31. TIGA PULUH SATU

2.9K 225 45
                                    

Jangan kuatir akan kegagalan. Tapi pikirkan berapa banyak kesempatan yang terbuang jika kamu takut untuk mencoba.
-
-
-
-
-
Happy Reading


"Hatsyih! Hatsyih!" Mila mengusap-ngusap hidungnya. Kini, dirinya sedang berjalan di pinggir jalan. Lebih tepatnya di troroar. Sekitar jam dua siang. Ya, dia izin alias pulang lebih cepat. Kenapa? Entahlah sulit dijelaskan. Namun dapat jelas ia rasakan. Bahwa tubuhnya serasa kurang baik. Untuk bekerja sepertinya nanti dulu. Ia ingin berdiam di rumah.

"Hatsyih! Hatsyih!" lagi-lagi dirinya bersin. Ahk kenapa dirinya ini? Disaat siang bolong ini bersin-bersin. Membuat orang-orang disampingnya keheranan. Jalanan trotoar siang ini padat. Penjual, pembeli, dan khalayak umum bercampur disini. Padahal berjualan di trotoar adalah hal mengganggu bagi penjalan kaki.

Mila sedari tadi berjalan dan terus berjalan. Ingin rasanya ia segera pulang dan rehat di rumahnya. Namun ia bimbang, ia akan pulang kemana? Ke rumahnya? Atau ke rumah Subhan? Bila ke rumahnya ia akan berjumpa kembali dengan Rilon. Ya, pasti karena otomatis. Rumah Mila dan Rilon itu tetanggaan. Di sisi lain, bila dirinya pulang ke rumah Subhan. Ahk malu! Rasanya bila ia berjumpa dengan Subhan ia malu.

Sedari tadi dirinya hanya berjalan saja tak tentu arah. Dengan ponsel yang ia genggam dan ia usap-usap layar ponsel tersebut. Semacam sok sibuk, padahal dirinya hanya men-scroll beranda instagram. Yang isinya hanya itu-itu saja. Sebab dirinya tak memfollow banyak orang. Bahkan jumlah orang yang ia follow dapat dihitung oleh jari. Ia hanya memfollow media partner bisnis dan orang terpercaya yang memegang Toko nya yang bercabang-cabang. Dan syukurnya ia akan mendirikan kembali satu Toko dan dua butik. Menurut laporan Sarah. Doakan saja semoga lancar.

Terlebih akun instagramnya sama sekali tidak ada yang aneh. Pengikutnya hanya orang-orang yang mengenalinya sebagai pemilik Toko. Sorotan nya pun hanya beberapa quotes juga ayat-ayat motivasi hidup dari Alkitab saja. Tanpa ada foto sedikit pun. Namun ada beberapa foto hasil jepretan kameranya. Ya, Mila hobi mempotret saat SMA. Sudah, itu saja. Bahkan dirinya juga mahir mengedit foto. Rasanya ingin dia memotret fotonya sendiri. Namun, lagi-lagi fisiknya kurang mendukung. Kasihan.

"Uhuk uhuk uhuk." Mila terbatuk. Cepat memasukkan ponselnya. Mendekap mulutnya sendiri yang tak henti-hentinya terbatuk. Semakin membuat orang-orang yang berlalu lalang lagi-lagi menatapnya keheranan.

Dadanya naik turun. Pandangannya memburam. Padahal dirinya mengenakan kacamata. Lantaran air mata yang tiba-tiba membendung dan akan keluar. Biasa, karena tadi ia terbatuk lumayan hebat.

Ahk ia lupa! Ia lupa meminum obat. Ini gegara saat subuh tadi dirinya tergesa-gesa. Tanpa makan juga minum obat. Dirinya langsung pergi begitu saja. Tanpa pamit pada Bi Diyah maupun suaminya. Bahkan ketika ia keluar dari kamar Subhan. Ia kembali menguncinya melalui luar. Bisa begitu? Bisa! Karena dirinya memiliki kunci duplikat. Lantaran pemberian Bi Diyah kemarin tentunya.

Tujuannya saat ini adalah membeli obat. Jelaslah tujuannya sekarang. Yakni pergi ke Apotek. Seharusnya ke rumah sakit dengan dokter langganannya. Namun, jaraknya jauh. Dari sini lebih dekat ke Apotek. Ya sudah bila ada yang lebih mudah, mengapa harus yang susah?

Ia berjalan sekitar lima belas langkah. Sampailah ia di depan Apotek. Dekat bukan? Setelahnya ia membuka pintu dan memasukinya. Disampingnya terdapat dua orang dewasa yang wajah keduanya tampak berseri-seri. Dimana mereka adalah pasangan. Sang pria sedari tadi mengelus perut sang wanita. Mila memicingkan matanya. Aneh, padahal perut sang wanita itu tampak datar.

Sang wanita menoleh pada Mila. Membuat Mila terkesiap, dan pura-pura tak melihat. Dengan cepat ia bertanya pada sang penjaga Apotek. Menanyakan apakah obat yang biasa ia minum tersedia disini.

MilSu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang