ANGKASA 12

52.7K 5K 240
                                    

"Ang,"

Angkasa hanya berdehem. Menutup kembali wajahnya dengan buku. Azhar menatap Angkasa heran, ada apa dengan sahabatnya ini? Tak biasanya Angkasa terlihat seperti orang punya masalah hidup. Angkasa sekarang beda, seperti sedang memikirkan sesuatu. Azhar tau itu.

"Ang, ada masalah apa? Sini cerita."

Azhar menepuk-nepuk pundak Angkasa prihatin. Namun dengan sadis, Angkasa menghempaskan tangan Azhar, "Diem!"

"Napa sih, lo!" Azhar menarik paksa kepala Angkasa hingga menghadapnya. Menyentuh pipi Angkasa, dan mengikis jarak diantara mereka. Angkasa mengernyit, tak suka dengan perbuatan aneh sahabatnya, "Najis lo!"

"Jahat."

"Lo nape dah?"

Angkasa menghela nafas, "Kemarin gue ketemu Ezra. Dia jebak gue."

"Jebak?"

Angkasa mengangguk, lalu menceritakan kronologis kejadian sebenarnya. Azhar hanya menyimak dengan diam. Sesekali dia berkomentar dan memberi sedikit saran pada Angkasa. Sebenarnya dia bolos kemarin. Diajak anak sebelah main PS. Iman Azhar memang belum kuat, jadi dia tak tahan godaan negatif dari teman yang mengajaknya.

"Jadi, dia udah tau tentang Amir?"

"Panggilan lo bisa diganti?"

"Gak bisa. Amir bagus kok."

Angkasa mendelik, kurang suka dengan panggilan Azhar terhadap Amira. Sebenarnya, Angkasa terus merasa khawatir sedari tadi. Rasa was-was terus menghampiri dirinya. Perkataan Ezra kemarin, sungguh membuatmu susah tidur semalam. Mulai sekarang, Angkasa berjanji akan melindungi Amira semampunya. Namun soal rasa, itu tak penting. Seiring berjalannya waktu, Angkasa pasti akan mengungkapkannya.

"Az,"

"Yoi?"

"Gue minta tolong, boleh?"

Azhar tersenyum. Menepuk pundak Angkasa bangga. Baru kali ini dirinya mendengar Angkasa mengucapkan kata 'tolong' sungguh hal luar biasa yang harus dilestarikan.

"Apa? Tumben lo."

"Bantu gue, mau?"

"Bantu apa?"

"Jaga Amira."

Azhar menganga. Sangat terkejut mendengar ucapan Angkasa. Jangan bilang, Angkasa telah jatuh hati pada istrinya sendiri? Jika itu benar. Sungguh bangus! Azhar akhirnya bisa tidur nyenyak jika Angkasa menyukai seorang perempuan. Masalahnya, selama inj Angkasa sangat anti dengan 'perempuan' dia selalu acuh saat banyak kaum hawa yang mengincarnya. Termasuk Mina. Dia paling agresif pada Angkasa.

"Lo---udah cinta sama si Amir?"

"Apaan sih!"

Angkasa mlengos. Melihat kearah lain, mengabaikan ucapan Azhar. Tak peduli dengan Azhar yang terus menggodanya dengan kata 'CIEE' Angkasa memilih keluar kelas menuju taman belakang. Dia ingin udara segar sejenak.

Saat melewati kelas Amira, Angkasa sengaja memelankan langkahnya. Tadi pagi mereka tak berangkat bersama. Amira telah berangkat agak pagi dengan alasan piket kelas. Namun saat Angkasa melirik sekilas melalui pintu yang terbuka lebar, tidak ada tanda-tanda Amira didalam sana.

"MISI! BUTUH JALAN!"

Angkasa agak terkejut mendengar suara cempreng perempuan di belakangnya. Dia berbalik, ternyata pemilik suara memekakan telinga tadi, Arani. Sahabat Amira. Angkasa melirik Arani sekilas, lalu tatapannya jatuh pada Amira yang tengah tersenyum canggung.

"Gak usah tatap-tatapan gitu deh! Gue baper sumpah."

"Ani!"

Amira menegur pelan sahabatnya. Walaupun Arani yang berkata seperti itu pada Angkasa, namun entah kenapa dirinya ikut malu mendengar itu. Dengan membawa ember berisi kain pel, Arani berjalan lebih dulu kedalam kelas. Meninggalkan Amira dan Angkasa yang masih ditempat semula.

ANGKASA [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora