Henry - Ben

190 2 4
                                    

"Dia" sekretaris memandang bosnya dan memandang televisi yang ditunjuk menampilkan wajah seseorang
"Pak, dia laki laki orang tua anda akan murka" Henry tertawa pelan
"Biar saja, aku tidak perduli dan sudah lama aku menyukainya namun sangat sulit untuk menemuinya ia menjaga diri dari orang banyak"
"Iya itu sangat aneh bos, kenapa ya?"
"Ehem itu tugasmu bukan dan curi jadwalnya?" Sekretarisnya cengengesan
"Siap bos" wanita cantik itu segera berlalu pergi melakukan tugasnya.

"Dia" sekretaris memandang bosnya dan memandang televisi yang ditunjuk menampilkan wajah seseorang"Pak, dia laki laki orang tua anda akan murka" Henry tertawa pelan"Biar saja, aku tidak perduli dan sudah lama aku menyukainya namun sangat sulit unt...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Undangan apa, aku tidak tertarik"
"Bos ini undangan khusus VVIP anda harus hadir dan pak Henry terkenal dengan bisnisnya yang sukses diusia muda seperti halnya anda" Ben menghembuskan nafasnya
"Baiklah baiklah, kau berhasil membujukku" sekretarisnya mau memekik entah kenapa ia senang sekali
"Kau kenapa?" gadis itu terdiam menggeleng
"Tidak bos hehehe" ia segera ngacir sebelum bos nya semakin curiga.

Ben memandang semua tamu undangan ternyata orang orang yang sering ia lihat di tv maupun kantor dibidang bisnis, mereka heran melihat Ben hadir dipesta ia terkenal kurang suka bergaul, dingin dan pendiam itu sangat aneh ia juga sering tidak hadir di banyak undangan namun berbeda saat Henry mengundangnya.

Ben memandang semua tamu undangan ternyata orang orang yang sering ia lihat di tv maupun kantor dibidang bisnis, mereka heran melihat Ben hadir dipesta ia terkenal kurang suka bergaul, dingin dan pendiam itu sangat aneh ia juga sering tidak hadir ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau datang juga, aku pikir kau tidak bersedia hadir.... Ben"
"Aku merasa terhormat karena anda mengundang saya, Henry"
"Jangan terlalu formal ini diluar jam kantor ini pesta ulang tahun kantor"
"Maaf kebiasaan"
"Kau harus sering sering bergaul sangat sulit bertemu denganmu" Ben bingung
"Maksudnya?" Henry mengusapkan kelingkingnya ke punggung tangan Ben
"Aku sudah sering membuat janji temu denganmu namun kau terus menolakku, aku berharap kita bisa bekerja sama"
"Maaf, aku pikir anda hanya bermain main" Henry tertawa pelan ia menarik Ben dari keramaian ke ruang kantornya dan menguncinya.
Henry mendorong Ben ke dinding dan menciumnya, Ben tidak kalah selagi membalas ciuman Henry tangannya sibuk melepaskan pakaiannya demikian juga Henry dan menarik Bem keruang istirahat seperti kamar dengan tempat tidur. Ben terkejut milik Hnery besar dan ia pikir itu tidak akan muat hingga ia hampir berteriak beruntung Henry membekap mulutnya, gerakan Henry semakin cepat dan desahan Ben semakin intens memenuhi ruangan dengan kedap suara.
Henry berbaring menghadap Ben yang tertidur memperbaiki posisi poni Ben yang lepek karena basah dan Ben tertidur
"Aku akan memilikimu selamanya dan seutuhnya Ben, aku jatuh cinta padamu" Henry bangkit mengenakan pakaiannya, ia keluar meminta penjaga Ben pergi karena ia sendiri akan mengantar Ben ditambah sekretaris Bem meyakinkan penjaga membawa mereka pergi.

Henry berbaring menghadap Ben yang tertidur memperbaiki posisi poni Ben yang lepek karena basah dan Ben tertidur"Aku akan memilikimu selamanya dan seutuhnya Ben, aku jatuh cinta padamu" Henry bangkit mengenakan pakaiannya, ia keluar meminta penjag...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Henry ini .... pertama kalinya bagiku, entah kenapa aku tahu apa yang kau pikirkan tentangku dan aku melakukannnya denganmu"
"Kau menyesal Ben, aku menyukaimu lebih dari yang kau pikir"
"Henry, ruang istirahatmu penuh dengan gambarku dan itu membuat ku terkesan .... aku tidak menyesal"
"Menikahlah denganku" Ben terperangah
"Ben, kau baik baik saja kenapa memandangku seperti itu"
"Ini terlalu cepat"
"Cepat? Mengingat yang kita lakukan semalam?"
"Oh sial" wajah Ben berubah merah.

Ben khawatir mengenai banyak hal sudah dua minggu ia belum memberi jawaban kepada Henry dan seringkali Henry menghubunginya namun ia seperti menghindar.
"Ben" lengannya di tarik seseorang
"Henry, aku .... aku belum punya jawabannya"
"Berapa lama lagi aku akan menunggu dua minggu lebih kau menghindar dariku" itu ulah sekretarisnya membiarkan Henry masuk
"Henry kumohon mengertilah"

 aku belum punya jawabannya""Berapa lama lagi aku akan menunggu dua minggu lebih kau menghindar dariku" itu ulah sekretarisnya membiarkan Henry masuk"Henry kumohon mengertilah"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku bahkan sudah bicara dengan orang tuaku dan mereka tidak masalah sekarang kau yang bermasalah, kau ... kau tidak mencintaiku kau meragukan perasaanku dan kau sendiri, bukan begitu"
"Bukan .... eh ya .... entah"
"Ben kau sehat, ada apa? Kau terlihat aneh dan .... pucat"
"Kau ... ada dua" Henry nyaris tertawa mengira hingga ia melihat Ben hampir jatuh
"Hah .... BEN" Henry menangkap tubuhnya.
Henry memandang dokter dengan wajah bingung
"Wow tokcer" ia kemudian tertawa hingga suster yang lewat meminta nya diam dengan pandangan marah Henry menelan ludahnya kasar.
"HAMIL" itu Ben
"Apa hamil" nah itu orang tua Henry dan Ben bersamaan kompak
"Ya tuan apa kau tidaj bisa memastikan burungu tetap dalam sangkar sampa selesai nikah dasar anak kurang ajar" ibu Henry dan si ayah tersenyum bangga
"Ayah dan anak sama gilanya" si ibu menepuk kepala suami dan anaknya.
Beda lagi dengan orang tua Ben panik melihat Ben shock karena ia hamil
"Aduh cup cup jangan nangis" bukannya diam malah makin jadi ruang rawat Ben sudah seperti ada kerusuhan dan demo kacau dan campur aduk marah tangis dan lain lain memenuhi ruangan suster stress tidak bisa mendiamkan mereka semua.

End

Mpreg Random 2 (End)Where stories live. Discover now