ANGKASA 16

42.9K 4.2K 85
                                    

"MAMAA!"

"Astagfirullah,"

Wanita paruh baya yang tengah menyirami bunga, mengusap dadanya terkejut saat mendengar teriakan Amira yang begitu nyaring. Namun jujur saja, wanita itu merasa bahagia melihat putrinya yang telah berkunjung kembali. Setelah Almarhum suaminya meninggal, dan Amira menikah, dirinya memang terpaksa harus tinggal seorang diri.

"Mama! Amira kangenn!" Amira memeluk Bunga erat. Sesekali dia mendusel manja di pundak Ibunya itu. Tak peduli jika situasi mereka masih diluar rumah, yang penting Amira bisa menuntaskan hasrat rindunya pada sang Ibu.

"Mama juga kangen, sayang. Kamu sehat?" Bunga mengelus lembut kepala Amira. Walaupun ia merasa kesepian, namun Bunga tak boleh egois. Anaknya sudah menikah dan punya tanggung jawab sendiri. Tak mungkin bukan, jika Bunga meminta Amira untuk tinggal bersama dengannya lagi.

"Sehat, Ma. Sehat banget." Amira tersenyum lebar sambil bergelayut manja ditangan Mamanya.

Bunga menengok ke belakang, ternyata di sana ada Angkasa yang tengah memperhatikan interaksi keduanya, "Angkasa, sini sayang. Kenapa berdiri disitu. Ayok sini."

Angkasa tersenyum kecil. Dia menyalimi Bunga lalu berbincang sejenak sebelum masuk rumah. Angkasa hanya duduk diam diruang tamu. Sesekali ia bermain ponsel untuk mengusir bosan. Sebenarnya jarak dari rumahnya dan Mama Bunga memang agak jauh. Namun karena Amira yang terus-terusan kukuh ingin bertemu Mamanya, jadilah Angkasa nurut.

"Angkasa, minum."

Amira datang dengan dua gelas jus jeruk. Mamanya pamit sebentar untuk membersihkan diri tadi.

"Mir,"

"Iya?"

"Mama lo tinggal sendiri?"

"Iya. Kadang sama Mbok Jum. Tapi sekarang lagi pulkam."

Angkasa mengangguk. Kasian juga,"Gimana kalo tinggal dirumah Bunda aja?"

Amira terdiam sejenak. Apakah Mamanya mau? Masalahnya, dia sangat sulit jika disuruh pindah perihal tempat tinggal. Katanya rumah ini penuh dengan kenangan indah. Sangat sayang jika ditinggalkan.

"Ntar aku coba bicarain sama Mama." Amira tersenyum kecil pada Angkasa. Ternyata semakin lama mengenal suaminya, Angkasa adalah orang yang sangat peduli.

Angkasa terus berfokus pada game diponselnya. Sesekali ia meminum jus buatan Amira tadi. Amira sangat bosan. Tujuan utamanya kesini, ingin bermanja-manja dengan Mamanya. Namun Bunga tak kunjung keluar dari kamarnya. Apakah mandi selama itu? Pikir Amira.

Amira mendengus malas. Dia melirik sekilas game yang sedang Angkasa mainkan. Apakah seasik itu? Kenapa Angkasa sangat fokus memainkannya? Amira cukup penasaran hingga tak sadar jika jaraknya dan Angkasa sudah sangat dekat.

"Eh, maaf Angkasa. Aku cuma mau liat kok. Maaf kalo ganggu." Amira meringis pelan. Dia menggeser posisi duduknya agak jauh dari Angkasa.

"Gak papa, sini." Angkasa membawa Amira dalam rangkulannya. Membiarkan Amira bersandar nyaman di dada bidangnya, dengan pandangan menuju ponsel yang tengah ia genggam. Tanpa kesusahan, Angkasa terus memainkan game diponselnya dengan lihai. Bahkan dia sudah beberapa kali memenangkan pertandingan. Namun saat melihat Amira begitu anteng melihatnya bermain, Angkasa jadi ketagihan. Sekarang fokus Angkasa telah terbagi. Antara game dan manusia manis yang tengah bersandar di dadanya. Angkasa mendesis pelan, semoga saja Amira tak mendengar degupan jantungnya yang mulai menggila. Semoga saja tidak.

"Angkasa,"

Amira mendongak. Mata bulat dengan bulu mata lentiknya mengerjap beberapa kali. Aish! Kenapa itu sangat menggemaskan dimata Angkasa! Angkasa mlengos, menatap kearah lain, lalu berdehem.

ANGKASA [END]Where stories live. Discover now