19. SEMBILAN BELAS

3.5K 287 34
                                    

Jangan mencari kebahagiaan. Melainkan sadari kebahagiaan. Walau itu hal kecil dan sederhana.
-
-
-
-
-
Happy Reading

"Apa! Itu tidak sah! Kamu menikah sama siapa!  Kenapa gak bilang sama ibu! Jawab nak!" bentak Lasya.

Deg!

Mila tersentak, jantungnya berdebar sangat kencang. Ia syok juga takut, sungguh takut. Baru kali ini ia melihat Lasya semarah itu. Terlebih ini bukan perihal biasa, melainkan tentang keyakinan. Pasalnya ia juga telah terlanjur menikah dengan Subhan. Dengan menurut hukum agama islam. Ahk sungguh merumitkan.

"M-maaf bu, uhuk uhuk uhuk uhuk." Tiba-tiba Mila terbatuk hebat, sangat hebat dan sulit terhenti. Membuat Lasya yang awalnya marah. Tak tega melihat putrinya yang menderita.

"Nak, kenapa nak?" Lasya menepuk-nepuk punggung Mila. Ia khawatir padanya.

Mila terus saja terbatuk. Bahkan seakan sulit terkendali agar dirinya berhenti terbatuk. Menekan kasar dadanya guna menghilangkan rasa sakit yang begitu sangat sakit. Organ pernapasannya terasa terganggu. Paru-parunya juga terasa terhimpit. Bahkan seperti ditusuk-tusuk dalam oleh benda yang teramat tajam. Rasanya teramat sakit.

"Nak, kamu kenapa nak?!" tanya Lasya histeris. Mila sama sekali tak berhenti terbatuk. Tangannya sedari tadi membekap mulutnya sendiri. Membuat Lasya tak kuasa menahan air matanya.

"S--sakit bu," ucap Mila parau. Ia memukul-mukul dadanya. Beberapa detik kemudian, Mila pingsan. Tentu saja membuat Lasya semakin panik. Dengan cepat Mila didekapnya.

"Nak bangun! Kamu kenapa nak?!" Lasya menepuk-nepuk pipi Mila. Guna menyadarkannya. Tapi tiba-tiba arah matanya tertuju pada mulut Mila. Dimana ia melotot juga kaget tak main. Cairan merah juga lumayan kental mengalir dan keluar begitu saja dari mulut Mila.

***

"Wah parah sih kaya gak ada orang lain di dunia ini aja. Padahal kan yang seagama masih banyak," oceh Adnan.

"Nah iya. Tapi emang udah biasa kali, malah gunta-ganti agama juga udah biasa kan?" ucap Jodi lalu melahap makanan ringan dan beberapa kudapan.

"Aneh sih gue mah gak habis pikir aja gitu. Bukannya itu nggak sah ya? Gue pernah denger di acara apa ya? Islam itu nikmat ehk apa ya?" Adnan tampak berpikir.

"Islam itu indah lamun teu salah teh da," lanjut Adnan.

(Islam itu indah kalau gak salah)

"Weh alhamdulillah temen gue ternyata suka nonton siaran kaya gitu," ucap Jodi bangga.

"Iya suka." Adnan mengangguk mantap.

"Wah beneran suka? Gue gak percaya," ucap Jodi.

"Suka kelewat maksudnya," jawabnya enteng. Membuat Jodi yang menatapnya jengah.

"Ehk Sub, lo kenapa diem ae?" Adnan menyikut lengan Subhan.

Kini, mereka alias Subhan, Jodi, dan Adnan sedang berada di ruang tamu. Dimana pandangan mereka kompak tertuju pada televisi. Siaran yang menayangkan berita akrtis tanah air yang baru saja menikah berbeda agama. Tentu saja membuat Adnan beropini. Ngomong-ngomong mereka berkumpul bukan karena ada acara atau apa. Tetapi Adnan yang menyuruh. Ehk lebih tepatnya memaksa. Seperti biasa.

Adnan memaksa Jodi juga Subhan yang sedang bekerja untuk menemaninya menonton televisi di rumah Subhan. Sungguh sangat tidak bermanfaat. Awalnya Jodi juga Subhan menolak. Tetapi, karena Adnan terus saja memaksanya agar menemaninya menonton. Jodi dan Subhan menurut saja. Terlebih Jodi iba kepada Adnan. Yang tak memiliki kekasih. Sehingga kesepian sebatang kara dengan lara yang menemaninya.

MilSu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang