01💘

178 59 47
                                    

Kamu pernah berjanji akan selalu ada bersamaku, namun sekarang apa? Kamu juga yang telah mengingkari janji itu.
-Gaby

Author POV

Seorang gadis tengah menangis tersedu-sedu, sambil memeluk makam bertuliskan Rega Argenta yang masih baru itu.

Ia masih tak rela kekasihnya yang sangat menyanyanginya pergi secepat ini, padahal rasanya baru kemarin ia tertawa bersama kekasihnya itu.
Rasanya waktu ingin ia putar kembali, saat dimana ia masih bersama sang kekasihnya.

Kini lengkap sudah penderitaan gadis itu, dibenci keluarganya dan orang orang lainnya. Dan kini ditinggal pergi untuk selamanya oleh kekasihnya, ia sangat terpukul kali ini.

Kini mataharinya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya, dan kini tak ada lagi sosok penyemangat hidupnya lagi.

Kehilangan seseorang yang selalu ada untuk gadis itu, kehilangan seseorang yang selalu mencintai, menyayangi dan melindunginya.

Kini tinggalah ia sendiri bersama orang orang yang membencinya saat ini.

Tak ada lagi keindahan yang dulu pernah Rega berikan, tak ada lagi canda dan tawa yang selalu Rega buat.
Tak ada lagi perhatian dari Rega yang selalu Rega berikan, bahkan tak ada lagi sosok Rega yang begitu tulus menyayangi Gaby.

Ya ia Gaby, Gaby Naura Anderson.
Ia baru saja ditinggal kekasihnya.

Orang yang selama ini selalu bersamanya, memberikan segala sesuatu yang indah.

Sosok Rega yang lemah lembut, dan selalu sabar menghadapinya.
Sosok Rega yang selalu memberikan kenyamanan, perhatian, serta kasih sayang yang ingin Gaby rasakan.

Kini semua itu hanya tinggal kenangan.

Gaby merasa kehilangan yang amat mendalam, mataharinya telah pergi, buminya menghilang, bintang dan bulanya meredup seketika.

Rega nya Geby telah pergi untuk selamanya, bahkan takkan pernah kembali lagi.

Gaby harus apa agar Rega kembali? Menangis darah sekalipun takkan membuat Rega nya hidup kembali.

Gaby bingung, kacau, sedih, frustrasi dan semua itu bercampur aduk menjadi satu.

Mengapa semua ini terjadi dikehidupan Gaby?

Padahal baru saja Gaby merasa bahagia dipertemukan dengan Rega, dan baru saja Gaby merasakan canda tawa dan kebahagiaan yang tak pernah Gaby rasakan sebelumnya.

Mengapa semua itu sangat cepat?

"Regaa.. Kenapa kamu pergi?"ucap Gaby dengan air mata yang terus mengalir. Sambil memandangi nisan yang bertuliskan Rega Argenta.

"Kamu pernah janji kan? Nggak akan pernah ninggalin aku, tapi kenapa kamu pergi juga Rega.. Hiks hikss aku sendiri Rega.."ucap Gaby sambil terisak. Merasakan betapa sakit hatinya saat ini, betapa sedihnya yang ia rasakan kali ini.

Mengapa Tuhan memberikan kebahagiaan untuk Gaby hanya sebentar? Gaby rasa ini tak adil menurutnya.

Ia tak tau harus bagaimana lagi?
Ia ingin ikut bersama Rega, namun Tuhan belum mengijinkannya.
Apakah Gaby akan sanggup menjalani ini semua lagi?

"Ini semua gara-gara lo! Rega pergi gara gara lo tau nggak!"ucap seseorang dibelakang Gaby. Lalu Gaby beralih menatap orang tersebut.

"Maksud kamu apa?"ucap Gaby lirih.

"Lo tau nggak? Rega pergi itu karena lo! Kalo aja lo nggak nyuruh Rega buat nemuin lo, Rega nggak bakalan pergi sekarang!"ucap cowok tersebut dengan penuh amarah.

Sebut saja ia Raga, Raga Arganta.
Ia adalah adik kembar dari mendiang Rega Argenta, yang wajahnya sangat mirip dengan Rega.

Namun sayang, sifatnya yang berbanding terbalik dengan Rega.
Dimana Rega yang memiliki sifat lemah lembut, perhatian serta penyayang.
Sedangkan Raga yang memiliki sifat Badboy, keras kepala , egois serta semaunya sendiri.

