𝐄𝐧𝐚𝐦; 𝐑𝐮𝐛𝐢𝐤

23 14 0
                                    

"𝙈𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞𝙢𝙪 𝙞𝙩𝙪 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙩𝙪𝙧 𝙠𝙤𝙩𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙨𝙖𝙩𝙪 𝙬𝙖𝙧𝙣𝙖.
𝙋𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖, 𝙖𝙠𝙪 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙚𝙠𝙖𝙩𝙞𝙢𝙪 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣.
𝙆𝙚𝙙𝙪𝙖, 𝙖𝙠𝙪 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙥𝙖𝙣𝙙𝙖𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙩𝙪𝙧 𝙬𝙖𝙠𝙩𝙪 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙩𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙧𝙖𝙨𝙖.
𝙆𝙚𝙩𝙞𝙜𝙖, 𝙘𝙖𝙧𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙤𝙡𝙚𝙝 𝙙𝙞𝙠𝙚𝙩𝙖𝙝𝙪𝙞 𝙤𝙡𝙚𝙝 𝙡𝙖𝙬𝙖𝙣."

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

Now Playing;

At My Worst – Pink Sweat

Can I call you baby?
Can you be my friend?
Can you be my lover up until the very end?
Let me show you love, oh, I don't pretend
Stick by my side even when the world is givin' in, yeah

"L-Leo?"

Pemuda bernama panjang 'Leo Alvarendra' itu hanya menatap datar gadis di depannya. Kemudian, mengeluarkan sesuatu dari balik saku jaket parkanya.

"Kok, lo, bisa di sini?" Alih-alih menerima saputangan, Violet mempertanyakan kehadiran Leo.

"Emangnya kenapa?"

Violet mengerjab beberapa kali. Emangnya kenapa? Violet makin pusing, saat pertanyaannya dibalas dengan pertanyaan lagi. Dia menunduk, saat tiba-tiba tangan kanannya ditarik oleh Leo. Memindahkan selampai dari tangan si pemilik kepada Violet.
(Selampai; kata lain dari saputangan)

"Lengkara banget, ya, gue di sini?"
(Lengkara; memiliki arti yaitu mustahil/tidak mungkin)

Violet mengerutkan dahi.

"Lengkara?"

Leo menarik napas, dalam. Gemas, karena Violet tidak juga menghapus air mata yang tertinggal di kelopak matanya. Dan malah mempertanyakan sesuatu yang tidak penting.

"Manggarai, ya, Le?" tanya Violet, makin membuat gemas Leo. Cowok yang selalu menunjukkan wajah tanpa ekspresi di sekolah itu, kali ini berhasil dibuat oleh Violet tersenyum tipis.

"Leo?" panggil Violet. Gadis itu memiringkan kepala, masih mempertanyakan arti kata yang baru Leo sebutkan.

"Mustahil."

"Huh?"

Tidak memberikan balasan kepada Violet. Leo melangkahkan kaki menuju kursi gantung di samping Violet. Setelah mendudukkan diri di sana. Leo menolehkan kepala ke arah Violet––yang sedari tadi, tidak melepas pandang padanya.

"Mustahil, banget, ya. Gue nemenin lo di sini?"

Violet menggeleng, canggung. Berada di dekat cucu 'Albert Einstein' ini berhasil membuat Violet sedikit tahu diri. Apalagi, Leo bukan hanya sekadar pintar tapi juga cerdas. Leo tampan. Apalagi, jika Violet dapat menyingkirkan kacamata yang selalu dikenakan oleh Leo. Gadis itu akan lebih leluasa lagi menatap netra coklat milik Leo.

"Saputangan itu gunanya untuk menutupi kesedihan. Bukan hanya dipegang, dan jadi tidak terpakai."

Violet mematung. Saat Leo merebut selampai di tangannya, lalu mulai menggerakkan kain berbahan dasar sutera itu di bawah kelopak matanya. Setelah Leo menjauh, baru Violet menunduk sambil mengusap pipinya yang terasa hangat di cuaca malam ini.

Saranghae, Cogan!Where stories live. Discover now