Bagian Tiga Belas

Start from the beginning
                                    

"Padahal rasanya baru beberapa hari yang lalu ayah bunda mungut gua, tapi sekarang udah gendong bayi aja" Lagi-lagi Varo bergumam.

Tak lama Varo mendengar deringan ponselnya yang berada di saku jas miliknya, ia segera melihat siapa yang berani-beraninya mengganggu aktivitas bersama istrinya yang berada di foto itu.

"Ha—"

Belum pula Varo selesai mengucapkan sebuah kata awalan yaitu halo, namun suara isakan serta pekikan di sebrang sana membuat Varo segera bangkit dari kursi.

"Hiks.. Cepet pulang! Sean demam terus nangis gak mau diem, Rara takut pa hiks.. "

Varo tak menjawab dan langsung bergegas pulang dari kantor, mengabaikan segala panggilan dari beberapa pegawai nya, bahkan ada OB yang tak sengaja ia tabrak sampai terjatuh menduduki timba berisi air pel.

"Ngene temen nggolek duek gawe bondo rabi " Batin OB tersebut sambil berusaha bangkit dari timba berisi air pel itu, belum lagi pantatnya masuk setengah membuatnya semakin kesusahan. ( Gini amat cari uang buat modal nikah).

Lupakan nasib malang OB tersebut mari beralih pada papa muda yang baru saja sampai di depan pintu rumahnya dan segera masuk tanpa mengucapkan salam.

Sampai di kamar nya, ia melihat Rara yang menangis sambil menimang-nimang Sean yang sedang menyusu, namun bayi tersebut masih sesenggukan.

"Kenapa bisa Ra?" Tanpa sadar Varo menaikkan nada suaranya membuat Rara menunduk, lalu ia menggeleng takut.

"Aku gak tau, tiba-tiba pas sekitar 10 menit setelah kamu berangkat kerja Sean udah rewel, badannya juga agak panas" Jelas Rara dengan jujur, belum lagi wanita itu masih sesenggukan dengan kencang.

"Kamu udah lama jadi ibu Ra, seharusnya kamu lebih hati-hati sama perkembangan anak kita. Aku kerja dan kamu kasih kabar kalo Sean sakit dan pulang buru-buru kesini, kamu gak tau capek nya aku gimana" Omel Varo duduk dengan kasar di pinggiran kasur.

"Aku tau, aku minta maaf belum bisa jadi ibu sama istri yang baik"

"Emang" Ketus Varo membuka jasnya dengan kadar serta mengendurkan dasinya yang terasa mencekik leher nya itu.

"Maaf" Cicit Rara lagi lalu mulai mengusap dahi anaknya yang terlapis bye-bye fever, alat kompres tempel khusus bayi dan anak-anak.

*punten ya, author ga di endorse kok. cuma kasih saran aja, kalo kalian ada adik, anak, cucu, atau apalah yang masih bayi sama anak-anak, kalo sakit pakein itu aja buat redain demam oke? oke gud.

Varo menatap terus menerus kepada Rara yang masih menimang-nimang Sean, dia masih merasa kesal dengan kelalaian istrinya dalam merawat Sean hingga sampai sakit begini.

Rara yang menyadari tatapan marah itu pun semakin menunduk.

"Maafin aku" Cicit Rara sangat takut.

"Kamu udah belajar kan sama bunda gimana jadi ibu yang baik? istri yang baik? gimana bisa sampe lalai terus anaknya sakit begini ma" Lagi-lagi Varo memarahi Rara.

"Aku juga gatau pa, aku udah wanti-wanti semua kegiatan Sean tapi nyata nya Sean sakit"

"Itu bukan nyatanya, kamu aja yang belum bisa dewasa ngurus anak!" Varo semakin keterlaluan dalam memarahi Rara.

"Aku tau aku salah karena Sean sakit gini, tapi kamu gak usah marah gini bisa gak? aku juga capek pa, ngurus rumah sendirian, belum lagi Sean yang aktif, ngurus kamu. Jadi sama-sama ngertiin, kita sama-sama lagi belajar jadi orang tua dan suami istri yang baik" Balas Rara yang sudah tak kuat dengan amukan Varo yang berlebihan.

"Oh jadi kamu ngeluh cape ngurus aku sama Sean? iya?" Varo tersulut emosi hingga dirinya membuang jasnya dengan kasar ke lantai, Rara menutup matanya dan menggigit bibirnya dengan keras.

"Stop! bukan gitu maksud aku! kita itu lagi sama-sama belajar jadi suami istri dan orsng tua yang baik, kalo aku ada salah tegur aku jangan marah kek gini. Aku juga cape, kita sama-sama cape! Ngertiin dikit kek, kamu pikir mudah jadi ibu di usia muda gini pa!"

Varo terdiam, dia kelewatan.

Rara kembali menangis keras membuat Sean yang tadi nya sedikit tenang kembali menangis, Rara dengan perasaan marah langsung pergi dari kamar menuju kamar anaknya dan segera menenangkan Sean.

Tinggal Varo sendiri di kamar ini, dengan perasasn bersalah. Varo mengusap wajahnya dengan frustasi, bagaimana bisa ia hingga kelepasan marah seperti ini.

"Sialan lo Varo!" Maki Varo pada diri sendiri.

***

Tenang guys tenang!

Konfliknya ga susah, cerita author nih anti konflik berat dan sad ending.

Anti pelakor-pelakor juga tentu nya!

Sekian..

Tentang SeaNaya (END)Where stories live. Discover now