𝐃𝐮𝐚 𝐏𝐮𝐥𝐮𝐡; 𝐉𝐚𝐫𝐚𝐤

6 3 0
                                    

"𝘽𝙚𝙜𝙞𝙩𝙪𝙡𝙖𝙝 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖.
𝙏𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝.

𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙣𝙟𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝𝙖𝙣."


●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

"Lo serius Vi?"

Violet tersenyum dan mengangguk menjawab pertanyaan Nadhira.

Dia sudah menceritakan tentang awal kisahnya dekat dengan tiga cogan yang mempunyai andil besar dalam membantunya berubah. Tidak ada Violet yang kasar, malas belajar, memiliki hobi mangkir, dan sikap-sikap buruk Violet terdahulu.

Gadis itu sudah berubah. Dan, dia sudah siap dengan segala risiko.

Siap berhadapan dengan keluarga––dan kalaupun egonya turut serta dalam cerita. Violet pasti akan selalu ingat dengan kata-kata Arsen.

Siap belajar dengan giat, dan ketika rasa malas melanda––dia akan ingat, janji dengan Michael. Walau, kini mereka sudah tidak dekat dan Michael berhenti mengirimkannya pesan, semenjak kejadian itu.

Siap menangis kapan dan di mana pun. Karena dia sudah memiliki rubik dari Leo––yang tidak akan membiarkannya terlalu dalam oleh kesedihan.

"Cerita lo mirip kayak drama Korea yang gue tonton tiap akhir pekan, loh, Vi!"

Violet terkekeh singkat. Dia mengambil selampai dari saku seragam sekolahnya, dan diberikan kepada Zalfa––gadis itu memang yang lebih sensitif dari yang lain.

"Lo lebay!" seru Nadhira kepada Zalfa, walau dia sendiri tidak bisa memungkiri, ikut sedih mendengar cerita Violet.

"Enggak ada kata 'lebay' dari rumus kehidupan, kok. Kita bebas melakukan apa pun yang kita inginkan. Selagi tidak merugikan sesama," ucap Jihan, kembali bijak.

"Sumpah, lo enggak ada bedanya dari Arsen, deh, Han!" tukas Nadhira, disambut senyum dari Jihan dan isyarat jempol dari Zalfa.

Sementara Violet, tidak menyahut.

Kadang, perasaan memang sesederhana itu dalam memporak-porandakan jiwa. 'Mendengar nama, sudah bisa memutar kenangan'. Kalau begitu, bakalan susah orang untuk melupakan, jika kontrol perasaannya saja masih rendah dan suka dibawa oleh suasana.

"Gue mau pesen es krim. Ada yang nitip?" Violet menawarkan diri untuk keluar dari 'zona mengenang masa lalu'. Sambil tersenyum tipis, dan bangkit berdiri, menuju gerobak es krim yang menetap di ujung barat kantin––setelah sebelumnya menuliskan pesanan dari teman-temannya.

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

"Tumben-tumbenan pesen sendiri. Lo udah berubah, dari bad jadi good girl, ya, ternyata."

Bulu tengkuknya meremang, bersama dengan kaki, yang seolah tidak mempunyai tumpuan.

Hanya butuh waktu singkat, sampai Violet merasakan dada bidang orang––tidak asing––itu menabrak punggungnya, hingga terdengar kalimat 'permintaan maaf' dari seorang siswi yang tidak sengaja menabrak orang itu.

Nadir sudah kisah percintaan Violet!

Bagai sekakmat. Violet menutup wajah dengan dompet yang dia bawa. Mendengarkan jelas kalimat dari orang tersebut, tepat di samping telinganya.

"Sengaja, juga, enggakpapa, kok. Malahan bagus. Dia seneng kalau deket sama gue."

Sialan! Siapa pun bantu Violet untuk menghilang sekarang juga! Dia menyesal, padahal baru saja sudah melakukan akad untuk menjauh. Tapi malah didekatkan! Duh, Gusti!!   

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

'Thank's for reading! See you in the next chapter, guys!'

And, don't forget to leave a vote and comment.

Warm Hug,

ELEANOR JEUNE

Saranghae, Cogan!Where stories live. Discover now