"Lo yang udah buat Rega nggak ada tau nggak! Lo penyebab kematian Rega! Dan sampai kapanpun gue nggak akan pernag maafin lo camkan itu! Ternyata lo itu bener ya ANAK SIALAN!"ucap Rega dengan penuh penekanan.

Plakk!!
Satu tamparan mendarat dipipi Raga, itu adalah perbuatan papahnya Raga.
"Papah nggak pernah ngajarin kamu bicara kasar ya, apa lagi sama perempuan!"ucap papah Raga yang bernama Aditama.

"Bagaimana pun Gaby nggak salah dalam hal ini Raga! Ini semua murni karena kecelakaan, dan kamu jangan menghina Gaby seenak kamu, Gaby itu perempuan dan mamah juga perempuan!"ucap mamah Rega yang bernama Lidia. Sedangkan Raga hanya acuh tak acuh, sambil menatap Gaby penuh emosi.

"Sudahlah jangan ribut ribut didepan makam, ini nggak baik"ucap papah Aditama melerai.

"Gaby kamu yang sabar ya nak, mamah dan kita semua juga sama sedihnya bahkan tante nggak nyangka Rega bakalan pergi secepat ini"ucap mamah Raga sambil memeluk Gaby.

"Maafin Gaby mah, ini semua salah Gaby"ucap Gaby lirih.

"Emang semua ini salah lo camkan itu!"sarkas Raga sinis.

"Raga!"seru papah Aditama.

"Ini bukan salah siapa siapa nak, ini sudah takdir"ucap mamah Lidia sambil mengelus punggung Gaby. Guna menenangkan dan memberi kekuatan kepada Gaby, agar ia selalu tegar menghadapi semua ini.

Mamah dan papah Raga Rega sudah tau menahu tentang kehidupan Gaby, yang selalu dikucilkan dan dibenci orang termasuk keluarganya Gaby. Makanya kedua orang tua Raga dan mendiang Rega selalu menyayangi Gaby, dan memberikan perhatian layaknya orang tua Gaby sendiri.

"Gaby harus ikhlasin Rega, mamah yakin Rega disana udah bahagia jadi Gaby nggak boleh sedih sedih lagi, nanti Rega disana nggak tenang nak"ucap mamah Lidia. Gaby sambil menahan isak tangisnya.

Sedangkan Gaby hanya mengangguk sambil terus mengeluarkan air matanya yang tak mau berhenti mengalir.

"Terakhir sebelum kamu datang kerumah sakit, Rega nitipin surat ini buat kamu"ucap mamah Lidia. Lalu memberikan sepucuk surat dari Rega, yang ia tulis sebelum ia pergi lalu Gaby menerima surat itu.

"Dan ini untuk kamu Raga, kakak kamu menitipkan ini untuk kamu, mamah harap apapun yang tertulis disitu kamu menuruti pesan terakhir dari Rega kakak kembaran kamu"ucap mamah Lidia.

"Mah, Gaby kita pulang ya sekarang"ujar papah Aditama.

"Ayo Gaby, kamu nggak boleh gini terus kasihan juga Rega pasti dia sedih liat kamu gini, bagaimanapun ini sudah takdirnya Rega Gaby"ucap mamah Lidia.

"Yaudah mah pah, kita pulang"ucap Gaby.

"Mengapa semua ini terasa menyakitkan? Mengapa semua ini cepat berlalu? Kenapa engkau memanggil Rega secepat ini Tuhan? Aku sangat menyanyai Rega, dan aku nggak mau Rega pergi, mengapa Tuhan kau ambil kebahagiaanku yang baru saja aku rasakan? Aku sudah cukup menderita dikucilkan dan dibenci oleh keluargaku, dan sekarang kau mengambil matahariku Tuhan, mengapa? Apa aku tak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan seperti yang orang lain rasakan?"gumam Gaby dalam hati.

Waktu terus berputar seiring berjalannya waktu, dan meninggalkan kenangan.

Hidup tak selamanya berada di bawah, kadang kala kita juga merasakan diatas.
Padahalnya kita merasakan kesedihan yang amat mendalam dan berada pada titik rendahnya kehidupan, namun kita harus percaya bahwa suatu saat nanti kita akan menemukan titik kebahagian itu juga.

LukaWhere stories live. Discover now