32

9.6K 427 53
                                    

"By, pulang yuk," ajak Dafa yang tiba-tiba sudah berada di belakang Disha.

Disha yang pasrah hanya mengangguk saja, gadis itu masih kepikiran dengan sikap Daren tadi.

"Naik By," titah Dafa pada Disha yang sudah siap dengan motornya.

Disha naik ke atas motor Dafa.

"By pake dulu helmnya," ujar Dafa.

Disha masih diam, pikiran gadis itu entah kemana hingga membuatnya tidak fokus.

Dafa yang melihat hal itu hanya bisa menghela napasnya, lalu ia menyalakan motor dan pergi dari kawasan sekolahnya dengan Disha yang diboncenginya tanpa menggunakan helm.

Sesampainya di depan mansion keluarga Atmaja, Disha pun turun.

"Jangan lupa istirahat," pesan Dafa setelah mereka sampai di depan mansion Disha.

Disha mengangguk sebagai balasan. Gadis itu berbalik badan dan pergi meninggalkan Dafa di depan mansionnya tanpa sepatah kata pun.

Dafa hanya tersenyum hambar sambil melihat punggung Disha yang mulai menjauh. "Sekalinya tokoh figuran akan tetap  menjadi figuran," gumamnya lalu pergi dari sana.

Dafa tahu posisinya sekarang, ia tidak akan pernah bisa menggantikan si pemeran utama.

Ia ternyata sudah benar-benar telat datang. Ia dulu hanya menganggap Disha kekanakan dan tidak menghiraukan perasaannya, tapi setelah ia berada di Amerika ia baru menyadari tentang perasaannya pada Disha. Namun saat kembali semuanya sudah berubah.

****

Di pagi yang sangat cerah, kelas Disha sedang berada di tengah lapangan. Mereka berada di sana karena ada pelajaran olahraga.

"Seperti biasa, karena materinya masi basket. Kalian belajar saja dengan anak basket yang sudah mengharumkan nama sekolah itu," tunjuk Pak Iwan pada tim basket yang sudah siap mengajari mereka karena perintah dari guru olahraga tersebut.

Sudah tentu saja di sana juga ada Daren.  "Daren," gumam Disha saat melihat Daren tapi sekali lagi ia tidak melihat Daren di dalam kelasnya, sekarang sudah bisa Disha pastikan kalau Daren kembali ke kelasnya yang dulu.

"Halah Pak, dari minggu kemaren perasaan basket terus. Terus yang ngajar bukan Bapak, bilang aja Bapak males ngajar," celetuk Selvi tanpa beban.

"Selvi! Kamu ini, kalau ngomong suka bener. Udah lah bapak capek liat kalian, kalian belajar aja sama mereka," balas pak Iwan lalu tiba-tiba pergi dari lapangan begitu saja.

Sebenarnya mereka sendiri pun tidak keberatan jika di ajarkan oleh tim basket yang notabene ganteng-ganteng semua.

"Bagi jadi lima kelompok dan berdiri di depan salah satu dari kami," titah Daren selaku ketua dengan suara dinginnya.

Hani dan Bianca langsung berpindah ke depan Sebastian, karena mereka yakin Sebastian adalah laki-laki yang lembut dan pengertian saat mengajari mereka nanti.

Sedangkan Disha yang sedari awal sudah berada di depan Daren, hanya bisa terdiam terpaku di sana dan tidak ada niatan untuk pindah ke sisi lain.

Setelah semuanya lengkap dan pas, Daren kembali melihat ke depan yang ternyata sudah ada Disha di barisan depan. "Bukannya lo nyuruh gue ngejauh,  kenapa sekarang malah milih gue?" tanya Daren dingin dengan sebelah alis yang terangkat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DISHA_ Where stories live. Discover now