23

8K 482 29
                                    

"Sha, lo udah sembuh?" Baru saja ia duduk di tempat duduknya, ia sudah di sapa oleh Bianca.

"Hmm," sahut Disha malas.

"Sha, lo marah ya sama gue?" tanya Bianca lirih padahal ia tidak mau jika Disha membencinya.

"Lo masih tanya Bi? Seharunya lo udah bisa nyimpulin semuanya sendiri," balas Disha.

Bianca terkejut dengan perubahan Disha. Namun, raut wajahnya kembali sedih. "Sorry Sha," ucap Bianca. Ia sadar jika ia salah, seharusnya ia bisa menjaga jarak dengan Daren, karena sudah jelas jika Disha adalah pacar dari Daren.

"Sha, lo beneran nggak mau temenan sama gue lagi?" tanya Bianca sedih.

Disha langsung menatap Bianca kembali saat mendengar gadis itu bertanya dengan suara sedikit bergetar. "Gue nggak benci sama lo, gue cuman kesel sama lo Bi. Lo tahu kan Daren pacar gue, seharusnya lo bisa jaga jarak," tutur Disha. Ia sudah ingin mengatakan ini sedari dulu, tapi ia baru bisa mengatakan hal ini dan itu pun di saat hubungannya dengan Daren sudah berakhir.

"Sha, sorry. Gue nggak mau kehilangan temen kayak lo," ujar Bianca dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Lo masih temen gue kok," balas Disha lalu memeluk Bianca. Ia tidak bisa menyalahkan perasaan  Bianca, lagi pula ia sudah tidak ada hubungan dengan Daren.

****

"Hai By?"

"Daf, lo belum pulang?" tanya Disha saat melihat Dafa yang masih berada di parkiran sekolah. Padahal Disha sudah memilih untuk pulang paling terakhir agar ia tidak bertemu dengan Daren.

Dafa terlihat syok sambil menatap Disha dengan mata yang melebar. "Lo?" beo Dafa.

"Kenapa sama gue?" tanya Disha bingung.

"Seriusan ini Baby gue udah gede? Atutu gemesnya," tutur Dafa sambil mendusel-duselkan tangannya ke pipi Disha membuat wajah Disha menampilkan wajah menggemaskan.

"Kok malah makin gemes sih, kan seharusnya gue keliatan makin dewasa," ujar Disha kesal.

"Meski lo udah berubah jadi dewasa. Di mata gue, lo cuman Disha yang ngegemessin," ujar Dafa.

"Jadi meski gue udah kayak gini, gue masih ngegemesin?" tanya Disha senang, pasalnya ia takut dibilang seperti tante-tante oleh temannya.

Dafa menganggukkan kepalanya.

"Yey, makasih Dafa" seru Disha senang.

"Tuh kan bocil nya udah kambuh lagi. Udah yuk mendingan pulang, dari pada di sini terus nanti dikira kita lagi ngapain lagi," ujar Dafa.

"Ngapain? Emang ngapain gimana? Kita kan cuman berdiri doang," tanya Disha bingung.

Dafa langsung tertawa terbahak-bahak. "Ternyata meski gaya lo udah berubah, otak lo masih tetep minim pengetahuan ya," ujar Dafa.

Disha menampilkan wajah kesalnya, penampilan memang bisa diubah, tapi otakkan harus di asah.

"Udah, lo naik ke motor gue cepetan," titah Dafa lalu dituruti oleh Disha. Hadi Itu sudah bisa naik ke atas motor Dafa.

****

"Sepi ya nggak ada si bocil," celetuk Satrya ditengah adiknya bermain game bersama Daren dan juga kembaranya.

Mereka bertiga kini sedang berada di dalam mansion Daren.

"Kenapa? Suka lo sama dia," tanya Satya yang tetap fokus dengan gamenya.

DISHA_ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang