𝐃𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚𝐧; 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐞𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧

14 11 0
                                    

"𝙆𝙡𝙖𝙣𝙙𝙚𝙨𝙩𝙚𝙞𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙚𝙨𝙖𝙧𝙠𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙢𝙪𝙠𝙖𝙣𝙢𝙪!"

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

ireun achim ireona

tto jeonhwareul georeo seolleneun gibuniya

seolleneun gibuniya

NP; Lovelyz – Loving You

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

Tidak seperti hari-hari biasanya. Violet seperti dirasuki malaikat––gadis itu bangun lebih awal, dan berangkat cukup pagi ke sekolah. 

Senyum lebar menjadi sesuatu yang sangat mustahil, bagi seorang Violetta Marissa. Dan, kemustahilan itu menjadi nyata dan dialami sendiri olehnya.

"Good Morning, Pak Saleh!" sapa Violet, memberikan hormat pada satpam yang berdiri di depan pos jaga sekolah.

Tidak hanya satpam dan murid-murid SMA Someday, yang mencurigai tentang perubahan sikap tidak biasa dari Violet. Seseorang yang tampaknya juga baru datang––menuntun sepeda lipatnya masuk ke halaman, gedung sekolah––tidak melepas pandang dari Violet, sejak gadis itu turun dari mobil pribadinya.

Violet menyebar senyum ceria, sambil menyanyikan lagu Korean pop yang diputar acak dari playlist khusus, yang sudah dia namai––MOOD SONG.

Violet menghentikan laju kakinya, saat sudah di depan ruang guru. Gadis itu menurunkan pandang ke buku––bersampul organ manusia, dengan perpaduan warna hijau dan kuning di bagian judul buku ––yang sedari tadi dia peluk itu.

"Okay! Violet jadi anak baik dulu, check!!" seru Violet, dengan suara berbisik. Dia melangkahkan kaki, menuju meja guru Biologi, yang mengajar di kelasnya.

Dia menaruh buku catatan––dari dalam buku paket––yang merupakan hasil rangkumannya, kerja keras dari begadang semalam di atas buku catatan, milik teman-teman satu kelasnya, yang sudah menyelesaikan rangkuman saat di kelas.

"Entah gue harus abadikan momen langka ini, atau enggak. Tapi, gue cukup seneng, sih!"

Violet membalikkan tubuh, saat seseorang berbicara di telinganya.

Michael tersenyum di hadapan Violet.

"Meskipun, lo enggak akan mendapatkan hukuman yang serupa dengan hukuman yang murid-murid lain dapatkan. Tapi, masa, lo bakal terus kayak gini?"

Michael menaruh hasil pekerjaan rumahnya di atas buku milik Violet.

"Bu Tutik udah sabar banget, meskipun dia enggak dianggap sebagai guru di sini. Kemarin, beliau ngomong ke gue. Kalau sebenarnya, lo itu enggak benci dengan pelajaran Biologi. Hanya, gengsi yang nutupin sikap baik lo."

Violet tersenyum tipis.

"Emang," jawabnya, singkat.

"Lo enggak perlu jelasin. Gue udah tahu dari Arsen," sambung Violet, teringat dengan 'note paper'  yang diberikan oleh atlet basket SMA Someday, kemarin.

"Arsen?" ulang Michael, yang diangguki oleh Violet.

"Jadi, anak itu yang bikin lo berubah pikiran buat ngerjain tugas." Violet mengerutkan dahi, saat nada suara Michael berubah tinggi ketika nama 'Arsen' disebutkan.

Tapi, dia memilih diam, tidak mempertanyakan alasan. Violet sadar betul, kalau dirinya tidak memiliki hak untuk menjelaskan––secara panjang kali lebar––kepada Michael. Toh, tidak akan ada yang berubah. Meski dia bilang kalau mengerjakan tugas, sebab dorongan hatinya sendiri.

Saranghae, Cogan!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant