"Kamu mau ngapain?"

"Minum." Angkasa menjawab singkat, lalu mengisi gelas dengan air. Amira masih berdiri disana, walaupun tak ada kepentingan. Namun rasanya sangat menyenangkan melihat Angkasa minum seperti itu.

"Kenapa?" Sadar saat Amira terus menatapnya, Angkasa jadi heran. Seindah itukah dirinya sampai-sampai Amira menatapnya begitu dalam saat minum.

"Gak papa." Amira tersenyum singkat. Berjalan mendekati Angkasa yang masih menatapnya.

"Angkasa setiap pulang malem terus. Habis dari mana?"

"Kepo lo."

Amira cemberut. Rasa kantuknya tiba-tiba saja hilang. Padahal dia baru tidur dua jam, namun entah kenapa saat berdekatan dan mengobrol dengan Angkasa, rasa kantuk itu hilang seketika.

"Angkasa mau shalat tahajud gak?"

Angkasa melirik Amira sekilas, lalu mengangguk, "Iya." Walaupun Angkasa budak badung, namun ia masih rutin menjalankan shalat malam. Tidak begitu rutin sih, jika Angkasa pulang terlalu larut, biasanya dia langsung tidur sampai pagi.

"Mau gue imamin?"

"Eh?"

Amira tak bisa menyembunyikan senyumannya. Tanpa berpikir dua kali, Amira mengangguk cepat sambil menatap Angkasa, "Mau! Emang kamu bisa jadi imam?"

"Lo ragu? Ijab kabul aja bisa. Yakali jadi imam nggak."

Angkasa berjalan melewati Amira. Namun saat dirinya ingin menaiki tangga, Angkasa berbalik dan berjalan menghampiri Amira yang masih berdiri ditempat tadi.

"Ayok."

Angkasa menarik tangan Amira untuk berjalan bersama. Setelah sampai dikamar Angkasa, Amira hanya diam menunggu Angkasa selesai wudhu. Sebelumnya dia telah mengambil alat shalat."

"Wudhu sana."

Amira mengangguk. Memasuki kamar mandi, lalu berwudhu. Saat Amira keluar dari kamar mandi, dirinya terpaku. Menatap intens seorang lelaki yang tengah berdiri dengan baju koko dan sarung. Oh! Jangan lupakan peci dikepalanya. Sungguh, Amira sangat lemah melihat ini.

Kenapa ganteng banget!

"Mir?"

"Iya?"

"Ayok."

Amira berdehem. Memakai mukena lalu bersiap untuk shalat.

"Mir,"

"Iya?"

"Ikutin kata imam ya. Jangan ikutin kata hati lo. Bahaya, nanti lo bisa jatuh cinta."

"Angkasa! Ish! Cepetan!"

Angkasa kembali datar. Cukup puas melihat wajah Amira yang blushing akibatnya. Setelah shalat selesai. Mereka berdoa. Dan terakhir, Amira mencium punggung tangan Angkasa. Ini pertama kalinya Angkasa menjadi seorang imam. Dan ini pertama kalinya Amira melihat sosok laim dari Angkasa. Tak ada kesana badboy saat Angkasa menggunakan pakai seperti ini. Ya, Amira sangat menyukainya.

"Tidur lagi?"

"Gak bisa."

"Tidur! Masih malam."

Amira mengangguk. Saat dirinya ingin keluar kamar, Angkasa kembali menahan tangannya, "Tidur di sini aja."

Amira berkedip beberapa kali. Mencoba memahami maksud Angkasa, "Di sini? Bareng kamu?"

Angkasa mengangguk, "Iya. Kenapa?"

Amira menatap Angkasa gugup, "Tapi--"

"Tidur doang, Mir."

"Iya deh."

ANGKASA [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt