LWTD | Tiga puluh tiga

100K 12.4K 1.4K
                                    



33. Aaaa nangis

Monela bersender lelah pada bahu Bastian yang sedang terduduk diatas sofa ruang dosen Bastian. Tubuh Monela sedikit di selonjorkan, membuat setengah tubuhnya dalam posisi tertidur.

"Capek?" Bastian mengelus kepala Monela pelan. Juga menyematkan satu kecupan di puncak kepalanya.

"Heem. Tadi abis presentasi soale." Adunya dengan mata memejam.

"Mau di pijitin?" Tawar Bastian, kasihan melihat Monela yang kelelahan.

Monela mengangguk cepat. Ia membalik tubuhnya, memunggungi posisi Bastian duduk.

Bastian pun langsung mengulurkan kedua tangannya ke arah pundak Monela. Ia dengan telaten memijit pundak Monela. Tidak terlalu keras menekan, namun bisa dipastikan terasa enak.

Elah, apa yang enak bas?!

"Kalo udah nikah kan enak. Pijetnya bisa seluruh badan." Celetuk Bastian.

Monela yang semula memejamkan mata menikmati pijatan di tubuhnya itu sontak membelalak. Ia menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Bastian intens.

"Mau nikah sama siapa bapak?!" Sungutnya dengan mata memicing.

"Kalo sama kamu, diterima gak lamaran saya?" Tanya Bastian, dengan alis naik turun, menggoda, membuat Monela mendelik tersipu.

Kode mulu elah bas perasaan! Buruan noh lamar!

🌻🌻🌻

"Popow!!!" Monela mengangkat anjing kecilnya ke dalam gendongan.

Setelah menghabiskan waktu di kampus dengan segala kepenatan, melihat Popow yang ada dirumah rasanya langsung sirna segala penat!

"Popow aja dipeluk!" Gumam Bastian, menatap sengit ke arah Popow yang kesenangan di peluk Monela. Popow sontak menjulurkan lidahnya ke arah Bastian, seolah sengaja mengejek dirinya.

"Liat aja, habis nikah aku kurung dikamar!" Dumel Bastian dan mendudukan dirinya di sofa ruang keluarga.

Monela pun akhirnya turut mendudukan dirinya diatas sofa, di samping Bastian. Ia juga memangku Popow di atas paha putihnya.

"Pak, kemarin mami telepon. Katanya besok mami ambek papi pulang." Ujar Monela dengan nada sedih.

Bastian yang sedang memijit tengkuknya pun sontak mematung. Ia melirik Monela yang menatap kosong Popow dengan tangan mengelus kepala anjing itu.

"Besok kamu pulang?" Tanyanya pelan.

"Heem, papi mami udah ndek pesawat hari ini..." Monela menoleh ke arah Bastian. Tatapannya sendu dengan binar polosnya.

Bastian mengigit bibir dalamnya. Entah mengapa, ia merasa tak rela?

"Gak bisa emang disini sampek bunda pulang? Nenenin aku?" Bastian menatap lekat mata Monela.

"Ha?!" Monela menautkan kedua alisnya.

"Ck! Nemenin aku maksutnya!" Bastian menepuk mulutnya yang nakal. Bisa bisanya kata-katanya meleset, disaat sedang sedih sedihnya!

Aelah bas! Modus lo modus!

Monela mengigit bibir bawahnya sambil menggeleng. Matanya berkaca-kaca. Entah mengapa, sangat sulit meninggalkan Bastian, setelah sekian bulan menghabiskan waktu berdua dengan lelaki pujaannya itu.

"Gak bisa..." lirih Monela.

Bastian tiba-tiba turut berkaca-kaca, menatap Monela yang ingin menangis. Ia menarik nafas panjang sambil menegakkan badan. Kedua jarinya memijit ujung matanya, menahan air mata.

"Hahhh," Bastian menarik nafas sembari tertawa garing.

"Gapapa, kan rumah kita sebelahan. Sebelumnya kita malah bertahun-tahun nggak komunikasi juga biasa aja kan?" Bastian berusaha menenangkan Monela yang mulai terisak. Merayunya agar tak semakin bersedih.

"Hiks hiks! Gak mau!!!" Monela menghambur ke pelukan Bastsian. Memeluknya erat. Terisak di dadanya yang masih terbalut kemeja.

"Monela gak mau pulang!!!" Tangisnya terisak dengan semakin kencang.

Bastian tersenyum, mengusap pelan punggung Monela. Bibirnya terus mengecup puncak kepala monela dengan sayang.

"Nanti aku samperin ke kamar kamu deh!" Celetuk Bastian.

"Nanti yang masakan kamu setiap pagi siapa?!" Monela terus terisak. Berusaha mengeluarkan alasan yang terlintas di otaknya.

"Masak? Kan yang tiap hari masak buat makan itu aku," Bastian melepas pelukan, mengusap air mata Monela yang berjatuhan.

"Iihhh! Bapak mah! Gak bisa diajak sedih!" Monela memukul dada Bastian.

"Terus nanti Popow ikut Amiw apa ikut Apiw?!" Monela menatap Popow yang bermain di kakinya. Mengejar buntutnya sendiri.

Bastian menunduk sekilas, menatap anak pungutnya yang sering mengalihkan atensi Monela darinya.

"Kamu bawa aja mau?" Tawar Bastian.

Wajah Monela berubah murung. "Papi udah tua bangkotan. Gampang sakit nek deket deket sama hewan berbulu." Adunya.

"Yaudah, Popow biar aku yang rawat... kamu sering kesini jengukin anak kita ya tapi!" Ujar Bastian sambil tertawa

Ia kemudian menangkup kedua pipi Monela, mengelusnya dengan jempol secara perlahan.

"Cukup kamu selalu ada di dekat ku, aku selalu bahagia, Monela." Ujar Bastian dengan mata menatap Monela lekat.

Monela tersenyum, ia mengigit bibir bawahnya. Malu ketika Bastian menatapnya sangat lekat. Seolah berniat memilikinya saat itu juga.

"Monela pinginnya sama Babas terus... Emang gak boleh ta, Monel tinggal disini aja?" Tanya Monela dengan polosnya.

Bastian tertawa kecil dan menggeleng. "Nanti aja, kalo udah nikah!" Celetuknya lagi.

Maklum, kebelet nikah! Kalo si Abas kebelet kawin!

Hingga kemudian, Bastsian menundukan kepalanya, dan mendekatkan kepalanya ke kepala Monela.

Tangannya juga turut mengangkat wajah Monela, memudahkan ia menatap mata bulat milik gadisnya. Begitu jarak mereka semakin dekat, Bastian dan Monela serentak memejamkan kedua matanya. Hingga sesaat setelahnya, Bastian menempelkan bibirnya pada bibir kecil Monela.

Menyatukan kedua bibir itu dengan penuh cinta.

Mendiamkannya sejenak. Meresapi. Mengingat saat pertama kali bibirnya menyentuh bibir kecil Monela. Di umurnya yang ke 12 dan umur Monela yang ke 4 ia mampu mencuri ciuman pertama dalam hidup Monela.

Hingga Bastian memberanikan diri untuk langsung menyambar bibir bawah Monela, dan melumatnya. Mengambil lumatan pada bibir Monela setelah sekian lama.

Bastian, benar-benar mencintai wanita manja satu ini.

🌻🌻🌻

Bagaimana chapter ini?

Yok, mampir ke cerita baru cici yok!!

Cie, pisah nih... sapa yang sedih?

Gak sedih banget kok! Tenang aja! Minim konflik nih! Wkwk

Spam komen 'Abas' disini

Spam komen 'popow' disini

Living with the Dosen [TERBIT]Where stories live. Discover now