LWTD | Lima belas

125K 15.3K 781
                                    

Update lagi!

Spam komen banyak yes!

Udah Follow wp belum?

Follow dulu, biar bisa baca sampek end
Aloisiatherin

udah Follow ig? Biar dapet info cerita terbaru aku!






15. Monela, marah.

Pak Bastian
Istirahat langsung ke ruangan saya.

Itu pesan yang Monela baca disaat ia baru saja selesai makan, di jam istirahat. Monela memang tidak terbiasa membuka handphone kalau tidak ada acara endors ataupun hal penting lainnya.

Monela mendesah. Ia meneguk es teh dalam sekali teguk, lalu berdiri.

"Guys, gue ke ruangan Pak Bastian dulu. Dipanggil sama orang terhormat!" Ujar Monela.

Empat sekawan itu mengangguk, menurut. Tak bertanya lebih lanjut, karena tahu, dosen aneh satu itu pasti menjadikan Monela sebagai babu dadakan. Kecuali Mimi, yang saat ini sedang menyeruput mie ayam sambil menatap ekspresi Monela.

"Hmm.. Mimi mencium aromeong membagongkan disini."

🌻🌻🌻

Monela sedikit merapikan rambutnya yang njeprak-njeprak akibat berlari kencang menuju ruang Pak Bastian. Ia sudah berdiri tepat di depan pintu Bastian. Monela sedikit berdehem, kemudian bibirnya yang datar ia gerakkan layaknya orang tersenyum. Baru kemudian memegang kenop pintu dan memebukanya.

Gerakan tangan Monela yang sedang membuka pintu pun terhenti seketika, ketika ia malah menemukan Pak Bastian sedang memeluk pinggang Bu Rani.

"Oh, maaf, saya menganggu ya." Sarkas Monela dengan sinis. Ia sebenarnya terkejut, dengan apa yang barusan ia lihat. Tapi, menyembunyikan ekspresi sesungguhnya terdengar lebih baik.

Entah mengapa, sedari kecil, monela tidak pernah suka Bastian dekat dengan perempuan manapun. Ya kecuali bunda dan saudaranya.

Bastian yang sadar akan kehadiran Monela sontak melepas tangannya yang berada di pinggang dosen muda cantik itu. Membuat Rani terjatuh ke lantai.

DUGH!!

"Aduh, Pak Bastian!!" Pekik Bu Rani, kaget, ketika tubuhnya menghantam lantai.

Yang dipanggil malah cuek dan mengejar Monela yang sudah berjalan keluar ruang dosen.

"Monela," Bastian memanggil Monela yang berjalan cepat, oh salah! Sangat cepat.

"Monela," Bastian berlari, mencekal tangan Monela yang menggantung.

"Kamu kenapa pergi?" Bastian menatap Monela dengan tatapan tajamnya.

"Saya? Kenapa pergi?" Monela menunjuk dirinya sendiri." Bapak lak lulusan terbaik Univ Canberra, seh? mestinya gausah tanya wes tau lah ya." Sarkas Monela.

Bastian yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar, matanya melirik ke arah beberapa dosen dan mahasiswa lewat yang terang-terangan menatap mereka.

"Ayo," Bastian menggandeng tangan Monela menuju ruangannya kembali. Menggenggamnya lembut, dan menuntunnya.

Sedangkan Monela tetap diam, tak bergeming, ketika Bastian menyeret tubuhnya. Mata Monela sempat melirik tajam ke arah Bu Rani yang juga mengeluarkan aura permusuhan.

Living with the Dosen [TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat