24

8.2K 469 82
                                    

Disha di bawa ke lorong sepi oleh Daren.

"Lepasin gue!" Sentak Disha yang akhirnya bisa melepaskan genggamannya dari Daren.

"Lo kenapa berubah gini sih Sha? Lo bukan Disha yang gue kenal," ujar Daren.

Disha menatap Daren, untuk kesekian kalinya Disha menatap Daren seperti itu sejak kecelakaan waktu itu. "Gue udah muak sama sikap lo Ren," balasnya.

"Sorry Sha. Sorry Kalau gue bikin lo sakit hati dengan sikap gue selama ini, gue bakal berubah asal lo mau balik sama gue lagi. Gue mohon Sha, gue mohon," pinta Daren memohon. Untuk pertama kalinya Disha melihat Daren yang begitu sedih hanya karena dirinya. Namun, hal itu tidak membuat Disha luluh.

"Lo nggak capek Ren, bilang itu terus?"

"Sha, gue bakal jelasin kenapa gue deket sama Bianca, Bi--" jelas Daren.

"Udah Ren, Nggak ada yang harus lo jelasin. Gue udah nggak butuh," balas Disha.

"Tapi lo harus dengerin penjelasan gue dulu Sha, biar lo nggak salah paham!"

"Gue nggak peduli Ren. Mau lo cuman temenan sama Bianca doang, nggak ada urusannya sama gue. Gue udah bebasin lo buat deket sama Bianca sekarang, karena kita emang udah nggak ada hubungan Ren," jelas Disha.

"Nggak Sha, lo tetep harus dengerin gue dulu," bantah Daren.

"Nggak usah Ren."

"Sha tolong dengerin gue!"

"Lo denger nggak sih! Gue nggak butuh Ren!!" teriak Disha kesal.

"DISHA!!" bentak Daren yang juga ikuy kesal karena Disha juga tidak mau mendengarkannya.

Disha langsung mematung saat Daren membentaknya.

Daren yang melihat perubahan sikap Disha pun juga menjambak rambutnya frustasi. Ia bingung harus melakukan apa sekarang untuk membuat Disha kembali lagi. "Sha, maafin gue," ucap Daren menyesal saat melihat Disha yang terdiam setelah ia bentak.

"Gue udah maafin lo berkali-kali Ren, terus lo ulangi hal yang sama, lo tahu nggak Ren? gue sakit Ren, gue sakit saat liat lo lebih perhatian ke Bianca daripada ke gue," ungakap Disha dengan setengah berteriak.

Setelah mengatakan hal itu Disha pun berniat meninggalkan Daren. Namun, dengan gerakan cepat Daren langsung mencekal lengan Disha.

Daren menatap mata Disha yang mulai memerah itu. "Gue nggak suka liat rambut lo kayak gini." Daren pun melepaskan ikatan rambut Disha dan membuat rambut Disha tergerai kebawah menutupi leher putihnya.

Cup

Dengan gerakan tidak terduga, Daren langsung mencium kening Disha tepat dibibirnya. "Gue bakal terus berusaha buat dapetin maaf dari lo dan gue sukanya cuman sama lo, bukan Bianca," bisik Daren lalu pergi meninggalkan Disha yang kembali mematung dengan sikap Daren.

Setelah Daren tidak terlihat, dengan gerakan pelan. Tangan Disha menyentuh sudut bibirnya yang sempat di kecup sekilas oleh Daren.

"Gue bingung sama lo Ren," gumamnya.

****

"Sha," panggil Dafa saat melihat gadis itu berjalan keluar dari kelasnya dengan tas merah muda miliknya.

Disha menatap kearahnya. "Kenapa Daf?" tanyanya.

"Mau pulang bareng," tawar Dafa yang langsung di sahuti oleh Disha dengan anggukan semangat, apalagi tadi dia lupa menghubungi sopirnya.

