LWTD | Tiga puluh tujuh

108K 11.2K 764
                                    



Follow ig : Aloisiatherin


37. Rindu

Bastian mencengkram erat sebuah undangan mewah berwarna golden brown berhiaskan ukiran putih di pinggirannya.

Ia meremas pembungkus undangan, kala melihat nama Monela Fae Zhou dan pria yang bernama— Alexander Gabriel, terukir diatasnya dengan tinta berwarna putih.

Harusnya, namanya lah yang terukir disana, bukan nama seorang pria yang dulunya juga pernah menjadi teman bermain mereka.

Bastian melemparkan undangan itu ke atas meja, kemudian mengusap wajahnya frustasi. Sudah hampir enam hari pula, ia tidak bertemu Monelanya.

Setelah Monela nekat pergi ke rumahnya, lalu pulang, Bastian sama sekali tidak bisa menemui ataupun menghubungi Monela.

Aksesnya benar-benar ditutup. Pun ketika di kampus, ia juga sama sekali tak bisa menemukan gadis itu.

"Babas," bunda Bastian, menghampiri anaknya yang terlihat kusut semenjak ia datang kesini— empat hari yang lalu. Dan ia pun tahu apa alasannya.

"Bun," Bastian menyenderkan kepalanya di pundak sang bunda yang kini memeluknya.

"Bastian harus gimana?" Tanya pria itu lirih.

"Kalau jodoh pasti kembali kok," bunda menenangkan sang anak.

"Tapi Bastian sama sekali gak bisa nemuin monela bun! Bastian gak ada celah untuk berjuang!" Tekan Bastian..

Memang benar adanya, kalau Bastian seolah tak memiliki celah untuk berjuang. Monela tidak bisa dihubungi, ditemui, bahkan di kampus pun Monela sama sekali tak nampak. Entah dimana gadis itu berada saat ini.

Bunda Ira menghela nafas. "Bunda juga udah ngomong sama maminya Monela, bas. Dan beliau gak bisa ganggu gugat keputusan sang suami." Jelasnya. "Ini salahmu juga yang nemuin Monela lewat balkon." Tegur bunda kemudian.

Bastian hanya bisa berdecak sambil meraup wajahnya kasar. Kenapa susah sekali untuk membuat Monela menjadi miliknya seorang?!

"Besok malam kamu siap-siap ya. Harus ikut ke pertunangannya Monela sama Alex." Bunda mengelus surai sang anak.

"Bastian gak akan bisa bun," kedua mata Bastian secara mendadak berkaca-kaca.

Bunda menatap sang anak dengan pandangan tak tega, "Jangan pernah membuat kegaduhan di acara besok malam bas, atau bunda akan marah.

🌻🌻🌻

Monela menarik selimutnya semakin ke atas, ketika mendengar pintu kamarnya yang dibuka. Tangannya kembali menghapus air mata yang terus saja menetes.

"Ce," mami Lyn masuk ke dalam kamar, berjalan menghampiri sang anak yang sudah empat hari ini mendiaminya.

"Gausah panggil Monela, mi." Suara Monela yang serak dan ketus itu membuat Lyn menghela nafas.

"Ce, ini kan juga demi kebaikan kamu.." Lyn mencoba memberi pengertian.

Monela sontak bangkit dan menatap Maminya dengan mata sembab.

"Dengan misahin Monela sama orang baik yang monela cinta mi? Iya, gitu?" Monela tak dapat menahan air matanya, kala ia mengucapkan kata itu.

Lyn menggeleng, ia berniat mengusap pipi sang anak, namun segera ditepis oleh Monela.

"Monela suka Babas dari kecil mi. Dan berubah jadi sayang, kemudian cinta. Gak semudah itu Monela bisa ngelupain Bastian mi!" Monela kemudian menangis dengan menelungkupkan wajahnya di sela-sela lututnya. Ia mengeluarkan segala uneg-uneg yang dipendamnya selama ini.

Living with the Dosen [TERBIT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora