"Semesta .... Baba ingin berkata sejujurnya kepada semua. Maaf, jika kehadiran Baba di dunia, hanya memberikan nestapa kepada mereka, Baba sangat berharap, semoga keutuhan keluarga, selalu terjaga erat segala keharmonisannya, untuk yang selama-lamanya."
***Seorang diri di dalam rumah, Langit tidak tahu harus melakukan apa. Suasana rumah sangat hening sekali, sampai saat ini juga Bagaskara belum pulang. Langit sedang sibuk menatapi cermin, sambil tersenyum-senyum tidak jelas.
"Wuih, gue ganteng banget. Suer enggak bohong! Fix valid no debat no kecot!" ucap Langit dengan penuh rasa percaya diri, yang sangat totalitas itu. Seusai itu, ia langsung menyisir dengan rapi rambutnya, yang masih terlihat berantakan karena kebasahan air setelah mandi tadi.
"Bu, gue ganteng gak?" tanya Langit, sambil tersenyum.
"Serah lo serah, senyumin aja, iyain aja, biar kelar ahaha," balas Bumi Bintang, Bintang ye gais inget! Bukan binatang, jangan sampai kalian salah sebut lagi.
"Bu ... kira-kira, apa yang Bubu sukai dan kagumi dari Langit? Jawab yang jujur ya ...." Langit masih bertanya, Bumi greget enggak keruan gitu saat mendengarnya.
"Ya ganteng atuh Langit Biruku, yang baik, alias cogan. Cowok ganteng, masa iya lo Cocan, cowok cantik, 'kan enggak nyambung bambang," balas Bumi, ia memutarkan kedua bola mata malasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE COGAN [ END ]
Random"Hanya kamu, sejauh ini mampu meluluhkan hatiku yang beku, seperti es batu yang berada di dalam kulkas itu." Bagaskara Mahendra Putra Mega Buana, laki-laki dengan beragam cerita, yang tidak pernah ia utarakan kepada siapa-siapa, menjabat sebagai ket...