Disha dan Dafa pun kini berjalan dari sana menuju ke arah parkiran.

Sesampainya di sana, mereka berdua langsung disambut oleh Daren yang sedang menaiki motornya yang sedang memboncengi Bianca.

Disha yang tadi tidak berhenti tersenyum, kini senyum lebarnya itu mulai luntur. Mata Daren sempat bertemu dengan manik milik Disha. Dari tatapannya, Daren seakan memberi tahunya agar ia tidak kembali salah paham.

Bagaimana ia tidak salah paham, jika baru saja laki-laki itu meminta maaf dan mengatakan hal-hal yang manis. Namun, sekarang ia tiba-tiba kembali membawa gadis lain pergi.

"Naik By," titah Dafa saat melihat Disha malah terdiam sambil melihat kepergian Daren.

Disha langsung tersentak, iq pun sadar dan langsung naik keatas motor Dafa.

"Perasaan kamu nggak bisa diubah ya Sha?" tanya Dafa sebelum menyalakan motornya.

Disha terdiam.

Dafa tersenyum kecut saat melihat keterdiaman Disha yang mengartikan banyak hal. Ia tahu jika Disha masih sangat mencintai Daren. "Kalau kamu ada niatan buat cari cowo lain, ingat aku ya By. Dafa selalu ada buat kamu," ujarnya lalu ia pun menyalakan motornya dan pergi dari parkiran sekolah.

Sorry Daf, batin Disha.

****

"Ren, kenapa lo ngajak gue kerumah lo?" tanya Bianca bingung dan ia juga takut jika tadi Disha salah paham.

"Nanti lo juga tahu," balas Daren ia pun terus melajukan motornya hingga berhenti halaman mansion milik keluarganya.

Bianca pun turun saat motor Daren tidak lagi berjalan. "Lo nggak bakal ngapa-ngapain gue kan?" tanya Bianca memastikan.

"Percaya sama gue," sahut Daren lalu ia melangkahkan kakinya masuk kedalam mansion mewah itu.

"Lo duduk di sini, gue mau manggil nyokap gue," titah Daren lalu pergi dari sana meninggalkan Bianca yang duduk sendirian di Sofa besar itu.

Beberapa menit ia duduk di sana dan ia tidak melihat tanda-tanda Daren akan kembali, karena merasa bosan. Bianca pun menjelajahi isi mansion Daren dengan pandangannya. Namun, matanya langsung terpaku dengan bingkai foto yang berada di samping Sofa tersebut.

"Gue boleh sentuh nggak ya," gumam Bianca. Karena dengan perasaan penasaran yang sangat tinggi, gadis itu menggeser tubuhnya ke kanan. Lalu menggapai bingkai foto tersebut.

"Ini Daren," gumam Bianca saat melihat foto anak laki-laki yang sedang mencubit pipi seorang gadis kecil di sampingnya.

Dahi Bianca berkerut saat ia melihat gadis kecil yang tidak asing baginya. "Daren punya adik? Kok hampir mir--"

"Mana orangnya sayang?" Tanya seseorang yang membuat atensi Bianca beralih melihat siapa orang tersebut.

"Hai Tante," sapa Bianca canggung saat melihat seorang wanita menghampirinya. Ia yakin jika itu pasti ibu Daren.

"Saya," ujarnya sambil menatap Bianca haru. Bianca yang merasa dipanggil Safa pun bingung, pasalnya namanya bukan Safa.

"Maaf Tan, saya Bianca," balas Bianca.

"Nak," ujar Fani lalu menghampiri Bianca dan memeluk Bianca begitu erat, membuat Bianca tersentak.

"Mama kangen sayang." Perkataan Fani membuat Bianca terdiam.

Bianca menatap Daren yang berdiri tidak jauh darinya, seakan bertanya. 'Ini ada apa Ren?'













TBC

Jangan lupa buat Vote and komennya ya

DISHA_ Where stories live. Discover now