15. LIMA BELAS

4.8K 329 20
                                    

Tuhan telah mengabulkan keinginanku. Tapi, dapatkah yang telah ku dapatkan mengabulkan keinginanku?
-
-
-
-
-
Happy Reading

Keadaan saat ini sangat canggung. Dimana kini, dirumah Subhan. Terdapat Erik, Fazar, Mila, juga Subhan tentunya. Mereka hanya duduk di karpet lembut nan tebal. Duduk lesehan. Tidak ada percakapan sedikit pun. Mungkin hanya ada suara angin yang berhembus kencang lumayan terdengar. Entahlah, cuaca hari ini tiba-tiba mendung. Bahkan sudah mulai gerimis.

"Acara sudah selesai, saatnya papah pulang." Erik berjalan begitu saja melewati orang-orang disana. Fazar mengangguk. Mila tersenyum kikuk dan ragu. Sedangkan Subhan, ia hanya diam. Tatapannya datar dan tak peduli sekitar. Tapi ... tetap saja ketampanannya tidak luntur sedikit pun. Terlebih ia memakai peci songkok putih renda alias peci khusus untuk pengantin pria.

Bukan hanya peci. Pakaiannya pun selaras berwarna putih. Membuat kharismanya semakin bertebaran. Sementara Mila, ia pun sama. Memakai pakaian putih sepasang dengan Subhan. Kalian tahu? Subhan sempat pangling melihat Mila. Dimana si gadis yang jelek tiba-tiba... cantik. Tapi, dengan cepat Subhan menggeleng, melupakan apa yang ia pikirkan tentang Mila. Mila tetaplah Mila. Si gadis culun, kolot, jelek, polos, begitulah pikir Subhan.

Erik berjalan menuju kamarnya. Tepat di depan pintu, pergerakannya terhenti. Lalu membalikkan tubuhnya "Subhan, sini! Papah mau bicara empat mata," serunya.

Subhan yang tadinya hanya diam. Dengan terpaksa bangkit dari duduknya. Lalu menghampiri Erik. Tinggalah Mila juga Fazar disana.

"Apa?" tanya Subhan datar tepat dihadapan papanya. Papanya tersenyum ramah. Juga menepuk-nepuk pundak putranya. Yang sekarang notabenya telah menjadi suami. Tak terasa anaknya ini sudah besar dan dewasa.

"Kita bicara di dalem aja, sebelum papah berangkat ke Prancis." Subhan menatap jengah, tapi ia menurut. Ia menyusul Erik yang telah terlebih dahulu memasuki ruangan itu.

"Fazar"

"Mila"

Panggil keduanya bersamaan. Mila menunduk, sedangkan Fazar, ia menatap Mila dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Kalian tahu? Saat Fazar meminta nama dari ayahnya Mila. Itu berguna untuk acara akad berlangsung. Dimana Subhan mengatakan Mila Hauraya binti Aril Halfansyah. Ya, acara tersebut baru saja selesai beberapa menit yang lalu. Masih hangat.

Selain itu kalian tahu? Saat Mila datang. Subhan dan orang-orang disana. Yaitu para saksi nikah, penghulu, Fazar, Erik, Bi Diyah, juga satpam rumah Subhan sedang mengadahkan telapak tangannya ke atas. Yang tidak lain sedang berdoa. Memang acara pernikahan ini sangat sederhana. Hanya mereka saja yang ada di rumah ini. Bahkan wali dari Mila saja tidak ada. Disanalah Mila mentikkan air matanya. Entah air mata bahagia atau pun sebaliknya. Mila mengerti bahwa acara akad telah selesai. Entah bagaimana caranya, tahu-tahu sudah selesai saja.

Melainkan ia tidak menyangka. Ini benar? Atau hanya mimpi? Mila menikah dengan Subhan? Pernikahan yang sakral menurut agama Islam juga menurut pemerintah. Yang jadi masalah, Mila itu beragama kristen. Mengapa acara pernikahannya menurut agama Islam? Tapi acara telah selesai. Dimana Mila sudah sah menjadi istri Subhan.

Timbul banyak pertanyaan dibenaknya. Apakah sah bila menikah berbeda agama? Apakah ia boleh menikah dengan pernikahan menurut agama Islam? Sedangkan agama yang dianutnya yaitu Kristen? Apakah Subhan tahu bahwa agama Mila apa? Apakah Subhan tidak tahu? Ahk bagaimana ini?!!

"Mas Fazar, kamu tau, kenapa aku tiba-tiba ada di rumah ini? Padahal aku inget semalem aku masih ada di rumah."

Fazar menelan salivanya susah payah. Haruskah ia jujur? Bahwa ia yang membawa Mila pada malam itu. Dimana pukul dua dini hari tadi, ia diperintah Subhan untuk membawa Mila ke rumahnya. Jangan ditanya untuk apa. Apalagi bila bukan untuk siap-siap menikah dengan atasannya alias Subhan.

MilSu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang