40. EMPAT PULUH

3.4K 228 130
                                    

Berprestasi sebanyak mungkin dapat membuatmu menjadi lebih tinggi. Namun kerendahan hati dapat membuatmu lebih dicintai.
-
-
-
-
-
Happy Reading


"Om Fazar berangkat dulu ya, see you Raka!" Fazar berjalan mendekati mobilnya.

"Dadah om Fazal!" Raka melambaikan tangannya tinggi-tinggi.

"Nanti pulang tesini lagi ya!" teriak Raka, yang dibalas anggukan oleh Fazar.

Alesa yang melihat tingkah anaknya juga Fazar tak terasa menitikkan air mata. Fazar baik, batinnya.

"Ayok nak, kita belajar lagi," ajaknya pada Raka.

"Ote mah," jawab Raka antusias.

Tanpa seorang pun ketahui. Di samping tembok tua, seorang pria menatap semua moment itu. Dadanya tiba-tiba sesak, bukan ia tidak memiliki penyakit. Namun hatinya yang sesak, ia kesal melihat Alesa seolah-olah melupakan dirinya. Padahal... ahk sudahlah. Ia memilih pergi, menuju tempatnya kembali.

***

Mila membulatkan matanya tak santai. Hei! Sejak kapan dirinya sudah berada di kamar? Siapa yang membawanya? Tangannya sibuk meraba-raba tubuhnya. Seolah wanti-wanti mengecek tubuhnya. Aman, ia mengempaskan napasnya panjang. Ya, aman. Tubuhnya masih rapih terbalut pakaian yang kemarin malam. Mana sempat ia berganti.

Lebih-lebih seingatnya. Malam itu, dirinya berada di trotoar sendirian. Lalu, ada Subhan. Dan Subhan menawarinya makan. Apakah ia mimpi? Namun, mengapa serasa nyata. Ahk entahlah.... yang ia pikirkan sekarang yakni mencari cara yang ampuh, jitu, no gagal untuk menyatakan hal penting yang selama ini ia ingin utarakan.

Ia menyibak selimut yang membalut tubuhnya, turun dari ranjang. Duduk sesaat. Memikirkan kejadian semalam. Dimana Rilon yang tiba-tiba membentaknya karena bodoh, dan Subhan yang mengatakan bahwa Mila bego. Ia diam, apakah aku bego? Apakah aku bodoh? Tanyanya pada diri sendiri.

Drrrrrt drrrrt drrrrt

Mila merogoh ponsel di dalam tasnya. Dilihatnya panggilan dari Rilon. Ia menekan tombol hijau.

"Maaf Mil, kemar--"

Dengan cepat Mila mematikan sambungan itu. Ahk ia lupa, bukannya ia sedang marah pada Rilon? Terkait ucapan Rilon yang sangat melukai hatinya.

Drrrrrt drrrrrt drrrrt

Mila menghela napasnya pelan lalu ia keluarkan kasar. Mengapa Rilon itu keras kepala? Tanpa belas kasih Mila menekan tombol merah. Biarkan saja Rilon meneleponnya. Ia sama sekali tidak peduli.

Drrrrrt drrrrt drrrt

Rilon tetap saja meneleponnya. Mila menutup telinganya. Dasar, tetap saja terasa, karena ponselnya itu bergetar bukan berdering. Aneh memang.

Drrrrt drrrt drrrrt

Mila menerimanya kasar. Kesal karena sedari tadi Rilon meneleponnya. Dan kini, ia akan membalas. Ya, dia akan memalas bentakan Rilon tadi malam. Memang dia bodoh? Enak saja! Mengapa orang bodoh bisa membangun Toko hingga bercabang-cabang di seluruh penjuru Indonesia? Pikirnya. Ehk jadi sombong, jangan ditiru.

"Apa? Kamu bilang aku bodoh? Ya! Aku bodoh! Bodoh karena udah temenan sama orang jahat kaya kamu?! Bodoh karena aku baru tau, kalau kamu selama ini kamu benci aku? Hah?! Jawab Ril!" bentak Mila.

"Mil? Ini aku Nara, maksud kamu apa? Aku jahat? kamu kenapa bilang gitu? Kamu ada masalah apa sama aku?" ucap Yenara di sebrang sana.

Mila menepuk dahinya pelan. Menjauhkan ponselnya sebentar, juga mengamati nama dari sang penghubung. Ternyata dari Yenara, ya sahabatnya. Sudah lama ia tak jumpa.

MilSu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang