawab ia hanya menangis tanpa bersuara memeluk perutnya dan juga membatin kata maaf kepada semua orang.

"Diam berarti iya" Minhyun menempatkan pistolnya searah dengan kepala Nara Minhyun menghitung angka lima mundur dan itu membuat Nara semakin mengeratkan pelukannya pada perutnya itu.

"Satu"

"Stop!"

Minhyun menatap anak buah nya yang dengan berani dan lancang menghentikan kegiatannya.

"Maaf sudah menghentikan mu Tuan, apa tidak sia sia kita menculiknya kemudian kita bunuh, bagaimana jika kita sedikit bermain dengan Bangtan?" Minhyun menaikkan alisnya pertanda tertarik dengan apa yang dikatakan anak buahnya ini.

"Jadi kita bermain petak umpet seperti masa kecil, dan kita berikan Bangtan waktu satu minggu jika dalam satu minggu itu Bangtan tidak menemukan wanita jalang ini kita akan membunuh jalang ini dan tak lupa kita video dan kita kirim ke Bangtan, bagaimana?"

"Tak sia sia ku menerimamu dan menghentikan ku, atur semuanya" Minhyun menepuk pundak pria jakung itu kemudian melenggang pergi. Katakan pada Nara jika ia harus berterimakasih pada pria ini.

"Jo, kau bisa menemaninya sendiri aku dipanggil Tuan Hwang" Pria yang dipanggil Jo itu mengangguk dan mempersilahkan untuk pergi.

"Eum Tuan" Nara sedikit takut memanggilnya pria ini namun pria ini menoleh menatap Nara.

THE MAFIA - BTSWhere stories live. Discover now