14. Tragedi 2

19 16 1
                                    

Happy Reading♡


~♥~


Beberapa saat kemudian, ada seorang Dokter yang keluar dari ruang ICU disertai seorang perawat. Rian pun segera mendekati Dokter.

"Dokter, bagaimana keadaan putri kami?."

Dokter berkata dwngan wajah sedih dan kecewa.
"Ma'afkan kami Tuan, kami sudah berusaha dengan semua kemampuan kami, tapi Putri Tuan tidak bisa kami selamatkan, kami harap Tuan bisa mengikhlaskan atas kepergian Putri Tuan!."

"Tidaaakkk!!. Dokter anda bohongkan!. Anak saya tidan apa-apa kan?."--Alin teriak histeris, air mata keluar begitu kerasnya, dia tidak sanggup mendengar kabar putrinya sudah tiada.

Rian tertegun diam dia tidak bisa berkata apa-apa, yang ada adalah kesedihan.

"Dok, bisakah saya melihat Putri saya?."--Tanya Rian pada dokter dengan nada sedih tak berdaya.

"Silahkan Tuan Anda bisa melihat Putri anda untuk terakhir kalinya!."--ucap dokter.

Akhirnya Rian dan Alin masuk ke sebuah ruangan yang di dalamnya ada jasad Tia. Alin berkata dengan lirih dan sedihnya. "Tia sayang, bangun nak ini Bunda, bangun sayang, jangan tinggalkan Bunda!."

Rian yang berada disamping jasad Tia hanya bisa diam dalam kesedihannya, dia sangat terpukul dengan kepergian putrinya Tia. Dan penyesalan yang begitu besar, kenapa harus terjadi kejadian itu, seharusnya dia bisa menjaga putri tersayangnya. Terbesit dihatinya Kalo saja Vanessa tidak berlarian sendiri dan berhenti di tengah-tengah jalan maka Tia masih ada sampai sekarang.


~♥~


Di ruangan Vanessa pun belum sadarkan diri, beberapa saat kemudian Alin masuk ke ruangan Vanessa. Dengan mata yang sembab karena menangis terus dan sampai saat inipun air matanya belum berhenti keluar. Fery yang melihat Bundanya menangis yang duduk terkulai lemah bertanya. "Bund!. Bunda kenapa?. Bagaimana keadaan Kak Tia?."

Alin pun langsung memeluk Fery dan menangis, lebih kencang lagi karena tidak kuat menahan kehilangan putri tertuanya.

"Kakak kamu sudah pergi untuk selama-lamanya hiks..hiks.., dia meninggal kan kita semua hiks..hiks."--tangis Alin tidak bisa berhenti.

Fery pun menangis terisak-isak, karena Kakaknya sudah tidak bisa bersama-sama mereka lagi. Dia kehilangan Kakak yang begitu perhatian dan lembut jika berhadapan dengan dirinya.

"Kak Tia Hiks..hikss, kenapa Kakak pergi ninggalin Aku?, Aku sayang banget sama Kakak!. Bund!, Bunda ga bohong kan?, Kak Tia masih ada kan?."--tanya Fery sambil menangis.

"Rio sayang Ma'afkan Bunda nak, ini semuanya sudah takdir Allah, dan kita hanya bisa pasrah dan ikhlas menerimanya."--meski di dalam hati Alin pun belum bisa mengikhlaskan kepergian Tia.

"Bund, Bund?."--suara lirih Vanesaa terdengar, ternyata Vanessa pun sudah sadar.

"Alhamdulillah sayang kamu sudah bangun nak, jangan buat Bunda khawatir lagi ya?."--ucap Alin dengan lembut dan ada kesedihan dari nada bicaranya.

"Bund kenapa Kekey ada disini?, bukannya kita lagi nonton konser musik ya?."--tanya Vanessa yang masih kebingungan.

Alin pun terdiam tidak bisa lagi berkata apa-apa, entah apa yang akan terjadi jiga Vanessa mengetahui bahwa Kak Tia sudah pergi, meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Bund, kemana Kak Tia sama Ayah?."--karena sedari tadi dia sadar Vanessa tidak melihat Yah dan Kakaknya.

Sebelum Alin menjawab, ternyata Rian masuk ke ruangan rawat Vanessa. Dan Rian langsung mengeluarkan semua emosinya, mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan.

Vanessa [On Going]Where stories live. Discover now