ANGKASA 11

51.8K 4.8K 422
                                    

Bukan tentang menunggu.

Berapa lama pun itu, Amira tentu mau.

Yang menjadi pertanyaan, kenapa Angkasa mengatakan itu?

Tak sadarkah Angkasa bahwa dia seolah memberi harapan pada Amira? Atau mungkin Angkasa telah punya rasa tertentu padanya? Sebenarnya Amira cukup tertarik pada Angkasa. Bukan, lebih tepatnya ia sudah menerima Angkasa dalam hidupnya. Semua sudah terlanjur terjadi. Percuma jika Amira hanya terus menyesali. Dia ingin membuka diri dan hati untuk Angkasa. Walaupun Angkasa bilang, dia akan mencoba, namun Amira masih ragu akan hal itu.

Seperti biasa, Amira terus menunggu Angkasa pulang. Sekarang sudah tengah malam, namun tak ada tanda-tanda untuk Angkasa kembali ke rumah. Dia sudah mencoba menanyakan dimana keberadaan Angkasa. Namun tak ada balasan darinya. Terkadang Amira sering kesana dengan perubahan sikap Angkasa yang tiba-tiba. Masalahnya, itu tak baik untuk kesehatan jantung Amira.

Walaupun sudah tengah malam, Amira tak berhenti mengunyah cemilan dipangkuannya. Dia tengah menikmati kripik kentang sambil menonton fim horor. Amira memang tak takut saat menonton film hantu sendirian apalagi tengah malam. Toh, itu hanya settingan. Begitulah menurut Amira.

Karena Angkasa telah melihatnya tanpa menggunakan hijab. Jadilah dia lepas kerudung jika malam hari. Tidak mungkin ada tamu, bukan? Sudah beberapa minggu Amira tak mengunjungi Mamanya. Setiap ingin kesana, pasti Angkasa selalu sibuk. Tak mungkin rasanya jika Amira menemui Mamanya sendiri. Pasti dia yang berujung diceramahi oleh sang Mama.

"Angkasa lama banget!"

Amira melirik jam yang menunjukan pukul setengah satu malam. Mematikan televisi, Amira berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Sudah lelah menunggu Angkasa pulang, lebih baik ia tidur lebih dulu.

Setelah wudhu, Amira langsung berbaring di ranjangnya. Menyelimuti tubuhnya hingga batas dada, lalu mencoba memejamkan mata. Tak butuh waktu lama untuk terlelap, Amira sudah tidur nyenyak.

Ditempat lain pula, Angkasa baru sampai di depan rumahnya. Mengambil kunci cadangan di saku celana, Abgkasa membuka pelan pintu rumahnya. Biasanya Amira selalu tertidur di ruang tengah, namun untuk sekarang, tak ada. Mungkin sudah ke kamar, begitulah pikir Angkasa.

Saat Angkasa ingin masuk ke kamarnya, entah kenapa ia ingin masuk ke kamar Amira. Menghela nafas pelan, Angkasa berjalan menuju pintu kamar Amira, lalu membukanya perlahan. Ternyata tidak dikunci.

Awalnya Angkasa hanya menyembulkan sedikit kepalanya untuk melihat Amira. Namun untuk saat ini tak ada salahnya bukan, jika Angkasa ingin melihat wajah Amira saat tidur?

Angkasa berjalan menuju ranjang Amira. Menatap wajah Amira yang sangat pulas saat tertidur. Rasanya, Angkasa ingin terus berbaring disampingnya. Cepat-cepat Angkasa menggeleng. Pikiran kotor kembali hadir diotaknya. Namun sebelum Angkasa keluar kamar, dia menyempatkan diri untuk mengelus lembut puncak kepala istrinya.

"Lo---"

"Kenapa bisa cantik?"

Angkasa menggeleng pelan. Sungguh, dirinya bisa gila jika terus berdekatan dengan Amira. Angkasa berjalan keluar kamar dan masuk ke kamarnya. Membersihkan diri, lalu bergegas tidur.

**

Jam dua dini hari, Amira terbangun. Meraba-raba nakas disampingnya, namun ia tak menemukan segelas air. Amira berdecak malas, dengan tampilan acak-acakan dia berjalan keluar kamar untuk minum. Hampir saja Amira terjedot pintu karena belum sadar sepenuhnya, untung saja Amira masih bisa menghindar.

Berjalan menuju dapur, Amira mengambil segelas air dan meminumnya.

"Astaga!"

Amira berbalik, cukup terkejut saat melihat kehadiran Angkasa di belakangnya. Apakah Angkasa terkejut saat melihat dirinya? Amira gelagapan. Buru-buru ia merapikan rambut, dan bajunya yang acak-acakan.

ANGKASA [END]Where stories live. Discover now