LWTD | Tiga Puluh satu

111K 11.9K 741
                                    



Udah Follow belum? Follow dulu lah ya!

31. Rencana

Bastian berjalan pelan ke arah Monela yang sedang terlelap diatas buku. Rambutnya yang menjuntai menutupi seluruh wajah, membuat wajah Monela tak nampak.

Namun, Bastian seolah memiliki radar, untuk menemukan dimana sang gadis berada. Sekalipun Monela bersembunyi di lubang semut.

Bastian mendudukan dirinya di kursi tepat di depan wajah Monela. Ia kemudian menyibak pelan rambut Monela yang menutupi wajah.

Bastian tersenyum.

Bibir Monela terbuka sedikit, matanya juga turut sedikit terbuka, menampilkan bola mata putihnya. Sesekali suara 'nghrookk' terdengar kecil di telinga Bastian.

"Bangun, cantik!" Bisik Bastian tepat di telinga Monela.

Setelah menunggu hampir dua menit, sang empu belum membuka matanya sama sekali.

"Bangun, sayang..." Bastian mengusap pipi putih Monela.

Nyatanya, lima menit kemudian pun Monela tak kunjung bangun.

"Nikah, Yuk!" Suara bastian menggelitik leher Monela, membuat sang empu sontak terbangun dan mengangkat kepalanya cepat.

DEG!

Wajah keduanya bertatapan tepat, hanya berjarak kurang dari sejengkal. Hembusan nafas keduanya saling bersahutan.

Iris Bastian mengunci mata Monela yang masih memerah, akibat baru saja terbangun dari tidurnya.

"Pingin cepet-cepet nikahin kamu deh!" Celetuk Bastian, dan mengecup pipi Monela cepat, sebelum akhirnya bangkit dan berlalu, meninggalkan Monela yang masih mematung.

Wh-aa-tt?!!

Otak Monela selama terhenti bekerja untuk sesaat. Matanya membelalak.

Oh My to the God! Setelah sekian lama, Bastian berani mencium Monela lagi!!!

Oh tidak!! Tolong monela!! Monela gak kuat jalan!!

"Pak Bastian!! Tungguin ta la!! Kaki saya lemes!!!" Pekik Monela, menggegerkan seisi perpustakaan sore ini.

🌻🌻🌻

Lyn mendudukan dirinya di pangkuan sang suami yang masih sibuk berkutat dengan laptopnya.

"Papihhh," Rengek Lyn pada Hardian— suaminya. Bapak dari Monela.

"Hm?" Sahut Hardian, tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.

"Papiiiihhh!" Rengek Lyn, sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya diatas pangkuan sang suami.

"Ssshh, mami! Diem ah! Papi jadi gak bisa fokus ini!" Hardian mendelik ke arah sang istri.

Lyn mencebikkan bibir, matanya berkaca-kaca. Bibirnya sudah menurun ke bawah, bersiap memekikkan telinga siapa saja.

"Eh eh eh! Jangan nangis istri Papi yang paling cantik..." Hardian langsung memeluk sang istri, takut istrinya menangis dengan kencang, sampai mampu membuat telinganya berdengung.

Lyn mengusap matanya dengan kasar. Ia memilih ujung bajunya.

"Papi udah gak cinta sama mami ya?" Lyn bersuara kecil.

Living with the Dosen [TERBIT]Where stories live. Discover now