ENDING

9.2K 349 106
                                    

Kita sudah belajar mengenai hidup bukan? Sederhananya, bahwa segala sesuatu yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya. Datang-mengejar-menghilang-pergi.
-
-
-
-
-
Happy Reading

Seluruh orang-orang di ruangan ini tengah khawatir-khawatirnya menunggu hasil dari pemeriksaan Mila. Kejadian beberapa jam lalu, dimana Subhan bertemu kembali dengan Mila. Tentu saja membuat suasana menjadi haru, bahagia, sedih, tercampur semua.

Terdapat Fazar, Indah, Yenara, Jodi, Adnan, Alesa, Zia, Vano, Bi Diyah, Lasya, Aril, bahkan Harni serta Haril pun turut datang. Kabar akan Mila yang tertabrak langsung menjalar cepat, khususnya orang-orang terdekat Mila dan Subhan. Sudah lama mereka tak bertemu, sekalinya bertemu dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.

Subhan? Jangan ditanya, keadaannya bak orang gila yang tak terurus. Pakaiannya, rambutnya, perasaan hatinya, tampak kacau sudah tak karuan. Sementara Fazar, ia menutup mulutnya, tak tahan bau rumah sakit. Posisi Subhan dan Fazar berjauhan, Fazar belum sempat meminta maaf padanya.

Oeekk oeek oeek

Seketika seluruh pandangan beralih pada Yenara. Lantaran bayinya menangis, ya dia sedang menggendong putrinya. Ia sudah melahirkan sekitar dua minggu yang lalu. Ralat, Yenara menggeleng cepat. Dinar, alias nama putri mungilnya itu tidak menangis. Malah sedang anteng tertidur. "Bukan Dinar, Dinar lagi tidur," ucap Yenara mengelus sayang bayinya itu.

Tentu saja membuat orang-orang disana kompak mengarahkan pandangannya menuju ruangan Mila. Bahkan Subhan yang sedari tadi menunduk pun, mendongakkan kepalanya. "A--anak gue?" tanyanya menunjuk diri sendiri. Orang-orang mengangguk sebagai balasan. Air mata haru tanpa ia sadari, keluar begitu saja.

Ceklek


Dengan cepat Subhan menghampiri dokter yang baru saja keluar itu.

"Dengan suam-"

"Iya, saya suaminya," potong Subhan cepat seraya mengangguk.

"Selamat! Bayi anda laki-laki, sangat tampan seperti ayahnya." Dokter tersebut menyodorkan tangannya, mengucapkan selamat. Belum sempat Subhan jawab, sang Dokter tiba-tiba menampilkan mimik wajah sedih. Membuat Subhan mengernyitkan dahinya heran.

"Namun sayang, Tuhan berkehendak lain, akibat pendarahan yang terlalu hebat, serta penyakit paru-parunya yang semakin parah, istri and--"

Subhan menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak! Nggak! Ngomong apa lo!" bentaknya tak terima, menghentakkan kedua bahu lelaki itu.

Dokter tersebut menatap Subhan takut, mulutnya tiba-tiba sulit untuk berbicara.

"Jawab!!" teriak Subhan kesal.

"I-ikhlaskan P-pak," ucap dokter itu dengan bibir bergetar.

Brakkkk!

Subhan membuka pintu ruangan Mila kasar. Menatap Mila lamat-lamat. Tak peduli pada ucapan dokter tadi. Dilihatnya Mila dalam keadaan yang tampak lemah. Wajah dan bibirnya pucat, serta matanya yang sayu tampak lelah. Sekilas suster melewatinya begitu saja, seraya membawa buah hatinya yang sedari tadi menangis. Subhan menatapnya haru sekaligus menggelengkan kepalanya cepat menatap Mila.

"Saya tunggu di ruangan bayi agar bayi anda di adzankan Pak," ucap suster itu keluar begitu saja. Subhan menatapnya haru, lalu pandangannya kembali pada Mila.

MilSu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang