16

288 25 1
                                    

Vote sebelum baca!
Jangan jadi sider
Happy reading 🌻

°

°

°

🌻🌻🌻

Pagi-pagi sekali Arka sudah berada di dalam kelas, laki-laki itu sedang menutup matanya, sedang tidur, karena semalam setelah pulang dari kafe ia tidak tidur malah menonton televisi yang berada di dalam kamarnya.

Arka menguap lebar tanpa menutup mulutnya sembari meregangkan otot. Arka melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang masih menunjukkan jam 06:30.

Arka melihat ke luar jendela, masih sepi, tidak ada seorang pun. Padahal ini sudah siang menurutnya. Sinar matahari juga menerobos masuk lewat celah-celah jendela kelas. Yang bikin Arka salfok adalah, sinar itu menuju kearah bangku Feli, tidak ke yang lain.

Arka memasukkan kedua tangannya ke saku celana abunya, lalu melangkahkan kakinya menuju bangku Feli yang kosong tak berpenghuni. Ia merindukan Feli, padahal baru sehari ia tidak bertemu dengan gadis itu. Tapi rasa rindu menyerang dirinya.

Arka berdiri tepat dimana sinar matahari menyinari bangku Feli. Matanya menyipit tatkala sinar itu menerobos masuk ke dalam bola mata. Arka menghalangi menggunakan telapak tangannya.

Terdengar suara ricuh dari luar kelas. Arka mengernyitkan dahi, akhirnya ia memutuskan untuk mengecek darimana asal suara itu. Saat melangkah melewati koridor kelas, Arka melihat banyak sekali siswa-siswi SMA VENUS sedang bergerombol di pintu kelas paling pojok. Lebih tepatnya di kelas 11 IPS 4.

Arka menyibak kerumunan itu direspon dengan Omelan karena mengganggu tontonan mereka. Sekarang lelaki jangkung itu sudah berada di barisan terdepan, ia bisa melihat seorang siswi sedang melancarkan aksi pembullyan tanpa ada yang mencegahnya.

Semakin dibiarkan, semakin meresahkan. Saat Dira ingin menunjukkan hasil karya yang sudah ia cetak jelas di pipi korban, tatapan berhenti di salah satu orang-orang yang melihat aksinya.

Dira mendorong kasar gadis yang baru saja ia bully dengan tak berperasaan.

"Awas Lo! Jangan suka ke my love! Dia hanya punya Dira!" Tegas Dira kemudian mendekati laki-laki yang berdiri di barisan terdepan.

"Sebelum jalur kuning melengkung, sebelum undangan disebar, tikung menikung diperbolehkan!" Teriak Aina. Nama siswi itu yang sudah berdiri dari duduknya.

Sontak semua orang melototkan mata. Ucapan yang barusan Aina lontarkan mendapat respons yang kurang mengenakkan dari sebagian murid, bahkan ada yang kagum karena keberanian gadis itu.

Dira menarik rambut Aina, mencengkram dagu Aina kemudian menamparnya.

"Minggir! Minggir! Tut tut tut kereta api mau lewat," Teriak Qian dari arah luar sembari membelah kerumunan.

"MINGGIR! SEMPIT NIH!" Ucap Ara dengan suara toa nya di belakang Qian.

"Sorry, bebeb gua emang rada sinting," Ujar Dimas kepada semua orang yang ada di situ.

Kini mereka berdiri di barisan paling depan bersama Arka. Menyaksikan tontonan gratis.

Arka mendekati Dira, mencengkram tangan gadis itu dan menyeretnya keluar kelas, membawanya ke taman belakang sekolah.

ARKFEL (END✅)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon