ANGKASA 21

52.3K 4.5K 111
                                    

"Do you love me?"

Amira mengerjap pelan. Jujur saja, jantungnya sudah minta ketenangan sedari tadi. Kenapa berdekatan dengan Angkasa sangat tidak baik untuk kesehatan organ dalamnya! Amira tersenyum kecil untuk menutupi kegugupannya.

"Angkasa,"

Angkasa berdehem.

"Kamu beneran gak paham, gak tau, atau gak peka? Emang sikap aku selama ini kurang jelas apa?" Amira menatap Angkasa dengan senyum kecil yang masih tersungging dibibir indahnya. Masih kurang kah, perhatian Amira selama ini?

"Kan cuma nanya. Biar gue denger langsung dari mulut lo."

"Dari mulut atau dari hati?"

"Datang dari hati, diucapkan dengan lisan."

"Begitu ya?"

Amira mengangguk sekilas. Berpikir sebentar apakah dia harus menuruti keinginan Angkasa? Amira malu jika harus mengatakan cinta secara blak-blakan pada Angkasa. Ish! Ada-ada saja!

"Angkasa,"

"Ayo jawab, Amira!"

"Eung--- Aku bingung."

"Kok bingung?"

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya, aku juga suka."

"Suka apa?"

"Suka Angkasa."

Eum! Amira menutup wajah malu. Sungguh pembicaraan yang cukup memalukan menurutnya. Amira berdehem pelan. Mencoba menormalkan kembali raut wajahnya.

"Udah?"

"Udah apa?"

"Udah malu-malunya?"

"Angkasa! Jangan gitu deh!"

Angkasa mengangguk sekilas. Tersenyum kecil melihat wajah Amira yang memerah. Angkasa beringsut mendekati Amira. Menatap wajahnya intens dan mengusap lembut rambut Amira.

"Jadi?"

"Apa?"

"Kita pacaran?"

Amira mlongo. Tak menduga jika Angkasa akan mengucapkan hal aneh seperti itu. Bahkan hubungan mereka sudah lebih dari sekedar berpacaran, "Kita udah nikah loh. Kamu lupa?"

"Kan dijodohin. Bukan kemauan sendiri."

"Ya terus, masalahnya?"

"Gak ada."

Angkasa berucap datar. Berjalan menuruni ranjang lalu masuk ke dalam kamar mandi. Amira hanya bisa melongo melihat hal itu. Apakah ada yang salah dengan ucapannya?

***

"Jangan!"

"Aku gak papa Angkasa! Kenapa kamu larang aku sekolah!"

"Kamu belum pulih. Udah diem aja dirumah!"

"Aku gak sakit ih!"

"Mir! Nurut sama suami."

"Gak mau! Aku mau sekolah tanpa persetujuan kamu!"

Amira mengambil tas yang berada di sofa lalu berjalan keluar kamar dengan tergesa. Angkasa aneh-aneh saja, Amira gak ngerasa sakit sama sekali kok. Malah wajah Angkasa yang masih terlihat beberapa luka. Sejak dirinya diculik, Angkasa berubah jadi lebih protektif padanya.

"AMIRA!"

"Apasih!"

"Berangkat bareng gue." Angkasa berucap datar. Menarik tangan Amira pelan, lalu berjalan ke luar rumah menuju mobilnya. Angkasa tidak mengubris penolakan Amira. Yang ia pikirkan hanya tentang keamanan Amira. Ya, itu saja. Angkasa tak ingin kejadian tempo hari terulang kembali.

ANGKASA [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora