ANGKASA 24

38.3K 3.9K 82
                                    

Semenjak kejadian di taman belakang sekolah kemarin, Amira jadi banyak diam. Angkasa kadang heran dibuatnya. Apakah dirinya memiliki salah pada Amira? Atau Amira yang tengah memikirkan sesuatu?

"Lo kenapa?"

"Gak papa kok." Amira tersenyum.

"Dasar cewek!" Batin Angkasa berdecak malas. Kenapa setiap perempuan selalu semutupi sesuatu dengan kata 'gak papa' Angkasa menghela nafas, "Kenapa?"

"Gak papa, Angkasa."

"Terserah lo." Angkasa bangkit dari duduknya. Berjalan menuruni tangga untuk membuat minuman di dapur.

Amira hanya cemberut menatap kepergian Angkasa.

"Malah ninggalin." Amira bergumam pelan. Mengambil novel di atas nakas yang baru kemarin di beli bersama Arani. Novel ini tentang perjodohan. Jika Amira baca lebih jauh, alur ceritanya sama seperti kehidupannya. Amira mulai terlarut dengan cerita tersebut, tanpa Amira sadari Angkasa sudah kembali dengan sebungkus cemilan dan dua gelas jus jeruk.

Angkasa melirik Amira sekilas. Berjalan menuju balkon kamar, dan duduk diatas tembok pembatasnya. Angkasa tidak takut ketinggian, jadi menurutnya itu sudah biasa.

Tiba-tiba saja langit berubah mendung. Perlahan-lahan rintik hujan mulai berjatuhan. Angkasa masih belum berpindah tempat. Dia malah menikmati semilir angin yang berhembus sejuk mengenai tubuhnya. Tenang, situasi seperti ini sangat membuatnya tenang.

"Angkasa, ayo masuk! Kamu baru sembuh ih!"

"Bentar."

Amira menatap Angkasa tajam. Dengan gemas, dia menarik tangan Angkasa agar masuk ke dalam kamar, "Nanti sakit lagi aku yang repot!"

"Yaudah. Gak usah ngurusin gue lagi." Angkasa berucap datar. Menatap Amira tajam, dia menghempaskan tangan Amira yang menggenggamnya.

"Angkasa! Maaf... Aku gak bermaksud kok." Amira mengejar Angkasa memasuki kamar. Sungguh, tiba-tiba saja dirinya merasa bersalah. Amira sadar, dirinya salah bicara tadi.

"Iya."

Angkasa mengambil jaket dan kunci motor. Sepertinya dia akan pergi. Padahal diluar hujan, Amira tidak ingin Angkasa sakit lagi nantinya.

"Angkasa mau kemana?"

"Keluar."

"Diluar hujan. Kamu nanti sakit lagi."

"Tinggal berobat."

"Angkasa!"

"Apa sih!" Angkasa menatap Amira tajam. Melihat mata Amira yang berkaca-kaca tiba-tiba saja Angkasa sadar akan apa yang telah diucapkannya. Angkasa menghela nafas pelan, menghampiri Amira dan memeluknya lembut.

"Maaf, Mir."

"Nggak papa." Amira berusaha melepaskan pelukan Angkasa, namun Angkasa malah menahannya, "Lepasin Angkasa. Katanya mau keluar."

"Mau peluk dulu."

"Pake mobil aja ya. Biar gak kehujanan."

"Nanti lo repot ya?"

"Nggak Angkasa! Maaf, aku seneng kok direpotin kamu. Kamu jangan marah ya, aku takut Angkasa. Apalagi kamu bentak-bentak gitu, aku gak suka."

"Iya, Amira." Angkasa tersenyum kecil. Mencium sekilas kepala Amira yang tertutupi jilbab, "Gue mau ke kafe bentar. Terus ke kantor."

"Harus banget sekarang ya?"

"Iya. Ada urusan penting yang harus gue tanganin."

Amira melepas pelukannya, "Hati-hati ya."

ANGKASA [END]Where stories live. Discover now