LWTD | Dua puluh lima

126K 14.3K 847
                                    


Follow dulu donks!
Aloisiatherin



25. Semakin mesra

"Mampus lo di tonyor dosen! Udah tau tuh cewek pawangnya mantan dosen gay!" Celetuk Fabio, pada Kin yang sedang mengusap pipinya bekas tonjokan Bastian.

"Yee! Lo mah! Dasar kadal Afrika!" Kin melempari Fabio dengan bungkus rokok, yang sayangnya meleset, malah mengenai wajah tampan Kevlar yang sedang memangku Ivy di pahanya.

"Bangsat!" Kevlar menatap tajam Kin yang malah cengengesan tak jelas.

"Sans bro! Fabio nih!" Kin menunjuk Fabio yang malah asik menatap Abi yang baru saja masuk ke dalam club bersama si bencong Mimi yang masih sempat-sempatnya menggoda pria berperut buncit.

"Gaiss gaiss gaiss!" Abi memekik heboh, begitu ia sampai di depan tempat duduk mereka.

Sedangkan Mimi sudah mendekati Kin yang malah menjauh, bergidik menatap bencong yang sudah kedap kedip sambil menjulurkan lidah sok menggoda.

"Apa?" Ivy yang sedang bergelayut pada leher Kevlar menoleh.

"Pak Bastian, sama Monela, mau nikah!!"

Baiklah, salahkan mulut Abi yang setelah ini sepertinya akan kena tampol Monela.

🌻🌻🌻

Bastian menutup pintu rumah dengan keras, membuat Monela sedikit berjangkit kaget. Pun Popow yang sedang terlelap di depan TV juga ikut terbangun, menenggokan kepala kecilnya.

Bastian menyedekapkan tangan di dada, menatap Monela yang hanya bisa menautkan jarinya di depan tubuh.

"Hmmmhhh," dengusan kasar jelas keluar dari bibir Bastian, membuat Monela melirik sedikit.

"Kamu tau, apa akibatnya kalo aku nggak jemput kamu tadi?" Tanya Bastian, mulai menggunakan aku-kamu. Pertanda dia sedang berada dalam mood yang terlampau, entah itu baik ataupun buruk. Namun, saat ini mood buruk lah yang menjadi alasan Bastian mengucap kata aku-kamu.

Monela mengangguk, "tau..."

"Apa?" Suara Bastian memang tenang, tapi seperti terselip sebuah sindiran sarkas untuk Monela.

"Mabuk," cicit Monela.

Bastian meraup wajahnya kasar. Tak dapat membayangkan Monela mabuk dengan tubuh di gerayang pria-pria, atau paling parah diseret ke atas ranjang. Bastian tidak rela. Ia tidak akan pernah rela.

"Jangan kamu ulangi!" Titah Bastian tegas, dan meninggalkan Monela sendiri.

Bibir Monela sudah mencebik ke bawah, bersiap menangis. Sebenarnya, sedari dalam club, ketika ia mendapati Bastian menyeretnya, Monela sudah ingin menangis. Namun tak berani. Takut kena semprot.

Namun, saat ini Bastian sudah menghilang dari pandangannya, membuat Monela berani menangis. Apalagi, Popow di depannya seolah juga ikut menatapnya tajam. Seolah olah Popow sedang marah.

Entah itu sugesti dari otak Monela, atau memang Popow mengerti akar dari permasalahan yang menimpa mereka saat ini, hingga anjing lucu itu menampilkan ekspresi bak serigala yang siap menerkam.

Living with the Dosen [TERBIT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum