Setelah membalut lukannya dengan perban Daren pun beranjak dan berniat untuk tidur.

Deg

Tubuh Daren menegang, ia baru sadar telah membentak Disha tadi.

Daren pun langsung bergegas melangkah kekamar Disha.

Cklek

Daren membuka pintu kamar Disha, terdengar suara isakan di balik selimut tebal diatas kasur Disha.

"Disha," panggil Daren penuh dengan rasa bersalah.

"Daren pergi aja. Disha nggak papa kok sendirian," sahut Disha bergetar menahan tangisannya.

Daren sedikit merasa bersalah saat mendengar suara Disha yang sudah bergetar.

Daren pun perlahan melangkah mendekati Disha.

"Maafin aku," lirih Daren.

"Daren nggak salah, Disha kok yang salah udah megang lukanya Daren," balas Disha.

Daren pun menghempaskan selimut yang menutupi tubuh gadis itu, agar ia bisa melihat wajah Disha.

"Daren, maafin Disha. Disha nggak sengaja megang lukanya Daren, Disha takut Daren marah lagi sama Disha hiks..." tangis Disha pecah setelah Daren menyingkarkan selimutnya.

"Lo nggak salah, gue yang salah udah ngebentak lo," ucap Daren lembut yang mampu membuat tangis Disha sedikit mereda.

Disha langsung berdiri dan memeluk tubuh Daren, lalu gadi itu malah melanjutkan tangisannya di dada Daren.

Daren tidak bisa membalas pelukan Disha, karena tangannya sedang terluka.

"Bau bajunya Daren nggak enak," tutur Disha sambil menatap Daren.

Daren lupa jika dia tadi habis minum alkohol.

"Daren mabuk ya?" tanya Disha.

"Hmm," gumam Daren seadanya.

"Daren, Disha kan udah bilang. Jangan temenan sama Max lagi! Kalau  Daren temenan sama Max, liat nih tangan Daren jadi luka, terus Daren minum-minuman, Disha nggak suka," cerocos Disha sambil menekuk wajahnya.

"Maafin Daren ya."

"Daren kenapa sih tadi dingin banget sama Disha?" tanya Disha yang masih bingung dengan perubahan sikap Daren tadi.

"Jangan deket sama Satrya lagi," balas Daren kembali pada mode dinginnya.

"Kenapa? Satrya kan baik udah nolongin aku tadi."

"Pokoknya jangan deket-deket sama dia lagi!" ulang Daren.

"Daren cemburu ya," tebak Disha.

Daren menatap malas kearah Disha.

"Tidur!" Daren menyuruh Disha untuk tidur.

"Bilang iya dulu," pinta Disha.

"Nggak!"

"Daren ih, yaudah berarti besok Disha mau deket sama Sat--"

"Iya-iya. Puas? Sekarang lo tidur ini udah malem, besok lo sekolah," sela Daren cepat.

Disha pun tak berhentinya menahan senyumnya, saat Daren mengatakan iya.

"Daren tidur sini ya," pinta Disha sekali lagi.

"Gue bau minuman, lagian badan gue lagi luka. Nanti malah kena senggol lo lagi," balas Daren dan langsung keluar dari kamar Disha.

****

"Hiks... sakit."

Terdengar sebuah isakan yang mengusik tidur nyenyak Daren.

"Daren bangun hiks... sakit banget," rengek Disha membangunkan Daren sambil menggoyangkan lengan laki-laki itu.

Daren membuka matanya dengan perlahan dan melihat kearah samping. Ternyata disampingnya terdapat Disha yang sedang tertidur sambil menangis.

Tubuh Daren menegang saat melihat Disha yang tidur disebelahnya, sambil menangis mengatakan sakit. Apa jangan-jangan?

Dengan cepat Daren langsung mengecek pakaian, apa kah masih lengkap atau tidak.

Daren mengembuskan napasnya dengan lega saat pakaiannya masih lengkap.

Tunggu-tunggu, kenapa dirinya yang seperti habis dilecehkan? Daren merutuki dirinya yang sangat bodoh seperti perawan yang baru melakukan malam pertama saja.

"Kenapa?" tanya Daren dingin.

"Perut Disha sakit," jawab Disha memelas.

Daren menatap Disha dengan tatapan bertanya.

"Perut Disha sakit banget, soalnya Disha tadi malem makan seblak semangkok," jawab Disha dengan memegangi perutnya.

"Siapa yang nyuruh lo makan pedes, lo udah tahu kan kalau lo tuh punya penyakit mag, kalau mag lo kambuh gimana? Lo bakal sakit nantinya, lo juga orangnya nggak bisa nahan sakit, sakit dikit langsung nangis. Gue kan udah bilang jangan makan-makanan yang pedes, ceroboh banget sih lo. Liat akibatnya, kan perut lo jadi sakit gimana nanti kalai lambung lo ada yang terluka," jelas Daren panjang lebar.

Disha hanya menunduk takut, tak berani menatap manik mata Daren yang sedang marah.

"Makan berapa bungkus tadi malem?" tanya Daren.

"Satu mangkok tapi isi dua bungkus," jawab Disha jujur dengan suara pelan.

"Udah mau mati lo?" tanya Daren tajam.

"Tapi Daren sendiri yang ngijinin Disha makan seblak," bela Disha tidak terima, suruh siapa tadi malem Daren tidak melarangnya jadi dia bebas makan seblak.

"Kapan aku bilang?"

"Disha kan bilang kalau Daren pergi Disha bakal makan seblak, terus Daren pergi gitunya tanpa ngecegah Disha. Yau dah Disha makan seblak."

Daren pun menarik rambutnya frustasi,  sungguh kenapa ia harus terkait dengan gadis seperti Disha.

"Panggilkan Dokter Karin," suruh Daren lewat ponselnya.

"Auuu hiks... Daren perut Disha sakit." Lagi dan lagi Disha mengadu kesakitan.

"Lo nggak usah sekolah, istirahat yang banyak. Kalau sampe gue liat lo makan pedes lagi, gue nggak bakal mau ngerawat lo lagi!" ancam Daren.

Disha langsung menganggukkan kepalanya.

"Daren mau kemana?" tanya Disha saat melihat Daren ingin beranjak dari tempat tidurnya.

"Mau mandi."

"Elusin perutnya Disha sebentar dong, perut Disha sakit banget," pinta Disha sambil memelas.

"Yang sakit siapa?" tanya Daren.

"Disha."

"Terus kenapa gue yang repot." Setelah mengucapkan hal itu Daren langsung menuju kamar mandinya.

"Daren gitu yah, kadang-kadang baik banget sama Disha, kadang dingin banget sama Disha," keluh Disha.










TBC

Jangan lupa buat Vote dan komen ya

DISHA_ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang