3. TIGA

9.1K 641 57
                                    

Ku berhak berharap bahwa orang yang ku suka juga menyukaiku. Tapi tunggu, aku sadar orang yang ku suka juga berhak menyukai siapa pun, dan mungkin itu bukan aku.
-
-
-
-
-
Happy Reading



"Ril aku ketemu dia," ucap Mila. Lalu tiba-tiba rasa gatal di tenggorokannya datang.

"Uhuk uhuk." Mila menutup mulutnya yang batuk.

"Kapan? Dimana?"

"Beberapa hari yang lalu, waktu aku ke pernikahan Jodi juga Yenara"

"Terus?"

"Aku malu kalau kondangan sendiri Ril. Kamu kenapa sih gak mau nemenin aku?"

"Aku tau kamu tau jawabannya, jadi gak usah nanya"

"Tap-"

"Gak ada tapi-tapian. Pokoknya aku gak mau aja kamu kenapa-napa"

"Makasih Ril, kamu tau gak? Waktu aku ketemu dia, tiba-tiba jantung aku berdetaknya tuh kenceng gitu."

"Gak tau, mungkin kamunya aja yang penyakitan," jawab Rilon datar. Mengalihkan tatapannya pada pohon.

"Emang aku penyakitan, kamu kenapa masih mau nemenin aku?" tanya Mila dengan nada kecewa. Mila memang mengidap penyakit paru-paru, ia selalu merasa sesak bila terlalu lama berakativitas.

Rilon membulatkan matanya.

"Gak! Bukan gitu Mil, aku bersyukur kok Tuhan ngasih aku temen kaya kamu. Aku tetep mau kok jadi temen kamu. Sekarang aku tanya balik. Kamu mau temenan sama aku? Lelaki yang punya penyakit langka yang banyak ditakuti oleh orang lain?"

Yang dikatakan Rilon memang benar adanya. Rilon tak memiliki teman kecuali Mila. Kenapa? Karena penyakit langka yang dimilikinya.

"Puji Tuhan, aku bersyukur punya temen kaya kamu. Kita temenan nerima kekurangan sama kelebihan saling menyemangati tanpa menjatuhkan. Kita sama-sama berusaha buat dihargai," tutur Mila.

"Ya, rasanya sulit banget buat dapet kata 'dihargai' kita itu selalu dikucilkan. Bahkan aku ngerasa gak pernah dihargai." Rilon memandang langit hampa.

"Gak apa-apa Ril kita gak perlu dihargai orang lain. Selagi kita berusaha dan berhasil. Dengan sendirinya orang lain menghargai kita. Yakin deh aku juga ngerasainnya kok"

"Iya, itu kamu. Kamu yang udah berhasil bangun Toko, bahkan sampai punya beberapa cabang. Tapi kenapa kamu selalu tertutup? Juga pura-pura jadi pegawai?"

Mila mengempaskan napasnya pelan. Memang benar, ia menutupi identitasnya sebagai pemilik Toko. Ia berpura-pura menjadi pegawai dengan selalu memakai masker. Salah satu alasannya yaitu untuk menutupi wajah yang tak cantiknya.

"Dengan cara itu aku bisa ngeliat mana pegawai aku yang baik atau sebaliknya. Karena biasanya ada pegawai yang baik saat sama atasannya aja, sedangkan ke pegawai lainnya dia kurang baik."

"Wah pinter juga kamu, boleh dicoba tuh caranya"

Mila mengangguk.

"Tapi emang ada? Coba cerita," ucap Rilon sembari menghadap Mila. Seperti anak kecil yang sedang menunggu sang ibu bercerita.

"Banyak," ucap Mila.

"Cerita dong cerita"

"Iya kebanyakan ceritanya sama. Yah gitu kaya yang aku bilang. Mereka itu gak semua baik. Di depan Sarah semuanya sopan. Sedangkan ke pegawai lainnya kurang baik. Contohnya aku pernah di bully beberapa kali sama mereka. Bahkan ada yang paksa aku buat buka masker. Tapi aku berusaha supaya gak kebuka dan untungnya, Sarah bantuin aku. Dia ngelepasin tangan pegawai itu."

MilSu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang