27

9.4K 623 144
                                    

Disha melenguh pelan dari tidurnya, gadis itu pun mulai mengerjapkan matanya. "Di mana?" tanyanya dengan suara serak. Kesadarannya masih belum terkumpul seratus persen.

Disha menghela napasnya saat melihat kamar yang ia tempati adalah kamar milik Daren. Tapi kemana pemiliknya? Entahlah Disha tidak mau memikirkan hal itu pagi-pagi seperti ini. Saat ia hendak melanjutkan tidurnya, tiba-tiba ia merasa ada yang berat di keningnya.

Tangan kanannya pun terulur untuk menggapai benda tersebut. "Kompresan?" beo Disha.

Gadis itu kembali menghela napasnya saat mengingat kalau tadi malam suhu tubuhnya naik. Disha yang tadinya mau tidur, harus ia urungkan saat sadar jika ia harus pergi sekolah.

Ia pun beranjak dari tempat tidur Daren, tapi saat ia melihat jam di dinding kamar Daren. Ternyata sudah menunjukkan jarum kecil ke angka tujuh. Jadi, jika ia bersiap-siap sekarang, sudah di pastikan ia akan sangat terlambat nantinya.

Disha pun akhirnya memilih untuk berjalan ke dapur saja, ia lebih baik mengisi perutnya yang sudah terasa sangat kosong.

"Eh Non Disha, baru saja Bibi mau bangunin buat sarapan pagi," sapa Bi Ineng.

"Hmm Bi, Daren tadi sarapan apa?" tanya Disha saat melihat makanan yang masih banyak seperti belum disentuh sama sekali.

"Maaf Nona, Tuan Daren tadi tidak sarapan apa-apa. Katanya terburu-buru," jawab pelayan tersebut.

"Jadi Daren nggak sarapan?" tanya Disha sekali lagi.

Pelayan yang berada di sana serempak menganggukan kepalanya.

"Hmm kalau gitu gue masakin aja deh." Tercetus ide dikepala Disha.

Lalu gadis itu langsung berjalan menuju dapur. Ia masak bukan semata-mata untuk Daren, tapi ia masak untuk pengucapan terima kasih pada laki-laki itu karena telah merawatnya tadi malam.

Disha memperhatikan bahan-bahan yang ada didapur tersebut meski dirinya tidak tahu bahan apa itu. Disha terus memperhatikannya saja sambil mengangguk-nganggukan kepalanya.

"Mau masak apa ya?" Gumam Disha bingung.

"Nasi goreng aja non," cetus sang pelayan karena makanan tersebut paling simpel dan mudah dimasak.

Disha menyetujui hal itu, karena ia juga pernah melihat ibunya memasak hal itu.

Sekarang Disha tengah memotong bawang. Saat sedang asik memotong, matanya pun tiba-tiba terkena bawang tersebut.

"Huwaaa Mata gue perih hiks..." jerit Disha dengan mata yang sudah berair. Ia baru tahu jika memotong bawang akan membuatnya kepedihan kepada matanya.

"Non, biar saya aja yang masak. Nona duduk aja," bujuk para pelayan yang berada di dapur saat melihat Disha yang tengah menangis.

"Iya non nanti baju non kotor," tambah pelayan lainnya.

"Nggak mau," kekeuh Disha. Ia tidak mau mempunyai hutang budi kepada Daren karena perlakuan laki-laki itu tadi malam kepadanya.

"Nona nanti tangan Nona luka kalau motongnya seperti it--"

"Mommy!!! tangan Disha berdarah hiks..." teriak Disha saat tangannya tak sengaja teriris pisau.

"Mommy sakit hiks..." seisi dapur langsung riuh akibat para pelayan yang kebingungan.

DISHA_ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang