ANGKASA 20

45.5K 4.6K 206
                                    

Brak!

"SAUDARA-SAUDARA, HARAP TENANG!"

Agharna mendobrak pintu. Masuk kedalam ruangan dengan grasak-grusuk disertai lengkingan nyaringnya. Angkasa menatap Agharna datar, terkadang ia merasa malu punya teman modelan Agharna. Angkasa meringis pelan melihat keadaan Agharna dan Azhar. Baju yang sangat berantakan dengan luka lebam di seluruh wajahnya. Rupa yang tadinya tampan, mendadak menyeramkan.

"Wow, hebat juga kalian."

"YAILAH! ANAK BAPAK JUNED GITU LOH!"

Agharna menyibak rambutnya pelan. Merasa bangga saat Ezra memujinya. Walaupun tau niatnya hanya meledek, namun Agharna tetap merasa bahagia.

"Az, bahagia dikit nape. Banggain nama Bapak lo!"

Azhar mendesis pelan. Dia masih cukup waras untuk tidak bertingkah aneh seperti Agharna. Situasi saat tidak pantas untuk dijadikan kesenangan. Apalagi wajahnya yang terasa sangat ngilu bila berbicara. Sungguh, jika bukan untuk sahabatnya, Azhar paling malas berkelahi. Pasti Arani akan memarahinya jika melihat kondisinya saat ini.

Tatapan Angkasa, terus menajam saat melihat Ezra. Tangannya terkepal erat, mencoba menahan emosi yang kian membara. Kesabaran Angkasa kian menipis saat melihat Ezra tersenyum miring padanya. Angkasa melepas lembut genggaman tangannya pada Amira. Berjalan pelan menuju Ezra, tanpa memperdulikan teriakan Amira yang terus melarangnya.

"Mau lo apa sekarang, hm?"

Angkasa sudah berhadapan dengan Ezra. Dia melirik sekilas pistol yang berada digenggaman tangan Ezra.

"Mau gue? Lo mati! Lo harus ketemu Luna di alam sana! Karena gue, gak mau dia kesepian."

"Lo waras?" Angkasa menunjuk Ezra dengan jari telunjuknya. Tersenyum remeh pada lawan bicaranya, "Kenapa bukan lo aja yang mati? Lo cinta dia, bukan? Perempuan childish yang selalu gangguin gue. Lo juga salah, Ez! Kenapa lo gak coba ungkapin perasaan lo yang sebenarnya? Sekarang lo nyesel kan, dia udah gak ada? Definisi tolol yang sesungguhnya, itu lo!"

Nafas Ezra memburu, tatapannya terus menajam saat menatap Angkasa. Bukannya Ezra tak berani mengungkapkan. Hanya saja, Luna tak pernah memberinya waktu untuk berbicara. Hidup Luna terus berfokus pada Angkasa sepenuhnya. Memang benar apa yang Angkasa katakan. Luna itu childish, dia kekanakan. Selalu mengganggu kehidupan Angkasa, namun tak pernah mendapat respon.

"Kenapa? Mau marah? Silakan. Hidup lo sama gak bergunanya kayak Luna! Selalu mengganggu kehidupan orang lain. Kayaknya, lo pantas untuk mati secepatnya. Biar ketemu Luna di alam sana. Lo cinta mati sama dia, bukan? Kenapa gak nyusul aja? Waktu lo terbuang sia-sia kalo harus balas dendam."

Ezra menggeram marah. Tangannya menodongkan pistol tepat di depan wajah Angkasa. Sampai sekarang, rasa itu masih ada. Ezra tidak terima jika Angkasa menjelek-jelekan nama Luna.

"Mau apa lo?"

Angkasa mengernyit heran saat pistol itu ditodongkan padanya. Sedangkan Agharna mendengus malas. Kenapa Angkasa jadi goblok dadakan! Jelas-jelas Ezra tengah emosi dan mungkin akan menyakitinya, "Dia mau nembak lo! Angkasa goblok dadakan, najis!"

"Diem!" Azhar menggeplak kepala Agharna keras.

Angkasa mulai jengah dengan drama ini. Dengan gesit, dia melangkah maju, memelintir tangan Ezra, dan menendang perutnya keras. Angkasa menyeringai. Ini belum seberapa. Jika Amira telah masuk dalam masalah ini, Angkasa tidak akan main-main dalam memberi hukuman.

"ANGKASA!"

Amira hendak berjalan menghampiri Angkasa, namun langkahnya terhenti karena ucapan Agharna.

ANGKASA [END]Where stories live. Discover now