****

"Pegangan," ujar Satya menyuruh Hani untuk berpegangan kepadanya sebelum ia melajukan motornya.

Dengan ragu pun Hani memegang jaket Satya.

Satya hanya tersenyum simpul, lalu ia melanyalakan motornya.

Di perjalanan hanya terjadi keheningan sampai tiba-tiba Hani menyuruh Satya untuk berhenti.

"Berhenti!" titah Hani setelah sampai didepan rumahnya.

"Ini rumah lo?" tanya Satya.

"Hmm kenapa? Kecil ya."

"Nggak kok, gue cuman salut sama lo. Lo bisa masuk kesekolah kita, padahal sekolah kita sekolah elit, jika tidak melalui prestasi ya melalui duit. Jadi gue yakin pasti lo murid berprestasi kan," jelas Satya tanpa ada niatan untuk mengejek Hani.

"Hmm, oh ya makasih ya udah di anter sampe depan rumah," ucap Hani.

"Sama-sama honey," balas satya.

Pipi Hani memerah saat mendengar panggilan dari Satya.

"Gu-gue masuk dulu ya," pamit Hani yang tiba-tiba merasa gugup.

"Oke gue juga mau pulang."

"Hmm ha-hati-hati ya," pesan Hani.

Satya pun mengangguk lalu, menyalakn motornya dan pergi dari halaman rumah Hani.

****

"Baik anak-anak sekarang kalian kedatangan teman baru, dari kelas lain yang akan pindah ke kelas ini. Tidak usah ibu kasih tahu, kalian pasti tahu siapa Daren kan, jadi Daren silakan kamu duduk di kursi yang kosong," jelas Bu Ani dengan Daren yang berada di sampingnya.

Disha langsung tersenyum lebar saat melihat Daren yang akan pindah kedalam kelasnya.

"Ka-kamu bisa duduk sama aku aja," tawar Bianca karena di sebelah kursinya memang kosong karena ia juga murid pindahan.

Daren langsung berjalan ke tempat duduk barunya, tanpa banyak protes.

Ketakutan Hani semakin besar saat Daren duduk didekat Bianca. Hani takut Daren akan jatuh cinta dengan Bianca dan meninggalkan sahabatnya.

Setelah lamanya menahan suntuknya belajar, kini suara bel istirahat membuat mata para siswa kembali bersinar.

Daren berdiri dari kursinya lalu ia menghampiri Disha. "Ke kantin bareng gue," ujar Daren lalu langsung menggandeng tangan Disha dan membawa Disha keluar dari kelas.

"Sha, tungguin gue." Hani pun mengejar Disha dan Daren.

Kejadian tersebut tidak luput dari pandangan Bianca, gadis itu bingung dengan kedekatan Disha dengan Daren. "Ada hubungan apa ya Daren sama disha?" tanya Bianca lirih seperti tidak rela jika Daren dan Disha ada hubungan yang khusus.

Karena tidak mau terlalu lama larut dalam keterbingungannya. Akhirnya Bianca ikut menyusul mereka.

Sekarang keenam remaja itu duduk di kursi dengan satu meja yang sama. Siapa lagi kalau bukan Daren, Disha, Hani, Bianca, Satrya dan Satya.

DISHA_ Where stories live. Discover now